41. Pesan

2 0 0
                                    

Malam semakin larut. Di dalam kamar yang remang, keheningan menyelimuti perasaan Gaara yang kacau. Dia duduk di sisi ranjang Mita, memandangi wajahnya yang mulai memucat dan bibirnya yang sedikit bergetar saat bernapas. Jantungnya terasa sesak, seolah ada tangan tak terlihat yang mencengkeramnya erat. Di tengah ambang putus asa, dia berusaha untuk tetap tenang di hadapan Mita.

"Maafkan aku," bisik Gaara, suaranya berat dan penuh penyesalan. Tatapannya menunduk, terisi dengan rasa bersalah yang mendalam. “Aku … belum menemukan penawarnya.”

Mita yang terbaring lemah, menatap Gaara dengan sorot mata penuh pengertian. Dia mengulurkan tangannya yang gemetar dan menyentuh tangan Gaara, seolah ingin menghapus semua kekhawatiran pria itu. Senyuman lemah terbit di wajahnya, meski bayang kesedihan masih menyelimuti hatinya.

Dengan lembut, Gaara menggenggam tangan Mita, erat, seakan takut dia akan menghilang dari sisinya kapan saja. Dia tak mampu lagi menyembunyikan ketakutannya. "Aku tidak ingin kehilanganmu, Mita. Tolong jangan tinggalkan aku. Jangan membuatku khawatir."

Mata Mita memanas, air mata mengalir perlahan dari sudut matanya, membasahi pipinya yang pucat. Hatinya nyeri melihat Gaara dalam keadaan serapuh itu. Dia ingat betapa kuatnya sosok itu di matanya, selalu berdiri tegar meski dunia berpaling darinya. 

Dalam momen itu, dia menyadari betapa tulusnya perasaan yang dimiliki Gaara, dan betapa beratnya beban yang harus dia tanggung. Tidak boleh seperti ini, sejak awal Mita ingin membahagiakannya. Gaara tidak boleh bersedih. Senyumnya adalah cahaya yang menerangi kehidupan Mita, dan dia bertekad untuk menjadi sumber kebahagiaan bagi pria itu.

Namun, rasa bersalah melanda dirinya, membuat nyeri semakin menyengat di dadanya. Kenyataan bahwa dia tidak bisa membahagiakan Gaara membuat hatinya bergetar. Seharusnya, dia menjadi sumber kebahagiaan bagi pria itu, tetapi kini dia merasa menjadi salah satu alasan di balik air mata kesedihan yang mengalir di wajahnya. Mita merasa bersalah.

Namun, tiba-tiba sebuah pesawat kertas meluncur ke arah Gaara dan mendarat di pangkuannya setelah sebelumnya mengenai sisi wajahnya. Dengan tatapan bingung, Gaara hampir membuangnya, tetapi dia urung melakukannya ketika melihat tulisan yang tertera di permukaan kertas itu.

Mita tersenyum samar saat melihat Gaara memegang pesawat kertas itu. Entah siapa yang mengisyaratkan perbuatan iseng ini. Namun, saat malam sudah larut seperti ini, mustahil jika itu diterbangkan oleh anak kecil. Sebuah pemikiran terbersit di benaknya, mungkinkah ini adalah pesan rahasia dari shinobi untuk Gaara? Cara ini sungguh tidak biasa.

Gaara membaca isi surat itu dengan seksama. Pesan panjang tersebut berasal dari Harapan, yang menjelaskan segalanya, berharap agar Gaara mau melepaskan Mita dan membujuknya untuk kembali ke dunia asalnya. Begitu kata-kata Harapan menyentuh perasaannya, raut wajah Gaara seketika berubah serius, seakan sebuah beban berat mendadak hinggap di pundaknya.

Mita yang melihatnya langsung tertegun, mengira surat itu adalah pesan rahasia dari shinobi yang mungkin bisa mengubah keadaan. Namun, ketika Gaara akhirnya membuka suara, debar jantungnya seolah terhenti. Dia ingin berteriak, ingin menjelaskan agar Gaara tidak terlalu mengambil hati isi surat tersebut, tetapi semuanya terasa terlambat.

"Ini surat dari Harapan, temanmu," ucap Gaara dengan nada yang mengandung kesedihan. Dia berdiri, berusaha meredakan kekacauan yang membara di dalam hatinya, namun rasa tak berdaya itu tak bisa dihindari. Mita merasakan perasaan putus asa merayap di relung hatinya.

"Aku … butuh waktu. Maafkan aku," bisik Gaara sebelum meninggalkan ruangan, menciptakan ruang di antara mereka yang seakan merobek hati Mita. Setiap langkah Gaara menjauh seolah menambah beban di dalam dadanya, dan Gaara tahu bahwa ini bukan hanya tentang dirinya. Ini tentang Mita yang terus merasakan sakit dan menderita di dunia ini.

Mita terdiam, merasakan kehangatan air mata yang mengalir tanpa bisa dia kendalikan. Dalam keheningan itu, dia tersedu-sedu, berusaha menenangkan diri dari rasa kecewa yang menghimpit dadanya, kecewa terhadap Harapan—orang yang dia anggap teman namun ternyata malah mengkhianatinya.

Kutukan Malam Gaara (Tamat) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang