14. Perhatian

5 0 0
                                    

"Ayah, kau sudah kembali!" seru Shinki, menyambut kepulangan Gaara. Remaja itu terheran-heran melihat ayahnya menggendong seekor kucing hitam—sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan dari seorang Gaara.

“Kucing siapa itu, Ayah?" tanya Shinki, spontan.

Gaara mengelus lembut punggung Mita. "Milikku."

Shinki mendekat, terlihat penasaran. "Boleh aku memegangnya?" Setelah Gaara mengangguk, Shinki mengelus kepala Mita. Kucing itu mengeong pelan, menikmati elusan tangan Shinki sambil memejamkan matanya. “Apa dia punya nama?" Shinki menoleh ke Gaara, menunggu jawaban.

"Belum," jawab Gaara singkat. "Dia baru datang."

Shinki menatap Gaara skeptis, tidak percaya ayahnya bersikap sekaku ini terhadap sesuatu yang seharusnya menarik. "Kau tidak berencana untuk membiarkannya tinggal di sini, kan? Bukankah itu akan merepotkan?"

Gaara menatap Mita, merasakan kedamaian dan kasih sayang pada kucing itu. "Aku akan memikirkannya." 

Shinki mengangkat alis, melihat ketidakpastian dalam ekspresi ayahnya. "Ayah, berbeda dari biasanya."

Gaara tersenyum tipis. "Benarkah?" Dia kembali mengelus Mita, tak mampu menyembunyikan ketertarikannya pada kucing itu. Entah mengapa, kini dia merasa terikat dengannya. Tiba-tiba, ingatan Gaara kembali pada sosok Mita dalam wujud manusia—cantik, berani, namun di balik itu semua, tampak rapuh. Memikirkan hal tersebut membuat Gaara terpikirkan sebuah nama. "Yumiko.”

Shinki menatap Gaara bingung. Melihat reaksi sang anak, Gaara menambahkan, “Nama kucing ini Yumiko,” jelasnya, membuat kebingungan di wajah Shinki perlahan hilang.

Setelah percakapan ringan itu, Gaara dan Shinki duduk bersama di ruang tamu. Shinki tak mampu menyembunyikan rasa penasarannya terhadap Mita. Dia membelai bulu halusnya, bahkan menggelitik dagu kucing itu hingga Mita mengeong puas, menikmati perhatian yang diberikan.

“Bagaimana Shukaku?” tanya Gaara, mengalihkan fokus Shinki dari Mita.

Shinki menatap mata Gaara dengan raut wajah serius. “Shukaku sudah aman. Hokage sendiri yang menjaganya.”

“Bagus,” puji Gaara, hatinya mendada lega.

Shinki menunduk, kekecewaan terpantul jelas di wajahnya. “Maaf, Ayah. Aku belum cukup kuat. Aku seharusnya bisa berbuat lebih banyak."

"Kau sudah melakukan yang terbaik," balas Gaara datar, menatap anak angkatnya tanpa penilaian. Wajahnya tetap tenang, seperti biasa.

"Aku sudah mendengar semuanya. Ayah terluka parah dan berada dalam kondisi kritis setelah bertarung dengan Urashiki." Shinki mengepalkan tangannya, berusaha menahan rasa frustrasi yang mulai muncul.

"Itu sudah berlalu. Sekarang aku telah pulih." Gaara memandang Shinki tajam, tetapi penuh perhatian. "Kau telah menunjukkan kekuatan dan kendali yang baik."

"Tapi aku ingin menjadi lebih kuat, seperti dirimu. Aku tidak ingin mengandalkan orang lain." Shinki kambali menunduk, tak terbiasa menunjukkan kelemahannya di depan Gaara.

"Aku mengerti. Aku yakin suatu saat nanti kau akan menjadi lebih kuat, Shinki." Gaara meletakkan tangannya di bahu anak angkatnya. "Kekuatanmu akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Percayalah, kau sudah lebih kuat dari yang kau kira."

"Aku ingin bisa diandalkan untuk melindungimu dan Desa Suna." Shinki menatap Gaara  sendu, tak berdaya.

"Aku bangga padamu." Gaara memberikan senyum tipis, ekspresi yang jarang terlihat. "Kau tidak pernah mengecewakanku, Shinki. Teruslah berkembang dengan caramu sendiri."

Shinki terdiam sejenak, matanya sedikit bergetar saat menatap Gaara. Selama perjalanan menuju Konoha, dia tak pernah berhenti memikirkan keselamatan ayahnya. Di satu sisi, Shinki ingin kembali dan melihat keadaan Gaara, tetapi dia juga tidak ingin mengecewakannya. Gaara telah memberinya tugas penting untuk mengantarkan Shukaku ke Konoha, dan Shinki tahu betapa seriusnya perintah tersebut.

Kutukan Malam Gaara (Tamat) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang