Boom tersenyum miris, "Mungkin... aku yang tak pantas mendapatkan cinta dari orang lain. Siapa juga orang yang akan tulus mencintaiku? Siapa orang yang benar-benar ingin menjadi pacarku? Tidak ada"
"Ada. Orang itu adalah orang yang sekarang berada di hadapanmu"
Tidak ada reaksi yang berarti dari Boom, ia menatap Aou datar, "Berapa banyak orang yang sudah kau katakan seperti itu? Kau berbicara tanpa ragu seperti perasaan hanya sebagai permainan"
"Boom, aku—"
"Aou, ini adalah hari pertama kita bertemu. Bahkan kita bertemu belum sampai 24 jam, simpan perasaanmu untuk orang yang akan benar-benar kau cintai. Perasaanku bukan untuk dipermainkan apalagi untuk jadi bahan taruhan" ucap Boom lirih
'Oh, kau temannya dia? Untuk apa dia mengutusmu ke sini? Untuk menjadikanku bahan taruhan lagi? Untuk dipermalukan?' Seketika, kilas balik ucapan Boom di loop sebelumnya kembali teringat oleh Aou
Aou mengacak rambutnya frustasi, ia membatin, 'Huft, aku sungguh harus berhati-hati atas semua tindakan dan ucapanku. Salah sedikit maka bisa membuka luka batinnya. Aku harus bagaimana?'
Sebenarnya, Aou berucap seperti itu karena reflek, bukan karena ia benar-benar memiliki perasaan kepada Boom. Yang Aou pikirkan hanya agar Boom merasa lebih baik tetapi tanpa disangka, ucapan tersebut menjadi bumerang baginya.
Boom merapikan piring dan garpu yang ada di meja karena ia dan Aou telah selesai makan
Boom beranjak dari tempat duduknya dan berkata, "Sudahlah, lupakan saja. Anggap saja obrolan kita tidak pernah terjadi, aku juga akan menganggap ucapanmu hanya omong kosong. Lebih baik kita istirahat, sudah malam. Kau pasti ingin menginap di sini, kan?"
"Darimana kau tau?" tanya Aou
"Dari awal kita bertemu, kau selalu mengikutiku dan bahkan membawaku ke tempat kerjamu. Kita bahkan tidak pernah berjarak satu meterpun. Lagipula hari sudah terlalu gelap, tidur saja di sini" ucap Boom sambil melangkah ke kamar tidur
**
"Aou, kau tidur di lantai, aku sudah siapkan alas tidurnya" ucap Boom setelah menyiapkan alas tidur, bantal dan selimut untuk Aou
Aou tidak memiliki pilihan lain, yang ia pikirkan adalah agar dapat melewati hari ini dan menjalani hari esok seperti orang pada umumnya.
Boom tidur di atas kasur dan Aou tidur di lantai. Mereka mulai mengambil posisi untuk tidur dan menutup mata.
Beberapa menit kemudian, ruangan menjadi hening karena mereka telah terlelap setelah melewati serangkaian kejadian yang melelahkan hari ini.
"Pho.. Mae..." suara Boom terdengar pelan
"Pho... kenapa kalian meninggalkan Boom sendirian?" Boom berkata dengan lirih
Aou terbangun saat mendengar suara Boom meskipun suara itu sangat pelan.
Aou beranjak dari lantai dan duduk di tepi kasur, ia mengguncang pelan tubuh Boom yang mengigau dalam tidurnya, "Boom, kamu kenapa?"
Perlahan air mata Boom mengalir, "Pho.. mae.. Boom ingin ikut kalian, Boom ingin dipeluk kalian, Boom rindu dengan suara tawa dan omelan kalian. Di sini sangat hening, di sini sangat menyakitkan. Boom tidak memiliki tempat untuk pulang"
Mendengar perkataan Boom, air mata Aou perlahan membasahi pipinya.
Aou berkata pelan di sebelah telinga Boom, "Boom, suatu saat kamu pasti memiliki tempat untuk pulang. Aku tidak tau dimana itu, aku juga tidak tau siapa orang yang akan membuatmu merasa seperti berada di rumah tapi aku akan berada di sisimu hingga kamu menemukan orang itu, orang yang membuatmu merasa nyaman dan aman"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive Please [AouBoom]
FanfictionAou, seseorang yang menjadi detektif karena paksaan orang tua, menjadikan dirinya sebagai detektif yang cuek, menyelesaikan kasus dengan acuh tak acuh, dan tidak ingin terlibat terlalu jauh dengan kehidupan orang lain. Namun, bagaimana jika semesta...