Aou memeluk Boom yang rapuh, "Kau sudah berusaha dengan sangat keras... kau pasti sangat lelah.. maaf karena aku terlambat masuk ke dalam kehidupanmu. Maaf..."
Boom yang sedaritadi berusaha mengusap air matanya sebelum bertemu dengan Aou dan berusaha terlihat baik-baik saja, kini tidak dapat menahan tangisnya, air matapun lolos begitu saja dan perlahan Boom membalas pelukan Aou, seseorang yang kini menjadi safe zone baginya
Boom tidak dapat berkata apapun, hanya isak tangis yang dapat Aou dengar. Boom menyandarkan kepalanya di bahu Aou dengan air mata yang masih mengalir.
Aou mengusap punggung Boom untuk menenangkannya serta menunjukkan bahwa ia akan menjadi orang yang ada di sisi Boom dalam situasi apapun.
"Tenang.. sekarang kamu tidak sendiri" ucap Aou yang masih memeluk Boom
Perlahan Boom melepas pelukan mereka dan berkata dengan suara bergetar, "Terima kasih atas semua yang telah kamu lakukan untukku. Sekarang, lebih baik kita masuk dulu ke dalam rumah, ada hal yang ingin kubicarakan"
Aou mengangguk dan mengikuti Boom masuk ke dalam rumah dan mereka duduk di ruang tengah
Boom memerlukan waktu beberapa menit untuk menenangkan dirinya agar tidak menangis lagi.
Boom menarik napas yang panjang lalu berkata, "Aou, saat kita berbincang di taman yang ada di dekat kantor detektif, kau ingat kan ketika kau bilang kau adalah detektif yang gagal?"
Aou menganggukkan kepalanya tanpa bicara apapun
"Kau ingat juga kan saat aku bilang bahwa yang kau lakukan itu bukan suatu kegagalan melainkan bagian dari proses?" tanya Boom lagi yang dijawab dengan anggukan oleh Aou
Boom menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dan tersenyum miris, di tengah itu, air matanya mulai membasahi pipinya lagi, "Saat aku bicara begitu, aku mulai menyadari bahwa sebenarnya yang gagal itu bukan dirimu... tapi aku."
Boom berusaha mengusap air matanya dengan cepat dan melanjutkan perkataannya, "Aku yang tidak berusaha lebih keras lagi, aku yang menyerah dari awal, aku yang pengecut, aku yang tidak mau mencoba untuk mencari jalan keluarnya. Setelah berbincang denganmu di taman, semua hal itu kurasakan, tidak ada yang dapat kulakukan lagi."
Aou meraih tangan Boom, "Aku akan membantumu"
Boom segera melepaskan genggaman tangan Aou, "Ini tidak seperti yang kau bayangkan. Kau tidak mengenal siapa aku dan apa yang telah kualami. Aku tidak mau kau merasakan kesulitan yang pernah kurasakan. Lawanmu bukan orang sembarangan"
"Detektif... kau adalah seorang detektif" ucap Aou dengan tegas
Tubuh Boom seakan membeku dan ia tidak dapat berkata apapun
Aou mengambil kesempatan itu untuk meneruskan ucapannya, "Apa salahnya jika aku tidak mengenalmu? Apa salahnya jika aku tidak tau apa yang pernah kau alami? Aku akan mengenalmu perlahan. Kau yang membuatku sadar bahwa selama kita berusaha, tidak ada yang namanya kegagalan, melainkan itu adalah bagian dari proses. Apa salahnya jika kita berusaha untuk bangkit dari keterpurukan? Apa salahnya jika kita bersedih? Terkadang kesedihan itu perlu agar kita menghargai setiap momen kebahagiaan. Kita tidak akan tau apa arti kebahagiaan jika kita tidak pernah merasakan kesedihan."
Aou tersenyum dan mengusap air mata di pipi Boom dengan lembut, ia menatap tepat di mata Boom dan menyodorkan jari kelingkingnya, "Boom, aku ingin kita mendaki puncak itu bersama. Aku ingin tiba di puncak keberhasilan itu bersamamu. Bagaimana denganmu?"
Boom tersenyum seakan beban yang ada di hatinya berkurang ketika mendengar ucapan itu. Boom mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Aou, "Terima kasih karena telah meraih tanganku saat aku sedang tergelincir ketika berusaha mendaki puncak itu. Aku... ingin mencapai puncak itu bersamamu. Maaf karena mungkin aku sudah merepotkanmu dengan semua tingkahku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alive Please [AouBoom]
FanfictionAou, seseorang yang menjadi detektif karena paksaan orang tua, menjadikan dirinya sebagai detektif yang cuek, menyelesaikan kasus dengan acuh tak acuh, dan tidak ingin terlibat terlalu jauh dengan kehidupan orang lain. Namun, bagaimana jika semesta...