Tangan Hani saat ini gatal sekali ingin mencari di google tentang berapa rata-rata gaji dosen di universitas, kenapa rumah yang saat ini diklaim sebagai milik Hasan terlihat lebih mewah dibandingkan dengan rumah Dimas yang orangtuanya merupakan pengusaha sukses?
Berapa gajinya setiap bulan?!
'Salah belok kali ya?' batin Hani seraya masih melongo menatap rumah mewah di hadapannya.
"Mama! Ayo, masuk, Ma!" ajak Leo menarik tangan Hani agar memasuki rumah besar tersebut.
Dengan panik Hani mencegah bocah itu. Tangannya menahan Leo agar tak masuk lebih dulu, Hani benar-benar takut jika mereka salah rumah. Nanti diteriaki maling kan, tidak lucu.
"Tunggu bentar, Leo. Nunggu Papa kamu dulu."
"Masuk aja, Han. Saya beresin ini dulu," sahut Hasan yang masih sibuk dengan barang bawaan mereka di bagasi mobil.
Hani menoleh dengan ragu. Jadi, rumah tersebut memanglah milik Hasan? Apa mungkin Dosen killer itu memiliki kerja sampingan hingga bisa sekaya ini mengingat mobil yang mereka kendarai tadi juga bukan sembarang mobil. Apa mungkin semuanya dicicil seumur hidup?
"Ayo, Ma. Papa ditinggal aja!" Leo kembali menarik Hani untuk masuk ke dalam rumah mereka.
Belum cukup Hani dibuat terkejut dengan penampilan luar rumah, bagian dalamnya juga tak kalah mewah dan keren.
"Gila ...." gumam Hai terkagum-kagum.
Benar-benar lebih mewah dari rumah Dimas. Sungguh seperti rumah impian yang Hani inginkan kala dulu melihat sinetron. Ngeri abis.
Setelah masuk ke dalamnya, Leo lantas melepaskan genggaman Hani dan berlari menuju ruang TV untuk memamerkan mainan barunya kepada Hani.
"Mama, lihat! Aku baru dibeliin papa mainan baru!"
Hani hanya tersenyum tipis seraya mendekat dan duduk di sofa, melihat Leo yang heboh memamerkan mainan pesawat tempurnya.
'Pasti mahal,' batinnya.
"Bagus nggak, Ma?"
"Mayan lah. Emang bisa terbang itu?" tanya Hani seadanya.
Leo mengangguk mantap. "Bisa dong, nanti main bareng-bareng sama Papa yuk!"
"Besok ya, Sayang. Sekarang udah sore," sahut Hasan yang datang dengan tiga tas ditangan yang berisi baju kotor selama di Rumah Sakit dan sebuah tas kerjanya.
Hani yang malas membantu pun pura-pura tidak melihat, tapi sialnya salah satu tas yang Hasan bawa tiba-tiba jatuh.
Hani berdecak lalu menunjuk tas kerja Hasan yang terjatuh. "jatuh tuh, Pak."
"Oh?" Hasan menoleh pada Hani. "Bisa minta tolong taruh di ruang kerja saya, Han? Saya mau ke ruang laundry dulu."
"Leo, tuh disuruh papamu taruh tasnya."
"Bukannya Mama yang disuruh?"
Alah.
Hani mau tak mau akhirnya berdiri. Dengan wajah malas ia ambil tas Hasan lalu kembali menghampiri Leo.
"Ruang kerja Papa kamu di mana?"
Leo mendongak dan menunjuk sebuah ruangan di dekat tangga. "Di sana, Ma."
Hani lantas berjalan ke ruangan yang telah Leo tunjukkan, lalu tanpa mengetuk ia buka pintu itu dan masuk ke dalamnya.
Ruangan berukuran 5 meter persegi itu didominasi warna putih dengan semua barang yang tertata sangat rapi, membuat Hani merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayuan Gila Dosen Duda
Teen Fiction21+ Dicintai ugal-ugalan oleh Dosen duda? Itulah yang dialami Hani Rainsa, Mahasiswi semester tua yang mengalami kecelakaan hingga membuatnya amnesia dan melupakan ingatannya 3 tahun ke belakang. Saat Hani bangun dari koma, dirinya dikejutkan dengan...