Chapter 8

43 10 0
                                    

Happy Reading all💚
Dean Devandra


Ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Rafa berhasil membuat Dean terdiam dengan seribu bahasa, benar Rafa tidak menanyakan rasa khawatir melainkan 'mengapa pergi ke kantin'.

Rafa yang melihat ekspresi Dean seperti itu semakin yakin bahwa temannya ini memiliki rahasia dengan Arsha. "Kenapa lo diem? Rahasianya besar banget ya?" Celetuk Rafa yang membuat Dean awalnya sedikit menunduk sekarang mendongak sempurna mantap Rafa dengan senyum miring yang tak kunjung luntur.

"Gue...." Ucapannya terpotong saat Rafa dengan cepat melepaskan genggaman tangannya.

"Cah! Sepertinya gue belum pantas tau, ya udah lah sono lo pergi ke kantin sebelum manusia ga jelas itu keburu bolos, gue mau makan dulu udah laper," ucap Rafa cepat dan mendudukkan kembali tubuhnya dengan bersiap menyantap makanannya.

Dean yang mendengar ucapan Rafa segera berlari keluar meninggalkan kelasnya yang membuat Rafa menatap tidak percaya, bukannya menceritakan Dean malah berlalu pergi.

"Wah, wah tu bocah gue udah drama ngambek gini bisa-bisanya dia ga ada niatan buat cerita malah beneran pergi," kesal Rafa saat ini, tanpa sadar tangannya ikut menggenggam erat sendoknya yang membuat tangannya kembali sakit.

"Argghh, aduh, aduh," panik Rafa segera mengusap tangannya yang terasa kebas, "udah sakit mana ga tau cerita lagi." Keluhnya.








Di sinilah Dean saat ini berjalan di koridor sekolah menatap sekeliling, namun nihil batang hidung Arsha saja tidak terlihat sejujurnya Dean masih ingat dengan kata-kata Arsha yang tidak memperbolehkannya untuk berbicara bersama, tapi kali ini Dean hanya akan mencari saja tidak dengan untuk bicara.

Dean menyipitkan matanya saat melihat sosok yang ia cari-cari tadi sedang berada dibawah pohon dengan keadaan kaki terangkat dan mata yang terpejam, namun hal itu tidak membuat Dean tertarik melainkan luka lebam yang ada di sebelah bibir Arsha yang membuatnya bingung apakah dirinya harus menghampiri Arsha atau tidak.

Dean semakin bingung rasanya saat ini, hingga ucapan pak Hasen membuatnya terkejut. "Ngapain kamu bengong disini Dean?" Tanya Hasen

"Emm ga ngapa-ngapain, bapak mau kemana?" Tanya Dean balik.

"Ouh bapak awalnya mau bawa buku-buku ini ke perpustakaan tapi karena bapak ketemu kamu disini sebaiknya bapak menyuruh mu." Ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Hasen membuat Dean menatap buku-buku yang ada di tangan Hasen

"Mau kan?" Tanya Hasen saat melihat Dean hanya diam, Dean dengan cepat mengangguk pertanda dirinya mau, Hasen tersenyum senang akan hal itu.

"Saya bawa ya pak," ucap Dean dengan mengambil buku-buku yang ada di tangan Hasen, Hasen tersenyum dan segera memberikan buku itu.

Sebelum pergi Dean sempat kembali melirik Arsha yang masih memejamkan matanya, Hasen yang melihat arah pandang Dean ikut memiringkan kepalanya dan menemukan sosok Arsha

"Anak itu ternyata," batin Hasen menatap Arsha dengan senyum miringnya.






Pulang sekolah telah tiba Arsha baru saja membuka matanya dan merasakan rasa nyeri di sebelah kiri pipinya, "sshh sialan tu bapak-bapak," kesal Arsha dan mulai menatap sekeliling. "Udah pulang?" Tanya Arsha pada dirinya sendiri

"Ouh baguslah," ucapnya melanjutkan, baru saja hendak berdiri lemparan tas berhasil mengenai pipi kirinya yang sedaritadi merasakan nyeri

Bruk

"Bangun monyet, lu sekolah bukannya belajar malah tidur, mana di bawah pohon kaya gini lagi," sambar Rafa saat sudah melempar tas itu, Arsha yang terkena lemparan tas tidak mungkin tidak tersulut emosi, ya meski itu tas milikinya tetep saja terasa nyeri di bagian pipinya.

"Maksud lo apa? Ada masalah apa lo sama gue, hah!" Tukas Arsha segera berdiri

"Aelah gitu aja lo marah! Ya salah lo, kelas udah mau ditutup tapi lo kagak muncul-muncul, si Dean juga ga mau bawain takut lo marah, gajelas banget tu anak," kesal Rafa pasalnya sedaritadi Dean sudah mencari Arsha ketika sudah ketemu dan disuruh bawain tasnya ga mau, apa ga memuncak emosinya Rafa?

"Ya lo bisa pelan-pelan kan? Sakit bangsat!" Emosi Arsha dengan menatap Rafa yang di depannya.

"Apa lo bilang? Sakit?" Tanya Rafa memastikan ucapan Arsha baru saja. Tak ada jawaban Rafa menyebut itu benar. "Gitu lo bilang sakit? Lemah! Jelas-jelas tas lo kagak isi apa-apa!" Tukas Rafa pasalnya saat dirinya membawa tas Arsha tidak merasakan berat sedikitpun, Rafa berpikir bahwa Arsha hanya membawa angin ke sekolah.











Sorry for typo
See you next chapter all💚
Janlup vote and komen!!
Thank youu!!!🤩💚💚


Dean Devandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang