Happy Reading all
Dean DevandraMalam ini hujan kembali turun membasahi jalanan yang masih ramai digunakan oleh pengendara motor ataupun yang lainnya. Setelah Dean makan malam bersama saudaranya tidak lupa dengan dilanda kesunyian dan kecanggungan kini ia terduduk di dalam kamarnya menghadap luar jendela, menikmati rasa dingin karena hujan dan angin yang bertiup kencang, Dean tersenyum tipis saat ingat bagaimana dulu dirinya bermain hujan bersama Ayah dan Arsha.
"Ayah," lirih Dean tanpa melepas pandangannya dari luar jendela, bayangannya yang mulai berenang di kepalanya berhasil membuat bibirnya tersenyum.
💚💚
Saat ini kedua remaja itu sedang berdiri di depan sekolahnya, seperti janji sang Ayah yang akan menjemput jadi mereka tetep diam di depan sekolah itu tanpa ada niatan untuk pulang. "Ini Ayah mana sih? Lama banget langitnya udah item kaya gitu," tukas Arsha kesal.
Ya memang benar saat ini langit sudah mendung dengan keadaan sekolah juga sudah sepi. "Lo telpon Ayah sana, lama banget," kesal Arsha menyuruh Dean.
"Ya elah lo sabar dulu, kenapa? Bentar lagi juga Ayah dateng," tutur Dean dengan sabar, Dean tau saudaranya ini tidak suka menunggu.
Beberapa menit sudah terlewat sebuah suara terompet berhasil membuat keduanya yang terduduk melamun terkejut.
"Ayah," pekik keduanya kompak
"Surprise!" Pekik sang Ayah
"Ayah ngapain kaya gitu? Kita berdua ga lagi ulang tahun," ucap Dean dengan kekehan.
"Ya ga papa ngasih anaknya surprise ga harus di hari kelahirannya kan?" Tutur sang Ayah yang membuat keduanya tersenyum senang.
Keduanya melangkah mendekat pada sang Ayah. "Ayah jalan kaki?" Tanya Arsha yang tidak melihat sang Ayah membawa kendaraan
"Untuk apa? Kalian tau akan ada apa?" Ucap sang Ayah dengan menaikkan telapak tangannya, dan benar saja setetes air hujan turun tepat di tangannya. "Kita akan main hujan, pulang!" Teriak sang Ayah.
Di setiap perjalan menuju rumah tidak ada rasa sedih hanya ada rasa senang bersama air hujan yang membasahi ketiganya.
💚💚
Kenangan yang paling Dean sukai, namun semua itu harus tandas karena tuduh yang dirinya saja tidak tau kejadiannya seperti apa. Dean masih terdiam menatap ke luar jendela sebelum akhirnya memilih merebahkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya, membiarkan jendela dengan keadaan terbuka.
Sorry for typo
Janlup vote, see you next chapter all
Thank you, papapapyyyyyyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Dean Devandra
Teen Fiction"Bunda ga ada itu karena lo, dan Ayah pergi itu karena lo juga!" Rayyan Arshaka. "Gue benci ketika harus anggap lo sebagai adik gue sekaligus bagian dari keluarga ini." Darren Rarendra. "Gue benci lo juga, tapi hati gue nyuruh buat ga benci lo, sorr...