Happy Reading all💚
Dean DevandraSinar mentari sudah muncul pagi ini setelah melewati malam yang melelahkan akhirnya Dean terbangun dengan disambut cahaya matahari yang cerah, Dean mulai memasuki kamar mandi untuk sekedar membersihkan tubuhnya, air terasa begitu dingin pagi ini seakan dirinya sedang mandi es.
Dean memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya, sedaritadi rumah terasa sepi tidak ada suara bising dari ketiga saudaranya, Dean mulai berjalan keluar dari kamarnya, menuruni beberapa buah anak tangga dengan bola mata yang sedaritadi mencari keberadaan saudaranya, namun nihil ternyata memang tidak ada.
Dean mulai menuju ke arah meja makan lagi-lagi dirinya hanya melihat serpihan-serpihan kecil roti sepertinya mereka tadi sarapan menggunakan roti, Dean tidak melihat adanya roti yang utuh di atas meja, sudah dipastikan dirinya tidak di sisakan satupun sarapan saat ini.
"Gue udah duga akan kaya gini lagi, tapi kenapa gue terus berharap kalau akan ada makanan di atas meja ini?" ucap Dean tersenyum hambar.
Dean tidak peduli itu dirinya mulai mengambil lap yang ada di dapur dan membawanya menuju arah meja makan tadi, mengelapnya sebentar sebelum menuju ke sekolah. "Bersih!" ucap Dean penuh semangat karena meja yang ada di depannya sudah bersih sempurna.
Dean kembali menuju dapurnya untuk menaruh lap tadi setelahnya kakinya mulai melangkah cepat keluar dari rumahnya, pagi ini untung saja dirinya mendapatkan angkutan umum tidak seperti kemarin.
Kini Dean sudah sampai di area sekolah, tidak terlalu banyak ada siswa maupun siswi. Dean mulai berjalan di koridor sekolah untuk menuju ke dalam kelasnya hingga sampai di dalam kelasnya dirinya juga tidak menemukan keberadaan Arsha, kemana sebenarnya anak itu?
"Tadi rumah udah sepi, seharusnya Arsha udah di sekolah kan?" tanya Dean pada dirinya sendiri, Dean hanya menatap sekeliling kelas setelahnya tubuhnya mulai terduduk di atas kuris miliknya dengan beberapa buku yang di keluarkan dari dalam tasnya.
Beberapa menit sudah ia belajar, namun seseorang yang ia lihat dari balik kaca jendela membuatnya berhenti dan menatap luar jendela dengan rasa iri.
"Bang, rasanya Arsha udah cocok di beliin motor, Arsha udah SMA bang," ucap Arsha pada Darren.
"Motor?" tanya Darren meyakinkan dan langsung mendapatkan anggukan dari Arsha.
"Udah cocok kan bang? Arsha udah gede," kata Arsha dengan penuh harapan.
"Nanti aja ya Arsha? lagian abang sama Raksa masih bisa jemput kamu," ucap Darren mengelus kepala Arsha. Arsha hanya memutar bola matanya malas, selalu saja seperti itu.
"Ck! tapi nantinya kapan?" kata Arsha dengan nada kesal.
"Nanti Arsha abang janji," ucap Darren dengan mengacak-ngacak rambut Arsha, Arsha hanya mendengus kesal akan hal itu.
"Ya sudah, Arsha mau ke kelas," ucap Arsha dan berlalu pergi meski Darren sempat memanggilnya.
Kembali lagi dengan Dean anak itu masih menatap kedua orang itu dengan perasaan iri. Dirinya sudah biasa melihat pemandangan ini, namun tetap saja rasanya sesak dan berhasil membuat iri.
"Arsha sama bang Darren ngomongin apa tadi? ga kedengeran sampai sini, tapi wajah Arsha kaya kesel gitu," gumam Dean karena sejujurnya dirinya tidak mendengar ucapan mereka karena jaraknya yang jauh, namun meski begitu dirinya tetap bisa melihat mereka berdua.
Sorry for typo
See you next chapter all
Janlup kasih aku semangat dengan komen and vote (follow juga boleh, hihi)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dean Devandra
Teen Fiction"Bunda ga ada itu karena lo, dan Ayah pergi itu karena lo juga!" Rayyan Arshaka. "Gue benci ketika harus anggap lo sebagai adik gue sekaligus bagian dari keluarga ini." Darren Rarendra. "Gue benci lo juga, tapi hati gue nyuruh buat ga benci lo, sorr...