hi, happy reading buat yang vote🥰 yang gak vote peduli amat😠
***
Ngantuk, tidak ngantuk. Hani harus merem.
"Han? Udah tidur kah, Han?"
Beberapa kali Hasan memanggil Hani, namun dengan sengaja Hani abaikan. Pasalnya, saat ini posisinya sedang berbaring bersama Hasan di ranjang, tanpa Leo. Tolong digaris bawahi, TANPA LEO.
Bocah cilik itu malam ini tidur bersama neneknya, dan karena hal itu pula, Hani tidak bisa membujuk Leo untuk menjadi tameng malam ini. Tidak dengan mertuanya di sini.
Jadi, Hani sengaja berpura-pura sudah tidak sadarkan diri walau sebenarnya ia masih belum mengantuk. Bukan hanya takut diserang saat lengah tertidur, tapi juga diajak yang macam-macam jika ketahuan belum tidur.
"Han ... kamu nggak usah pura-pura, saya tau kamu belum tidur. Kamu masih mingkem."
Ck, Sial*n. Kenapa juga Hasan tau semua trik bertahan hidupnya? Hani merasa tidak punya keahlian khusus jika semuanya sudah diketahui Hasan begini. Memalukan.
"Han, kan ada ibu saya, ayo panggil pake aku-kamu ya. Trus manggilnya 'mas' atau 'sayang' yuk? Ibu nggak bakal ngelepasin kita kalo kamu masih manggil kaku gitu," jelas Hasan panjang lebar, berharap Hani mendengarkannya.
"Saya sih nggak masalah kalo ibu tinggal di sini terus. Tapi agak sedih soalnya jadi jarang liat kamu tantrum."
"Maksudnya apa, Pak?"
Hasan cengengesan saat Hani akhirnya menyahut. "Hehe. Panggil 'aku kamu' ya? Saya kasih uang jajan lebih deh."
Tak ada sahutan lagi dari Hani, membuat Hasan mengangkat kepalanya untuk melirik sang istri.
"Dah tidur, Sayang?"
"Kamu loh biasanya tidur jam dua belas, masa jam segini udah tidur?"
"Han?" panggil Hasan yang kali ini disahuti bentakan tertahan Hani.
"Apaan sih?!"
Hasan tersenyum kecil saat mendengar nada sebal itu. "Hehe, nggak bisa tidur?"
Mata Hani terbuka sedikit lalu melirik Hasan yang ternyata sedang memperhatikannya. "To the point aja, Pak. Saya ngantuk nih, nggak ada mood buat bercanda ria."
"Panggilnya 'mas', Han."
"Ribet!"
Hasan terkekeh kecil, merasa lucu dengan ucapan sang istri. "Tapi aku belum ngantuk ..."
"Nggak nanya."
"Aku nggak bisa tidur," ucap Hasan lagi.
"Aku bisa, good night" jawab Hani sebelum kini memunggungi Hasan, sengaja agar tidak diajak bicara lagi.
Diam-diam Hasan tersenyum tipis saat Hani mulai menyamakan panggilan mereka menjadi 'aku kamu'. Hasan semakin semangat saja.
"Han?"
Tak begitu saja menyerah saat sengaja diabaikan, pria itu memberenggut lalu mendekat pada Hani dan menyentuhkan dahinya pada punggung Hani dengan manja. "Tsk, nggak asik banget. Aku nggak bisa tidur kalo nggak dipeluk, Han."
"Oh, nice info," sahut Hani seraya bergerak maju agar Hasan tak menempelinya.
"Kamu nggak ada niat mau meluk dulu kah? Tangan aku gatel mau meluk kamu ini, Han." Hasan mendongak kala Hani menghindari dirinya, memperlihatkan wajah sebalnya karena diabaikan.
Hani mengangkat bahunya tidak peduli. "Nggak ah, males."
"Yaudah ...."
Mendengar jawaban Hasan yang begitu lemas, Hani pikir pria itu sudah menyerah. Tapi saat merasakan lilitan lengan berotot Hasan pada perutnya, Hani tahu jika Hasan sedang nekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayuan Gila Dosen Duda
Teen Fiction21+ Dicintai ugal-ugalan oleh Dosen duda? Itulah yang dialami Hani Rainsa, Mahasiswi semester tua yang mengalami kecelakaan hingga membuatnya amnesia dan melupakan ingatannya 3 tahun ke belakang. Saat Hani bangun dari koma, dirinya dikejutkan dengan...