10

254K 10.1K 268
                                    

"Woy, Nath. Siap, kan?" tanya Rizal.

Nathan mengangkat sebelah alisnya. "Apaan?"

Rizal menelan suapan terakhir mi baksonya, lalu menenggak es milo sampai tandas. "Kita harus bales dendam ke taruna. Lo lupa, lo bonyok sama mereka kan?"

Nathan hanya mengedikkan bahu. "Gue enggak ikutan."

Seketika, suasana kantin yang riuh mendadak hening.

"Lo serius, Nath?" tanya Rio.

"Emang kenapa lo pikir gue enggak serius?" tanya Nathan kalem.

"Ya udah. Kalau Nathan enggak mau, enggak usah," ujar Eza. Semua mata tertuju padanya.

"Tuh, ada Eza ini," jawab Nathan. Dia lalu mengeluarkan dompet dan menaruh selembar uang pecahan dua puluh ribu. "Tolong, ya! Gue cabut dulu."

Dan kemudian pemuda itu melenggang pergi.

Jelas sekali, Nathan mau belajar berubah buat Katya. Belajar enggak kasar, dan enggak mainin cewek. Orang bilang, good girls only blongs to good boys. Dan Nathan sudah terlanjur jatuh cinta kepada Katya. Dia enggak rela kalau cewek itu harus nyari cowok lain selain dia.

Cowok itu harus Nathan. Harus.

Jadi, Nathan sejauh ini lagi berusaha buat enggak nyebat, clubbing, tawuran,dan main cewek. Kalau soal enggak main cewek sih, Nathan sudah berani memastikan. Dia enggak bakal sanggup berpaling dari Katya. Menurutnya, Katya punya kharisma sendiri. Sanggup melet Nathan sampai dia enggak bisa berpaling.

Nathan berjalan menyusuri koridor dan melihat Katya sedang duduk di salah satu bangku semen bersama Eriska.

Manis banget ....

Katya tampil beda hari ini. Rambut sebahunya, yang biasanya lurus, sekarang agak diglombangin, mungkin efek jedai a.k.a jepit badai. Hal itu sukses bikin Nathan meleleh.

"Hai, manis," sapa Nathan.

"Apaan sih? Jijik!" jawab Katya jutek.

Nathan ngakak. Udah biasa kayaknya ngadepin respons Katya seperti barusan.

"Balik, yuk!" ajak Nathan.

Katya menatapnya heran. "Wait, lo enggak bakal ikut tawuran?"

Nathan segera membekap bibir Katya. "Woy, jangan keras-keras. Lo mau kita ketauan apa?"

"Hmmm ..., kamcong menyingkir, misi-misi ...," sela Eriska seraya pergi.

Katya menatap Nathan yang masih berdiri di hadapannya. "Serius lo enggak ikutan?"

Nathan tertawa. "Enggak. Lo tenang aja."

"Hm." Katya menggumam. "Berarti langsung pulang, ya?"

Nathan menggeleng. "Makan dulu," katanya, membuat Katya menghela napas panjang.

"Nath, gue lagi ada masalah sama Agatha. Enggak bisa kelayapan, please tolong pengertiannya. Gue enggak mau dikurban."

"Bentar doang deh, Kat, enggak jauh-jauh kok. Sumpah. Bentaran aja. Laper banget, nih."

Nathan menaiki motornya, lalu seperti biasa menyodorkan helm kepada Katya. Gadis itu pasrah saja saat Nathan membawanya ke sebuah restoran padang dan membiarkannya memesan.

"Lo bilang enggak jauhjauh!" Gadis itu memukul bisepnya. "Ini jauh namanya."

"Ya abis gimana, dong? Orang yang enaknya di sini." Nathan membela diri.

Bad RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang