6

271K 11K 595
                                    

Langit malam yang semula jernih dengan milyaran bintang di atasnya, berubah keruh. Berlapis-lapis awan gelap menutupi cahaya bulan dan benda-benda langit lainnya. Sore tadi, saat Katya sedang sibuk memandangi boyband kesayangannya, Nathan mendadak muncul di teras rumahnya. Rasa khawatir gadis itu seharian ini pun terbayar sudah.

Nathan, entah kerasukan setan apa, mendadak mengajaknya makan. Dan demi menuntaskan rasa khawatirnya, Katya iya-iya saja saat Nathan membawanya ke salah satu restoran di daerah Dago atas yang notabene lumayan jauh dari rumahnya.

"Kayaknya mau hujan deh, Nath," ujar Katya sambil bergidik. Hawa dingin menusuk kulitnya meski sudah terlapis sweter.

"Iya, sabar, sabar. Gue ngebut nih ya biar cepat nyampe rumah lo," kata Nathan. Mereka pulang larut malam akibat terlalu hanyut dalam obrolan. Ternyata, Nathan bisa menjadi teman yang 'lumayan' kalau tidak sedang resek.

Mendadak, suara guntur menggelegar dan hujan deras mengguyur. Well, enggak begitu deras sih, tapi rapat. Jadi hujannya kecil juga bakal tetap basah.

"Nath, hujan!" seru Katya panik. Dia dengan sigap menutupi tas berbahan kanvasnya, agar barang-barang yang berada di dalam tas tidak basah terkena air hujan.

Nathan meminggirkan motornya di salah satu halte tempat beberapa pengendara motor lain berteduh. Dia membuka jaketnya dan tanpa permisi menyampirkannya di bahu Katya.

"Dingin, lo pakai ini aja," katanya. Katya mengangguk.

Ternyata, cowok kayak Nathan bisa gentle juga. "Lo mau balik ke rumah gue dulu enggak? Rumah gue deket, kok. Nanti gue keluarin mobil biar lo enggak kehujanan." Ini adalah tawaran terbaik dari Nathan. Ulangan tengah semester sudah di depan mata, kalau Katya sampai sakit kan bahaya.

"Ya udah," jawab Katya. Nathan dengan nekat menembus hujan deras di daerah yang naik turun seperti ini. Nathan sendiri tidak begitu paham mengapa dia merasa perlu melindungi Katya.

Oh, dia tahu. Melindungi seorang wanita adalah naluri alami pria. Pria yang sudah tentu lebih kuat secara fisik dibanding wanita harus melindunginya, apalagi jika wanita itu adalah wanita yang dia sayangi. Lagi pula, Nathan tidak ingin mengulang kesalahan yang sama seperti apa yang ayahnya perbuat dahulu. Katya mungkin terlihat kuat, terlihat berani, tapi dia tetaplah seorang wanita. Wanita yang memang sudah kodratnya lebih rapuh dibanding pria.

Nathan memarkirkan motornya di garasi. Hujan masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat, tetapi Katya tetap harus pulang.

"Masuk dulu," kata Nathan.

Katya mengangguk lemah. Entah kenapa, dia merasa takut menemui kedua orangtua Nathan. Nathan dan Katya masuk berbarengan, disambut oleh wanita cantik bertubuh tinggi langsing.

"Nathan? Eeh ..., ada tamu," ucapnya seraya menatap Katya yang setengah basah. Senyumnya mengembang. "Pacarnya Nathan?"

"Eh, Bu-"

"Ck, udah enggak usah dengerin dia. Gue mau ganti baju dulu, lo tunggu di sini," kata Nathan dengan nada memerintah seperti biasa. Katya membelalak. Nathan? Bagaimana bisa dia bersikap sebegini jahatnya pada ibunya sendiri? batin Katya.

"Nathan!" bentak Katya otomatis. Namun, Nathan hanya berlalu pergi sambil menatapnya malas.

"Tante ..., maafin Nathan ya, saya yakin Nathan-"

"Enggak apa-apa, Tante udah biasa. Oiya, nama kamu siapa?"

"Katya, Tante." Gadis itu tersenyum ramah.

Bad RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang