chapter 6

296 5 0
                                    

"Mandi dulu, Han. Udah sore."

Mata Hani membelalak dan segera kembali duduk. Ia menatap Hasan dengan tak suka. Kenapa Hasan terus menyuruhnya untuk mandi sih? Terdengar mesum sekali.

"Jangan liat saya kayak gitu," ucap Hasan saat Hani memandangnya dengan bengis.

"Ya Bapak nyuruh mandi terus kayak orang cab*l. Curiga saya."

Pria itu berlalu ke walk in closet yang berada di sebrang ranjang dan kemudian kembali dengan satu set baju untuk sang istri. "Kamu udah nggak mandi seminggu dan baju kamu juga bekas dari rumah sakit. Seenggaknya bersihin badan dulu baru tiduran di kasur."

Walau sebal, Hani tetap menerima pakaian itu lalu berdiri dari duduknya. "Ck, iya iya. Tahu!"

"Nih," ucap Hasan lagi membuat Hani menoleh.

"Apa lagi sih, Pak?"

Dengan santai Hasan menenteng satu set pakaian lain. Kali ini berbeda jenis. "Celana dalam sama BH kamu. Warna hitam ... kesukaan kamu, kan?"

Hani dengan cepat merebut benda itu dari tangan Hasan lalu menyembunyikannya. "Jangan ditenteng gitu!"

"Di mana kamar mandinya?!" tanya Hani setengah membentak, ia malu.

Seraya menahan senyum gemasnya, telunjuk Hasan mengarah pada pintu di pojok ruangan, memberitahu letak tempat yang ditanya Hani. "Di sana. Bisa sendiri atau mau dibantu-"

"Shuuutt!" Hani mengangkat tangannya di depan wajah Hasan. "Saya bisa sendiri!"

Hani segera berlari kecil menuju kamar mandi, meninggalkan Hasan yang diam-diam cekikikan oleh tingkah istrinya itu. Seru sekali menjahili Hani mode malu-malu.

"Biasanya juga minta dipakein-"

"DIEM!" Dengan jantung berdebar Hani menutup pintu kamar mandi itu rapat-rapat, dan setelahnya ia berlari menuju wastafel untuk bercermin. Wajahnya memerah.

"Alah, sial. Ngapain blushing segala, beg*!" monolog Hani mengusap kasar wajah cantiknya karena sebal.

Hasan benar-benar tak berniat menyembunyikan rasa sukanya dan sengaja mendekati Hani secara ugal-ugalan. Hani kan jadi kewalahan!

Masih setengah sebal karena kembali berhasil dibuat blushing oleh Dosen killer-nya itu, Hani memulai mandi dengan wajah yang ditekuk. Jika boleh jujur, ia sebenarnya tak suka digoda begini, tapi kenapa tubuhnya bereaksi sebaliknya? Menyebalkan!

'Argh! Nyebelin banget, Brengs*k!' batin Hani saat lagi-lagi ia teringat oleh perlakuan dan ucapan Hasan.

Ketika sedang sibuk membilas tubuhnya, Hani dikejutkan oleh suara Hasan dari luar kamar. Membuat Hani hampir saja melompat.

"Hani, saya tinggal buat mandiin Leo ya?" pamit Hasan setengah berteriak dari luar kamar mandi.

Hani tersentak lalu kemudian kembali tenang. Ia pikir Hasan masuk ke dalam tadi.

"Oke."

"Jangan lama-lama, Han. Abis itu kita siapin makan malam ya," tambah Hasan membuat Hani mendengus.

"Iyaaa!" jawabnya lagi dengan setengah kesal.

'Mandi pun masih diganggu,' pikir Hani.

Setelah menyelesaikan mandi dan memakai baju yang disiapkan Hasan tadi, Hani lantas keluar dari kamar mandi sembari celingukan untuk mencari keberadaan sang suami, tapi yang ia dapati hanyalah kamar kosong. Sepertinya Hasan meninggalkannya dan lebih dulu turun ke lantai bawah.

Hani berlari kecil menuju meja rias dan kemudian melihat-lihat beberapa make up di sana. Dari tadi, hal ini yang ingin ia coba.

"Boleh juga selera lo, Han," ucapnya pada diri sendiri saat menemukan betapa lengkapnya peralatan make up yang ia miliki sekarang.

Rayuan Gila Dosen DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang