"Wah, kau hebat sekali. Selama ini... aku bertanya pada diriku sendiri. Apa yang salah dari aku sampai kau menghindariku?"
Jantung Aou terasa berdetak lebih kencang dengan tubuh yang masih kaku karena terkejut dengan kedatangan orang di depannya
Orang itu melangkah lebih dekat, "Ternyata kau ingin menyelidiki ulang kasus itu?"
Winny dan Satang melangkah lebih dekat untuk melihat dengan jelas siapa orang yang ada di hadapan Aou
"Boom? Bagaimana bisa kau ada di sini?" tanya Satang heran
Orang yang tadi ditelepon oleh Joong adalah Boom. Joong merasa ia bisa mendapatkan dua keuntungan dalam satu langkah. Di satu sisi, Aou tidak kembali menjadi detektif yang cuek seperti dulu dan di sisi lain, Boom juga harus tau kenyataannya karena bagaimanapun, kasus ini melibatkan dia.
Dugghh
Boom mendorong tubuh Aou dengan kedua tangannya membuat Aou hampir terjatuh namun segera ditahan oleh Winny yang berdiri di belakang Aou
Boom tidak dapat menyembunyikan kemarahan sekaligus kekecewaannya, "Kenapa!? Kenapa dari semua kasus, harus kasus yang ini?"
Winny tidak terima sahabatnya didorong dan dimarahi seperti itu, ia pun kesal pada Boom, "Boom, maksud Aou itu baik. Kau tidak harus mendorongnya begitu!"
Boom menatap sinis pada Winny, kemudian menatap Satang dan Joong, "Aku ingin berbicara empat mata dengan Aou. Bisakah kalian keluar dulu?"
Satang merangkul pundak Winny dan menepuk pundak itu dengan pelan untuk menenangkan Winny dari amarahnya.
Satang mengangguk, "Oke, kurasa kau dan Aou memang harus meluruskan semuanya. Joong, Winny ayo kita keluar dulu"
Pada akhirnya, Winny ditarik oleh Satang untuk keluar dari ruangan itu, diikuti oleh Joong.
**
Setelah ketiga teman Aou pergi, Aou tidak berani berbicara apapun, ia tidak tau harus mulai darimana untuk menjelaskan semuanya.
Boom juga merasakan perasaan yang berkecamuk di dadanya, perasaan sedih, kecewa, takut, marah, semua dirasakan dalam waktu yang sama.
Boom berdiri membelakangi Aou tanpa berbicara apapun selama beberapa saat
Aou melihat Boom dari belakang dan ia mulai khawatir karena Boom terlihat seperti sedang mengusap matanya
"Boom?" tanya Aou sembari menghampirinya dan melihat Boom dari depan
"Boom.. jangan menangis"
Benar saja dugaan Aou, Boom menangis dengan menahan suaranya agar tetap terlihat tegar.
Ketika mereka sudah saling berhadapan, Boom mengusap lagi air mata yang mengalir di pipinya. Ia berusaha untuk mulai mengeluarkan isi hatinya, "Aou, kau ingat saat kita pertama kali bertemu di jembatan?"
Aou menjawab dengan anggukan kepala
Boom terlihat menatap sendu pada Aou, "Saat itu, aku sangat ingin mengakhiri hidup, aku benar-benar ingin bunuh diri. Kurasa, semua yang datang ke hidupku, pada akhirnya akan pergi. Aku sudah lelah dengan semua itu dan aku berpikir agar aku saja yang pergi dari dunia ini"
Aou diam dan memilih untuk mendengarkan keluh kesah Boom
Di satu sisi, Boom memaksakan diri untuk tersenyum, "Aku sangat ingin berteriak pada dunia bahwa aku lelah, aku kecewa, aku sedih, tapi... aku memilih untuk diam. Kau tau kenapa?"
"Aku... aku tidak tau" jawab Aou
"Karena teriakanku tidak mengubah apapun dan kau pikir dengan kau menyelidiki ulang kasus itu, para oknum bisa mendapat hukuman yang setimpal? TIDAK! Tidak sedikitpun" Boom berkata dengan menggebu-gebu
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive Please [AouBoom]
FanfictionAou, seseorang yang menjadi detektif karena paksaan orang tua, menjadikan dirinya sebagai detektif yang cuek, menyelesaikan kasus dengan acuh tak acuh, dan tidak ingin terlibat terlalu jauh dengan kehidupan orang lain. Namun, bagaimana jika semesta...