Happy Reading all💚
Dean DevandraMasih di tempat yang sama namun berbeda waktu, kini pelajaran pak Hasen sudah selesai dan selama itu juga Arsha belum muncul, Dean segara berdiri dari duduknya yang membuat Rafa mendongak.
"Mau kemana lo? Mau ke kantin?" Tanya Rafa cepat pasalnya dirinya sudah mengeluarkan kota bekal, Dean yang ditanya itu segera mengangguk namun berhasil membuat Rafa memukul meja.
Brak
Pukulan yang dilakukan Rafa membuat Dean terkejut begitupun dengan tangan Rafa yang terlihat memerah.
"Aduh, aduh kekencangan, sssttt," riuh Rafa meniup tangannya, Dean yang melihat itu ikut meringis seperti ikut merasakan sakitnya, bagaimana tidak terlihat tangan Rafa memerah dengan jari manis yang bergetar sepertinya jari manisnya lah yang paling merasakan sakit.
"Sakit?" Tanya Dean sengaja
"Sakit lah bodoh!" Tukas Rafa, Dean hanya tersenyum dengan bibir terangkat sebelah, bisa-bisanya sudah seperti itu masih bisa berkata kasar, heran Dean
"Siapa suruh gaya?" Sinis Dean yang membuat Rafa mengingat topik awal dirinya memukul meja
"Ya lo ngapain ke kantin? Bukannya lo ga pernah bawa uang? Liat gue juga bawa bekal karena ga tega liat lo makan sendiri di kelas, effort gue ga dihargai," kesal Rafa menatap Dean namun sesekali dirinya meniup tangannya yang terasa cenat-cenut itu.
"Yang bilang gue ke kantin buat makan siapa?" Tanya Dean tak kalah kesal, Rafa mulai menaikkan satu alisnya, lantas ngapain bocah ini pergi kesana, begitulah sekiranya yang sedang di pikirkan oleh Rafa.
"Ya kalau ga belanja ngapain lo kesana? Mau nangkep babi?" Tukas Rafa yang merasa seperti di permainkan saat ini,
"Gue mau nyari Arsha," jawaban yang dilontarkan oleh Dean berhasil membuat Rafa menatap tidak percaya saat ini, manusia bodoh darimana ini?
Rafa mengusap rambutnya frustasi karena ulah temannya ini, "lo ngapain lagi nyari bocah itu? Siapanya lo sampai khawatir gitu, saudaranya? Kagak kan? Mending duduk kita makan."
"Gue emang saudaranya," batin Dean
Rafa yang melihat Dean hanya melamun kembali merasa diuji emosinya. "Lo denger gue kan?" Panggil Rafa berusaha menahan emosinya saat ini.
"Gue ga bisa gue harus nyari Arsha," ucap Dean yang membuat Rafa memejamkan matanya sebentar, Dean merasa Arsha sedang melakukan ulah saat ini, bagaimana pun tadi pagi Arsha datang dengan wajah kesal, Dean tidak mau Arsha melampiaskan emosinya pada orang lain.
Baru saja Dean hendak pergi tangannya lebih dulu ditahan, siapa lagi selain Rafa, "lo ga bisa pergi sebelum lo jelasin ada hubungan apa lo sama dia?" Ucap Rafa terdengar dari nada bicara cukup serius, Dean hanya diam dirinya tidak mungkin mengatakan bahwa Arsha adalah saudaranya.
"Kenapa diam?" Ketus Rafa saat tidak mendapat jawaban dari Dean,
"Gue sama dia cuma temen, apa salahnya gue khawatir?" Jawab Dean gugup, hal itu berhasil membuat genggaman Rafa melonggar dengan senyum miring yang terlukis di bibirnya.
"Yang nanya lo khawatir apa engga sama dia siapa?"
Sorry for typo
See you next chapter
Janlup vote and komen, paparyy💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Dean Devandra
Jugendliteratur"Bunda ga ada itu karena lo, dan Ayah pergi itu karena lo juga!" Rayyan Arshaka. "Gue benci ketika harus anggap lo sebagai adik gue sekaligus bagian dari keluarga ini." Darren Rarendra. "Gue benci lo juga, tapi hati gue nyuruh buat ga benci lo, sorr...