"Lebih nyaman sama aku apa dia?"
Mata Ara mengerjap bingung, mulutnya terbuka tidak menyangka. Jarak cowok di depannya semakin terpangkas, "Bima," panggil Ara pelan.
Ara memundurkan kepala disaat Bima tersenyum tipis mendekat, telinganya panas merasakan deru nafas Bima di lehernya.
Cowok itu memiliki sisi lain, yang orang tidak tahu. Tangan Bima terangkat, menyentil pelan jidat gadis tersebut.
Matanya ikut melengkung saat bibirnya tertarik ke atas. Ara takut, batinnya.
Si mungil menahan nafas, entah sejak kapan menahannya. Tidak sadar, Bima tersenyum tulus dan terkekeh kecil.
Ara semakin terdiam, jarak wajahnya yang hanya beberapa jengkal membuat gadis itu beku. Nafas Bima semakin berat, Ara merasakannya. Tolong, siapa pun bawa Ara pergi!
"Abimanyu," cicit Ara pelan dengan mata tertutup. Ia sebenarnya takut.
Bima tersenyum, kembali mundur menjauh. Ara segera meraup oksigen, membuat Bima terkekeh kecil. Gadis itu duduk tegang di tempatnya.
"Maaf, Ra.
"Maaf, Abi."
Bima menggeleng kecil, "Aku minta maaf, Ra."
"Aku nggak seharusnya ngomong gini, aku minta maaf. Kalo kamu nggak nyaman, bilang aja, Ra. Aku akan mundur baik-baik," lanjutnya.
Nadanya tampak... bersalah.
Ara mencerna tiap kata yang keluar, ia rasa kesungguhan itu nyata adanya. "Aku pikir suka kamu itu cukup, ternyata enggak, Ra. Aku ternyata enggak bisa lihat kamu sama cowok lain."
"Aku tau ini nggak benar, kita nggak ada hubungan apa-apa."
"Tapi kamu istimewa, Ra."
"Aku ternyata, nggak bisa lihat kamu kayak gini."
Gadis itu menyentuh detak jantungnya, sang cowok yang masih saja menundukkan kepalanya dengan meremas rambutnya sendiri, dia tidak tau, dampak besar berkata begitu.
"Aku juga sama kayak Dimas," lanjutnya. Bima mengacak rambutnya sendiri, terlihat... malu?
"Jadi?"
Bima mendongak, menatap Ara yang bertanya. Ia mengangkat kedua alisnya bingung, maksudnya jadi itu apa?
"Jadi ... kalo kamu mau marah, silahkan," jawab Abimanyu ragu.
Ara mendesah kecewa, cowok di depannya tidak peka. "Jadi, lo nggak mau lanjut ke tahap selanjutnya?"
"Ra?"
Toh, menerima Bima sepertinya bukan hal buruk kan?
Bima tiba-tiba duduk tegak, ia mengerjapkan mata dengan berbinar. Ia menahan senyumnya yang melebar, malah kini si gadis yang terpaku melihat sosok di depannya.
Bima kelepasan tersenyum lebar, "Kamu suka aku?"
"Wait!"
***
Ara ada gangguan jantung!
Oke, itu berlebihan. Ia hanya masih tidak percaya Bima tiba-tiba menyeletuk begitu, namun badannya bereaksi lain. Ia malah suka.
"Lo kenapa deh, panas?" tanya Jesi tiba dengan jajanannya.
"Iya, muka lo merah banget. Habis ngapain lo?" tanya Nadia juga.
Ara baru saja kembali dari kelas Bima, setelah ia berhasil mengatakan 'Nanti kita bahas, gue balik dulu'. Kalian tahu rasanya makan cabai dengan air panas? Nah, sepanas itu wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Januari untuk Desember [continue]
Romance[iamgigi_] 🚫𝐀𝐑𝐄𝐀 𝐀𝐍𝐓𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐑𝐈𝐒𝐌𝐄🚫 [[‼️Perubahan cerita dari Teman Tapi Mantan]] Baca nggak!!? Maksa, kalo nggak Jakarta dan sekitarnya aku acak-acak! ••• Sosok yang hidup sebagai sulung itu harus berhadapan dengan kisah cintany...
![Januari untuk Desember [continue]](https://img.wattpad.com/cover/371152764-64-k103504.jpg)