Chapter 6

50 13 0
                                    

Happy Reading all💚
Dean Devandra

Disinilah dua orang sedang terduduk di atas kursi taman menikmati angin yang berhembus kencang mengenai pipi mulus gadis dengan rambut panjang bergelombang dengan laki-laki yang ada di sebelahnya.

"Sa, lo masih benci adik lo?" Tanya perempuan itu tanpa mengalihkan pandangannya dari depan. Raksa menoleh ke sebelah kiri dimana gadis itu duduk.

"Adik gue? Arsha?" Tanya Raksa pada Jena, Jena segera menoleh hambar menatap Raksa

"Adik gue? Arsha?" Tanya Raksa pada Jena, Jena segera menoleh hambar menatap Raksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Jenara Servian)

"Lo ga akan sebodoh itu, Sa," kata Jena menatap Raksa. "Lo tau siapa yang gue maksud sekarang, bukan?" Ucap Jena melanjutkan kata-katanya

Raksa hanya diam dengan pandangan mulai kembali menatap ke depan, "gua ga pernah benci dia," kata Raksa

"Tapi lo siksa dia."

"Gue ga pernah siksa anak itu sekalipun, sama sekali ga." Raksa mengatakan hal itu dengan penuh penekanan.

"Lo juga ga tau soal keluarga gue, Jen." Raksa memejamkan matanya sebentar menikmati hembusan angin yang mulai memudar.

"Iya gue emang ga tau, tapi gue tau kalian benci anak itu, bukan?"

Raksa hanya diam mulutnya enggan untuk menjawab ucapan Jena, tanpa menjawab ucapan Jena tadi Raksa memilih menegakkan tubuhnya dan mengeluarkan ponsel dari sakunya, Jena yang melihat Raksa hanya bisa memalingkan wajahnya kesal.

"Gue lagi ngomong, lo bisa ga sih jangan main handphone dulu?" Sentak Jena yang hendak merebut handphone milik Raksa.

"Omongan lo ga penting," ketus Raksa dan mulai berdiri meninggalkan Jena yang terlihat kesal.



Kembali lagi pada Arsha anak itu sedang berada di kantin menikmati makanan yang ia pesan tadi, hanya sendiri. "Den sudah masuk kelas, tidak mau masuk?" Tanya pemilik kantin itu, Rahmi.

"Males," jawab Arsha singkat, Rahmi yang mendengar itu hanya menggeleng tidak percaya dengan anak yang di depannya saat ini.

Berbeda dengan kelasnya saat ini, Dean terus saja menatap luar pintu kelasnya menunggu Arsha muncul dari sana, namun hingga satu jam pelajaran terlewatkan Arsha juga tidak kunjung datang, Rafa yang melihat Dean terus menatap luar pintu sedikit menaikkan satu alisnya.

"Lo nunggu siapa?" Tanya Rafa tiba-tiba, Dean yang merasa bahwa Rafa bertanya padanya segera menoleh.

"Arsha," jawab Dean singkat yang membuat kerutan di dahi Rafa terlihat jelas.

"Arsha? Bocah sialan itu? Mau apa lo?" Pekik Rafa tiba-tiba yang membuat seisi kelas itu menoleh ke arah mereka berdua, namun untung saja guru yang ada di depan tidak mendengar karena terlalu fokus.

"Ck! Bisa pelan-pelan kan ngomongnya?" Tukas Dean namun dengan berbisik saat menyadari seisi kelas menatap ke arahnya lebih tepatnya ke arah mereka berdua.

"Ya sorry, lagian lo ngapain nunggu anak itu?"

"Ga ada gue cuma khawatir dia ketinggalan pelajaran karena ga masuk kelas, gue takut nanti dia kena hukum karena ga ikut jam pelajarannya pak Hasen sekarang," ucap Dean panjang lebar yang membuat Rafa cengo.

"Lu masih sehat kan?" Ucap Rafa menyentuh dahi Dean, Dean yang diperlukan seperti itu hanya berdecak kesal

"Lo ngapain peduli sama anak itu?lagian ya kalau di kena hukum dia bisa bolos kaya hari-hari yang lalu, kalau dia ketinggalan pelajaran dia ga akan ketinggalan kelas, karena apa? Karena dia selalu ngerjain tugasnya," Ucap Rafa tanpa jeda

"Lagian gue heran kenapa dia bisa ngerjain semua tugasnya secara dia jarang ikut pelajaran," kata Rafa dengan kepala menggeleng beberapa kali

"Itu karena gue yang ngerjain tugasnya," batin Dean.











Sorry for typo
See you next chapter all💚
Janlup vote and komen yaaa



Dean Devandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang