“Gue beneran di Sunagakure?” batin Mita tak percaya. Dia melihat hamparan pasir dan merasakan desir angin hangat yang menerpa tubuhnya. “Sama Gaara? Ini … ini beneran? Ini bukan mimpi?” jeritnya dalam hati, merasa seolah realitas yang dia kenal telah hancur berkeping-keping. Mita terpaksa menampar wajahnya untuk memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi.
Sakit yang menyengat di sisi wajahnya membuat pandangannya kabur sejenak, seolah segala sesuatu di sekitarnya larut dalam kabut, dan Mita merasa hampir pingsan. “Te–terus gue di duta, gimana weh?” Dia kembali membatin, menutup matanya dengan kedua kaki depan, air mata mengalir di wajah mungilnya.
Namun, tiba-tiba, petir menyambar di sampingnya, membuat isak tangis Mita seketika terhenti. Manik mata belonya terbeliak, dan bulu di sekujur tubuhnya berdiri tegak. “Halo, Mita!” sapa seorang pria berambut pirang dengan ramah dan ekspresif, muncul setelah sambaran petir.
“Meow!” jerit Mita, terperanjat dari duduknya, mendapati wajah pria itu terlalu dekat dengan wajahnya.
Pria tersebut tertawa hingga matanya berkaca-kaca. “Sorry, sorry, Mit. Gue enggak bermaksud ngagetin lo,” tuturnya sambil terus tertawa.
Mita tertegun, matanya mengerjap berkali-kali, berusaha memahami bagaimana pria pirang itu tahu namanya. Namun, dia segera tersadar dari keterkejutannya. "Meow meow?" (Lo kenal gue?) Namun, pria pirang itu justru terus tertawa, seolah tidak mendengar pertanyaannya. Frustrasi karena tidak mendapatkan jawaban, Mita menyipitkan matanya tajam. Lalu, dia melompat dan mencakar dahi pria itu dalam sekali tebasan. "Meoooow!" (Rasain itu, Njing!) makinya dengan geram.
“Aw!” Si pria pirang menutup wajahnya dengan kedua tangan, merasakan perih yang menyengat. Dia langsung berlagak seperti anak kecil yang permennya direbut, meraung seolah dunia akan kiamat. “Kamu jahat, Mita! Aku datang ke sini untuk membantumu, tapi kamu malah melakukan kekerasan seperti ini. Sungguh, ini melukai hatiku lebih dalam daripada bekas cakaranmu di wajah gantengku ini!” Nadanya dramatis, berpura-pura menangis, menambah absurditas situasi tersebut.
Mita meringis jijik melihat sikap berlebihan pria itu, berpikir, “Fix dia bukan tipe cowok idaman gue!”
Setelah beberapa detik drama yang berlebihan, pria pirang itu tiba-tiba berhenti meraung, menurunkan tangannya dari wajahnya seolah tidak terjadi apa-apa. Dia tersenyum cerah, seolah serangan cakar tadi tidak pernah terjadi. “By the way, gimana rasanya ngelihat Sabaku no Gaara secara langsung?” tanyanya ringan, seperti tidak pernah terjadi sesuatu sebelumnya.
Mita ternganga, bingung dengan perubahan sikap pria itu yang begitu cepat. "Orang ini sinting!" batinnya menyimpulkan.
“Tanya gue, dong! Lo pasti penasaran, kan, gimana bisa berakhir di sini.” Pria itu nyerocos dengan semangat. Matanya berbinar-binar, membuat wajahnya yang mirip Zayyan Xodiac semakin menyilaukan di mata Mita. “Gue bisa jawab semua pertanyaan lo. Ayo, tanya gue!”
Lantas satu pertanyaan tiba-tiba melintas di benak Mita, dan tanpa sadar dia langsung mengucapkannya. “Meow?” (Lo siapa?)
"Ah, iya, gue lupa ngenalin diri saking semangatnya." Pria itu yang semula duduk di pasir segera bangkit, lalu menepuk-nepuk celana hitamnya dan merapikan kemeja putih yang dikenakannya. "Nama gue Harapan, tapi lo bisa panggil gue Baby."
Mita melongo. "Meeooow?" (Hah? What the hell! Nick name lo cringe banget.)
"Anjir! Bisa gak lo ngomong lebih sopan dikit? Mau jadi manusia atau kucing, bacot lo tetap aja nyebelin," balas Harapan, kesal.
Mita yang kesabarannya setipis tisu tukang bakso pun langsung melontarkan beberapa kosa kata unik. "Meow meow meow!" (Tai lo! Banyak bacot! Jamet! Sok asik! Pick me! Drama! Receh! Fake! Kalo lo tahu sesuatu, jelasin semuanya sekarang, Njing!)
Harapan terdiam sejenak, wajahnya seketika memucat mendengar rentetan umpatan yang keluar dari mulut Mita. Dia berkedip beberapa kali, berusaha mencerna serangan verbal yang baru saja diterimanya. Tubuhnya menegang, lalu perlahan kedua alisnya naik, tak percaya bahwa seekor kucing kecil bisa memuntahkan kata-kata yang begitu tajam.
"Anjir, ini kucing atau mesin penghancur harga diri?" batinnya, masih syok. Di dalam kepalanya, ada semacam perang batin antara merasa tersinggung dan kagum atas kemampuan Mita memaki dengan sangat spesifik dan efisien. Dia merasa seakan harga dirinya tergores, tapi di sisi lain, tidak bisa menahan rasa hormat pada kucing yang—dengan segala keterbatasannya—bisa memadukan umpatan selevel generasi Alpha dengan lancar.
Harapan menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya, dan berpikir, “Gila, ini pertama kalinya gue dikata-katain sama kucing.”
***
Sampingan:“Jadi, lo itu spirit? Roh yang bisa ngabulin tiga keinginan gue? Lo bikin gue isekai ke sini gara-gara pas abis nonton, gue nangis kejer sampe ketiduran? Terus, sebelum tidur, gue ngomong pengin nemenin Gaara dan ngeringanin rasa sakitnya, terus lo kabulin gitu?” tanya Mita, menahan kesal yang kini menyesakkan dadanya.
“Lo pasti kagum sama gue, kan?” Harapan berkata dengan wajah Zayyan dari Xodiac, matanya berbinar. “Enggak usah gitu, biasa aja. Jangan sembah gue juga, gue bukan Tuhan. Gue cuma utusan.” Wajahnya berubah menjadi Patrick Schwarzenegger, otot-ototnya terlihat mengesankan. “Tapi gue ngerti banget perasaan lo. Lo pasti sangat berterima kasih sama gue, kan? Kan?” Dia tersenyum lebar dengan wajah yang kini menyerupai Crish Evan.
Gigi Mita gemeretak, menahan amarah. “Anjing banget nih makhluk! Bikin gue sewot aja! Mana sok tau banget masukin gue ke dunia ini. Dasar sinting! Kudu banget gue kasih pelajaran!” dumel Mita, lalu mengambil aba-aba untuk melompat dan...
“Plak!”
“Aduh! Aw! Atiiit!” jerit Harapan dramatis, wajahnya berganti-ganti menjadi beberapa aktor terkenal Korea Selatan yang terlihat imut saat menangis. “K—kenapa lo nyakar gue?” tanyanya sambil menangis meraung-raung, terlihat sangat kesakitan.
“Muka lo berubah-ubah mulu! Gue pusing lihatnya, Njing! Udah gue bilang, pake muka Patrick aja! Jangan diubah! Salah lo, enggak nurutin kemauan gue!” sewot Mita, jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Malam Gaara (Tamat) ✔️
Fanfiction"Aku tidak bermaksud menakutimu. Maaf." Gaara dengan lembut menghapus air mata di wajah Mita, menciptakan sentuhan hangat yang menenangkan. Mita-seorang penggemar berat Gaara dari Naruto-menangis semalaman setelah menonton episode di mana Gaara kemb...