32. Penyusup 2

2 0 0
                                    

Kyoko membekap Mita dengan gas tidur, lalu menyerahkannya kepada Raiden. Gaara segera melompat keluar, mengejar kedua penyusup itu yang bergerak cepat. Dengan satu sinyal chakra singkat, dia mengirimkan pesan kepada para shinobi penjaga di sekitar perbatasan.

Sementara itu, para shinobi penjaga di dalam desa segera bergerak. Beberapa membantu Shinki menghadapi para penyusup yang tersisa, sedangkan yang lainnya pergi menyusul Gaara.

Di tengah pengejaran, janji yang pernah diucapkannya pada Mita terlintas kembali dalam benaknya. “Jangan kembali. Tetaplah di sini. Aku akan selalu ada di sisimu dan memastikan kau aman.”

Gaara mengutuk dirinya sendiri. Hanya sehari yang lalu, dia dengan yakin berjanji untuk menjaga Mita. Namun kini, janji itu seakan hampa. Kehadirannya telah membawa suasana baru dalam hidupnya yang sunyi, dan dengan rasa cemas yang memuncak, dia menyadari betapa berartinya gadis itu baginya—dan betapa dia telah gagal melindunginya.

Gaara mengarahkan pasirnya lebih jauh ke depan, menangkap gerakan cepat di kejauhan—Raiden, membawa sosok yang dikenalnya. “Beraninya dia …,” gumam Gaara, mempercepat laju pasir yang membawa dirinya.

“Tidak akan kubiarkan!” serunya, suaranya menggema di malam yang sunyi. Lalu, dengan tekad penuh, dia mengerahkan chakra ke pasir di sekelilingnya. “Sabaku no Fuyuu!” Pasir di bawah kakinya membentuk gelombang kuat, membawa Gaara melesat melintasi gurun dengan kecepatan yang memukau.

Dengan fokus penuh, dia melihat siluet Raiden dan Kyoko yang semakin jelas. "Jangan coba-coba pergi!" teriak Gaara. “Sabaku Tōsō!” Lengan-lengan pasir melesat cepat, berusaha menangkap kaki Raiden.

Akan tetapi, Kyoko yang berada tepat di belakang Raiden, segera berbalik dan memasang kuda-kuda. “Kage Kake!” teriaknya. Ular-ular bayangan langsung meluncur dari tanah, membelit lengan-lengan pasir Gaara, menahannya dengan kuat dan menghalangi gerakan pasir itu mencapai Raiden.

Gaara menatap Kyoko, dingin, matanya berkilat tajam. “Jangan meremehkanku,” desisnya, suaranya rendah namun penuh penekanan. “Sabaku Sōsō!” Dalam sekejap, pasir di sekelilingnya mulai membumbung tinggi, membentuk ombak besar yang siap mengamuk. Ombak itu meluncur deras ke arah Kyoko, menghantam dan membungkus tubuhnya dalam gumpalan pasir yang bergerak seperti badai.

Gaara menyerahkan sisanya pada para shinobi yang datang membantu, lalu melanjutkan pengejaran dengan cepat. Di depan, beberapa shinobi penjaga perbatasan tengah bersiaga, lalu menyergap Raiden, memberi Gaara kesempatan untuk semakin mendekat pada targetnya.

Ketika jarak mereka tinggal beberapa meter, Raiden menyadari dirinya telah terkepung. Dia mengangkat sebelah tangannya yang penuh dengan energi raiton yang menyala, lalu berseru tajam. "Siapa pun yang berani mendekat, akan kupastikan wanita ini mati!" Tatapannya berpindah dari satu wajah shinobi ke wajah lainnya, lalu akhirnya berhenti pada Gaara. Dengan seringai mencemooh, dia menambahkan, "Kau tidak ingin kekasihmu mati begitu saja, bukan, Kazekage?"

“Lepaskan dia!” titah Gaara, menatap tajam Raiden, tetapi lelaki itu malah tergelak, seolah apa yang dikatakan Gaara mengandung lelucon.

“Lalu para shinobi ini akan menyerangku dan menangkapku? Kau pikir aku sebodoh itu?” Raiden tertawa keras, tapi tawa itu segera berhenti ketika dia menatap Gaara dengan pandangan penuh kemarahan. “Jangan meremehkanku!” teriaknya.

Dengan cepat, dia melafalkan jutsu, dan energi raiton meledak, menyambar ke berbagai penjuru. Beberapa shinobi terpental oleh ledakan kekuatan itu. Saat beberapa shinobi bersiap untuk menyerang balik, Raiden dengan cepat mengarahkan raiton ke leher Mita, memaksa mereka untuk membeku di tempat. "Berani mendekat, dan dia mati," ancamnya tajam, membuat semua orang menahan napas.

Gaara menatap Mita yang tak sadarkan diri, terancam di depan mata, rasa takut menyelimutinya. Meskipun dia telah menghadapi banyak bahaya, ancaman ini terasa begitu berbeda. Bayangan Kankuro melintas di pikirannya, membayangkan bahwa jika saudaranya ada di desa, mungkin dia tidak akan merasa setakut ini.

Raiden tertawa sinis melihat ketidakberdayaan Gaara. “Ada apa denganmu, Kazekage? Kau terlihat lemah. Apa wanita ini begitu berharga bagimu? Kalau begitu, sepertinya pilihan kami memang tepat."

Gaara menggertakkan giginya, menahan amarah yang semakin membara di dadanya. Raiden berdiri beberapa langkah di depannya, memegang Mita yang tak berdaya dengan posisi mengancam. Di sekitarnya, pasir Gaara berputar seperti angin badai, siap menerjang kapan saja.

Akan tetapi, Raiden tampak tidak gentar sedikit pun. Dia justru tersenyum licik, tampak menikmati situasi di mana Gaara tak punya pilihan selain menahan diri. Raiden menekan leher Mita dengan aliran raiton kecil, membuat tubuh gadis itu berkedut pelan.

"Jika kau mau, silakan lanjutkan, Kazekage,” ujar Raiden meremehkan. "Kita lihat, apa kau benar-benar sanggup mempertaruhkan nyawanya?"

Gaara menatap Raiden dengan tatapan dingin, tetapi dalam hati dia merasakan konflik yang luar biasa. Bayangan janji yang telah dia buat pada Mita mengisi pikirannya. Dia berusaha menahan diri, tetapi kesabarannya semakin menipis.

Di tengah ketegangan itu, salah satu shinobi penjaga berbisik mendekat, "Kazekage-sama, kami menunggu perintahmu. Jika kita bekerja sama, mungkin kita bisa mengambil risiko ini untuk menyelamatkan gadis itu."

Gaara diam sejenak, merenungkan rencana yang ada di benaknya. Dia menatap Mita yang masih tak sadar, kemudian mengangguk pelan. Dengan sinyal halus melalui chakra, dia mengirimkan instruksi kepada para shinobi di sekitarnya.

Dengan gerakan cepat dan penuh perhitungan, pasir Gaara tiba-tiba terpecah menjadi serpihan kecil, mengelilingi Raiden dan Mita. Raiden tampak bingung sejenak, tetapi dia segera mengeraskan cengkeramannya pada Mita. "Berhenti!" serunya. "Aku tahu trikmu, Kazekage!"

Namun, sebelum Raiden bisa bertindak lebih jauh, pasir-pasir kecil itu mulai menyusup ke dalam celah di sekitarnya, menutupinya dari segala sisi seperti sangkar yang tak terlihat. Raiden terperangkap, dan untuk pertama kalinya, dia menunjukkan rasa panik di wajahnya.

"Sekarang!" pekik Gaara.

Para shinobi bergerak serentak. Mereka menyerang Raiden dari segala arah, memanfaatkan momen lengahnya. Raiden berusaha melawan, memancarkan kilatan raiton untuk menghentikan serangan mereka, tetapi pasir Gaara semakin menutup, membatasi gerakannya. Mita mulai tergelincir dari cengkeraman Raiden, dan dalam sekejap, Gaara berhasil menariknya keluar dari genggaman pria itu dengan pasirnya.

Raiden berteriak frustasi, tetapi Gaara tidak memberinya kesempatan untuk membalas. "Sabaku Kyū!" Pasir Gaara membentuk bola besar yang menjerat tubuh Raiden, mencegahnya bergerak.

Namun, Raiden tidak menyerah begitu saja. Dengan satu hentakan chakra, dia melepaskan kilatan raiton terakhir yang meledak di dalam bola pasir itu, menghancurkan sebagian pasir yang mengurungnya. Dia melompat ke belakang dengan luka di beberapa tempat, namun tatapannya penuh kebencian.

“Kau memang kuat, Kazekage,” ujarnya terengah-engah, “tetapi permainan ini belum selesai selama kau terus mendekati kami.” Secepat kilat, seseorang melompat dari atas bangunan dan menyambar Raiden yang terluka, membawanya pergi. Beberapa shinobi segera bergerak untuk mengejar mereka.

Shinki yang baru sampai, berdiri di sisi Gaara, melirik dengan cemas pada Mita. “Ayah, kita harus segera membawanya kembali,” ucapnya sambil memerhatikan sekeliling yang mulai memerhatikan Mita.

Gaara mengedarkan pandangan, lalu mengangguk pada anaknya. “Bawa dia pulang. Aku akan segera menyusul.”

Shinki mengangguk dengan tegas, lalu mengulurkan pasir besinya untuk mengambil alih Mita dari ayahnya.

Kutukan Malam Gaara (Tamat) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang