Dean Devandra
Happy Reading all💚Dean mematung saat melihat ketiga saudaranya sudah berada di sana menatap dirinya tajam terutama Darren, bahkan jantungnya tidak berhenti berdetak ketika melihat Darren mulai berdiri dari duduknya. "Dari mana?" tanya Darren dingin.
"Maaf bang, Dean pulangnya jalan kaki, karena itu Dean telat pulangnya." Jawab Dean tanpa menatap Darren.
"Sebodoh itu lo Dean? di luaran sana masih banyak angkutan umun yang bisa lo naikin!" tukas Darren dengan kesal.
"Engga bang tadi Dean udah berusaha nyari angkutan umun, tapi ga ada satupun." Jawab Dean jujur
"Mana ada? gue aja tadi sebelum bang Raksa jemput banyak liat angkutan umum berseliweran." Tukas Arsha dengan posisi duduk dimana ada Raksa di sebelahnya yang hanya diam.
Dean dengan cepat menggeleng kuat, bahwa memang benar dirinya tidak melihat adanya angkutan umum, sekalipun memang banyak ada pasti dirinya akan melihat minimal satu saja angkutan umum itu. "Dean ga bohong bang, tadi emang ga ada," ucap Dean berusaha agar Darren percaya.
"Lo semakin hari, semakin berani bohong sama gue Dean!" kesal Darren dengan mencengkram wajah Dean kuat.
"Engga bang, Dean ga bohong," ucap Dean, sungguh dia berusaha keras agar air matanya sekarang tidak turun.
"Mana mau ngaku dia bang! paling juga main sama temen-temennya," ucap Arsha yang membuat Darren menatap Dean tajam, Dean yang ditatap kembali menggeleng dirinya sulit untuk mengeluarkan suara dengan keadaan tangan Darren berada di pipinya.
Plak.
Satu tamparan berhasil mendarat di pipi sebelah kiri Dean dengan sangat keras. "Lo tau kan Dean kalau gue benci kebohongan," ucap Darren menatap Dean tajam, Dean yang ditampar itu hanya mampu terdiam dengan tangan memegangi pipinya yang terasa kebas
"Tapi Dean ga bohong," ucap Dean pelan yang masih terdengar oleh Darren.
"Pergi ke kamar lo sekarang! dan jangan harap ada makan malam buat lo hari ini," kata Darren dengan kesal, Dean hanya diam tapi kakinya melangkah meninggalkan mereka di ruang tamu itu.
Darren kembali mendudukkan tubuhnya di sebelah Raksa. "Bang, gimana kalau nyatanya dia bener bang?" tanya Raksa yang membuat Darren menoleh pada Raksa, tidak hanya Darren Arsha yang awalnya fokus pada layar ponselnya ikut menatap Raksa
"Maksud lo?" tanya Darren dengan tatapan yang tidak lepas dari Raksa
Raksa hanya menggeleng. "Bukan, ini cuma perasaan gue aja bang," ucap Raksa dengan menundukkan kepalanya.
"Abang khawatir ya sama tu anak?" tanya Arsha tiba-tiba yang membuat Raksa kembali menoleh.
"Udah deh bang ngapain peduli sama bocah itu? atau jangan-jangan abang udah mulai sayang?" ucap Arsha melanjutkan yang membuat Raksa diam
Setelah diam beberapa saat akhirnya Raksa membuka suara. "Siapa bilang? gue cuma ngerasa itu aja bukan berarti gue sayang sama dia," ucap Raksa yang membuat Arsha hanya mengedipkan bahunya, sedangkan Darren tersenyum dengan tangan yang mengelus kepala Raksa.
"Emang sepantasnya lo benci dia," kata Darren pada Raksa
Sorry for typo.
See you next chapter💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Dean Devandra
Teen Fiction"Bunda ga ada itu karena lo, dan Ayah pergi itu karena lo juga!" Rayyan Arshaka. "Gue benci ketika harus anggap lo sebagai adik gue sekaligus bagian dari keluarga ini." Darren Rarendra. "Gue benci lo juga, tapi hati gue nyuruh buat ga benci lo, sorr...