Chapter 12

173 5 0
                                    

Sepanjang hari, Sania benar-benar tak memperbolehkan Hani melakukan sesuatu. Bahkan pada saat ini makan malam di meja makan saja Hani diminta putar balik dan kembali ke kamar. Makan di kamar saja.

Ya ampun, kalau begini yang ada Hani bosan setengah mati!

Saat ini masih jam 8 malam, tapi dirinya sudah harus stay di kamar dan cepat tidur. Hani kan masih ingin menonton kartun di ruang TV.

Karena itu, jalan alternatif lain yang bisa Hani lakukan adalah melihat youtube dari ponselnya. Beruntung, Hasan sudah membelikannya ponsel baru, jadi dia tak perlu menggunakan ponsel layar remuk seperti sebelumnya. Seraya bersandar nyaman di headboard, Hani tonton kartunnya dengan tenang.

"Gimana?"

Hani mendongak saat Hasan ternyata masuk ke dalam kamar dan bertanya padanya. "Hm? Apanya?"

"HP-nya. Ada issue nggak?"

"Oh... Nggak kok. Aman, Pak." Hani pamerkan ponselnya pada Hasan. "Oke banget, recommended! Makasih ya, Pak!"

Mendengar hal itu, Hasan mengangguk dengan pelan lalu duduk di ujung ranjang sembari melirik pada Hani yang sibuk menonton kartunnya.

Hasan tahu jika Hani pasti bosan karena dilarang ini dan itu oleh ibunya, karena itu ia sedikit merasa bersalah saat melihat Hani mencari hiburan di ponselnya.

"Maafin ibu saya ya kalo seenaknya. Ayo, saya temenin nonton di bawah, nanti biar saya bilangin ibu kalo kamu mau liat TV."

Hasan kira Hani akan langsung meloncat dan menarik Hasan untuk keluar kamar, tapi respon dari wanita itu diluar perkiraannya. Hani malah menggeleng dan tetap fokus pada ponsel yang menampilkan animasi favoritnya.

"Nggak usah, Pak. Di sini aja."

"Beneran, kamu nggak bosen?"

Lagi-lagi Hani menggeleng. "Enggak. Lagian TV di bawah pasti lagi dipake Leo buat nonton cocomelon. Nggak asik!"

Padahal Hani juga sedang menonton kartun yang tak jauh beda.

Hasan mengangguk. "Bener sih."

"Nah, yaudah enak di sini aja."

"Oke."

Hani melirik kaget saat Hasan naik ke ranjang lalu bergabung dibawah selimut bersama Hani. "Trus ngapain Bapak ikutan?"

"Katanya, enak di sini aja. Ya udah saya ikut," jawab Hasan dengan enteng.

Lah, kok?

"MAKSUDNYA TUH SAYA YANG DI SINI, PAK HASAN YA KE SANA AJA!"

Hasan cemberut. Bukan karena diusir pergi, melainkan karena Hani terus saja memanggilnya dengan sebutan 'Pak'.

"Manggil Bapak terus, saya Bapak kamu kah?"

Mendengar protesan Hasan, Hani pun terdiam. Karena tadi pagi ia diejek oleh Dimas sebab memanggil Hasan dengan sebutan 'Mas', Hani jadi merasa malu dan akhirnya kembali dengan sebutan keramat itu.

"Kan, Bapak Dosen," jawab Hani beralasan.

"Ya tapi kan ini di rumah, bukan di kampus, Han," rengek Hasan dengan sebal. "Padal tadi udah bagus panggilnya 'Mas', malah diganti lagi."

Hasan tidak suka mendengar Hani memanggilnya dengan formal begitu. Ia merasa seolah sang istri sengaja menciptakan jarak dan mengingatkan Hasan bahwa dirinya hanyalah seorang Dosen dan tidak lebih dalam hubungan mereka.

Hani menggaruk kepalanya yang gatal. "Hehe, masih belum kebiasa, Pak. Maaf ya."

Bukannya menjawab, Hasan malah memalingkan mukanya ke arah lain dengan bibir cemberut seperti bebek.

Rayuan Gila Dosen DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang