Esok harinya, Gaara menerima laporan dari tim shinobi yang dia tugaskan untuk mencari informasi tentang Mita. Namun, hasilnya tidak seperti yang diharapkannya. Semua data yang diperoleh tentang klan kucing ninja dan klan Izuna tidak cocok dengan keadaan Mita.
Klan kucing ninja memang dikenal memiliki kemampuan bertransformasi, tetapi hanya terbatas pada perubahan bentuk sebagian, bukan menjadi manusia sepenuhnya. Sementara itu, klan Izuna, meskipun memiliki kekuatan unik dalam pengendalian chakra binatang, tidak pernah terdengar memiliki kemampuan untuk berubah menjadi kucing seutuhnya.
“Jadi, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa berubah menjadi manusia sepenuhnya,” gumam Gaara usai mendengarkan laporan dari tim shinobi.
Gaara memandang Mita yang saat itu sedang berada di ruangan sebelah dengan kaca sebagai sekatnya. Mita duduk di jendela, tampak tidak terganggu. Dia melirik Gaara sesekali, mengeong dan bertingkah imut.
Gaara mengusir para tim shinobi yang telah menyelesaikan laporannya, menghela napas ringan, beranjak menghampiri Mita. Ada sesuatu yang terus mengganggu pikirannya—bagaimana bisa seekor kucing berubah menjadi manusia dan sebaliknya, tanpa jejak atau petunjuk dari klan-klan yang diketahui memiliki kekuatan serupa?
Malamnya, Gaara membawa Mita pulang. Meskipun dia tidak mendapatkan informasi yang memuaskan, ada perasaan yang tidak bisa diabaikan setiap kali dia melihat Mita—sesuatu yang lebih dari sekadar rasa penasaran.
"Halo, Mita!" Harapan tiba-tiba muncul dengan ekspresi ceria seperti biasanya.
Mita hanya melirik sekilas ke arahnya, lalu langsung membuang muka dengan kesal. “Si curut eksim lagi! Gue baru juga bisa napas lega, eh, lo nongol lagi,” pikir Mita. Dia memutuskan untuk tidak menanggapi, memilih untuk berpura-pura sibuk dengan selimutnya.
“Mita, halo! Apa kabar?” Harapan terus berbicara, bergeser ke sisi lain tempat tidur untuk menarik perhatiannya. Mita langsung berguling, menjauh lagi.
“Seriously? Gue baru juga ngumpulin otak setelah insiden tadi malam, terus lo datang bikin pusing lagi?” batinnya geram, cengkeramannya pada selimut makin erat.
Setelah berulang kali mencoba tanpa berhasil, Harapan akhirnya menyerah, duduk di tepi ranjang sambil tersenyum. "Gue cuma pengin lihat keadaan lo, Mita. Gue enggak ada niat pengin ganggu.”
Mita yang sudah sangat kesal, mendadak bangkit dengan kasar dari posisi sedekapnya, cakar-cakarnya muncul, emosinya memuncak. Matanya memicing tajam pada Harapan. “Meow meow?” (Lo pengin tahu gue baik-baik aja? Serius? Setelah lo ngelempar gue ke situasi absurd kayak gitu, lo pikir gue bakal bilang makasih?!) Suara Mita meninggi, penuh dengan amarah yang meledak-ledak.
Harapan yang sudah biasa dengan kemarahan Mita, hanya tertawa kecil. "Sans dong, Mita. Jangan galak-galak. Gue ‘kan cuma bercanda,” katanya dengan nada menggoda.
Mita mendengus keras, wajahnya merah padam karena marah dan malu. "Meow meow!” (Bercanda apanya? Lo bikin gue bertransformasi jadi manusia telanjang di depan Gaara! Gue bener-bener malu setengah mati, tau gak?! Udah gitu, lo cuma nonton kayak ini film komedi konyol!)
Mendengar Mita menyebut kejadian malam itu, rona merah di wajahnya makin menyala. Dia mengerutkan kening, kemudian beralih memandang ke lantai sambil menggeram pelan. "Meow!” (Gara-gara lo, gue sekarang harus nanggung rasa malu seumur hidup!)
Harapan terkekeh lagi, tetapi kali ini dia sedikit lebih hati-hati saat merespons. “Yaudah, maaf deh kalo joke gue kelewatan. Tapi, lo harus akui, ‘kan seru juga ketemu sama Gaara dalam keadaan kayak gitu? Pasti ada momen-momen seru yang terjadi, kan?”
Mata Mita langsung membelalak, jantungnya berdetak lebih cepat saat mengingat kejadian itu. Wajahnya kembali memanas. “Meow meow!” (Jangan mulai, Harapan. Lo enggak ngerti gimana malunya gue! Apalagi Gaara ....) Suaranya melemah, seolah-olah dia berusaha melupakan kejadian itu, tapi perasaan campur aduk dalam dirinya semakin sulit diabaikan.
“Udahlah, Mita. Sans aja. Lagian, Gaara juga ‘kan keliatan tertarik sama lo,” tutur Harapan sambil nyengir.
"Meow meow!” (Diam lo! Gue enggak mau dengerin ocehan lo lagi! Sekali lagi lo nyebut-nyebut soal itu, gue sumpel mulut lo pake tai! Mau lo?) Mita memelotot, mengancam Harapan dengan wajah penuh kemarahan.
Harapan tersenyum tipis mendengar ancaman Mita, sama sekali tak tergoyahkan. Dia memandangnya dengan kilatan nakal di mata. "Tai, ya? Ancaman lo keras juga, Mit," gumamnya pelan, nyaris tertawa, membuat Mita semakin kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Malam Gaara (Tamat) ✔️
Fanfiction"Aku tidak bermaksud menakutimu. Maaf." Gaara dengan lembut menghapus air mata di wajah Mita, menciptakan sentuhan hangat yang menenangkan. Mita-seorang penggemar berat Gaara dari Naruto-menangis semalaman setelah menonton episode di mana Gaara kemb...