Chapter 10

216 6 0
                                    

Sekitar tiga menit setelah Hasan berangkat mengantar Leo, terdengar suara ketukan pada pintu depan yang membuat Hani yang tadinya ingin mandi pun mengurungkan niatnya.

"Ada yang ketinggalan, Mas?" tanya Hani seraya membuka pintu. Ia kira, Hasan kembali pulang karena ada sesuatu yang tertinggal, namun tebakannya salah.

Di hadapannya saat ini, berdiri gadis muda cantik dengan sebuah bingkisan di tangan.

Hani sedikit terkejut dan kemudian segera bertanya. "Oh? Maaf, cari siapa ya?"

Gadis itu mengulurkan tangan ke arah Hani, lalu dengan wajah angkuh memperkenalkan diri. "Kenalin, gue mantan istri mas Hasan."

Mata Hani membelalak, menatap tamu di hadapannya itu dengan tak percaya. Tapi, lebih terkejut lagi saat Dimas tiba-tiba muncul dan memukul punggung gadis di depannya itu sedikit keras.

"Mulai! Nggak bisa kalo nggak cari masalah!" tegur Dimas lalu menundukkan kepala si gadis untuk meminta maaf.

"Sorry, Han. Kenalin, ini Beka adik pak Hasan."

Gadis bernama Beka itu menyingkirkan tangan Dimas dari kepalanya dan kemudian tersenyum lebar menatap Hani. "Hi, Han. Gimana kabar lo?"

Ah ... sial. Hani kira cerita di mana ia dilabrak mantan istri Hasan sudah mulai, tapi ternyata cuma prank. Padahal Hani sudah siap pasang kuda-kuda jika sekiranya dibutuhkan.

Hani tersenyum canggung tak tahu harus bagaimana. "Baik ... kabar s-saya baik."

Dimas sontak tertawa kencang. "Nggak cocok banget, Sial! Sopannya keterlaluan, pake 'saya' hahaha. Mau sidang skripsi lo, Han?"

Satu tabokan ganti Beka hadiahkan untuk Dimas. Gadis manis itu kemudian tersenyum tak enak hati kepada Hani yang sedang bingung. "Santai aja. Gue juga seumur Dimas, dan kita bertiga udah temenan dua tahun ini, jadi ... santuy aja, Han!"

Beka tersenyum lebar kepada Hani, berusaha menunjukkan jika mereka memanglah teman baik.

"Ah ... iya. Mau masuk dulu?" tanya Hani mempersilahkan keduanya untuk masuk.

Hari ini, satu hal lagi yang baru Hani tahu tentang Hasan. Bahwa pria itu memiliki adik perempuan yang sangat cantik. Ia memang pernah dengar tentang Tante dari Leo itu, namun belum sempat bertemu.

Hani hampir percaya saat Beka mengaku sebagai mantan istri Hasan, jika saja Dimas tidak membongkar kedok gadis itu tadi, ia pasti sudah baku hantam.

"Jadi ... Mas Hasannya ke mana, nih?" tanya Dimas dengan nada mengejek saat tahu bahwa Hani sudah memanggil Hasan dengan sebutan mas. Padahal terakhir kali, Dimas yakin betul jika Hani masih menggunakan embel-embel 'Pak'.

Yah, meski ini adalah kabar baik karena keduanya sudah mulai kembali dekat. Tapi tak Dimas sangka akan secepat ini, Hasan benar-benar terus gas tanpa rem.

"Lagi nganter Leo," jawab Hani sekenanya. Mengabaikan nada ejekan yang Dimas berikan, padahal sebenarnya Hani malu sekali. Rasanya ingin membanting Dimas karena wajah menjengkelkannya, tapi nanti malah kelihatan kalau sedang salah tingkah.

"Oh ... Mas Hasan lagi nganter Leo ya ..." Dimas belum berhenti. Pemuda itu terus terkikik sembari sesekali menyenggoli Beka mengajak gadis itu untuk ikut mengejek.

"Udah ah diem, Dim!" kesal Beka mencekik Dimas untuk berhenti tertawa dan diam ditempatnya.

Dan cara itu berhasil. Dimas dengan sebal menatap Beka seraya memegangi lehernya. "Uhuk! Iya ... nggak ketawa lagi!"

"Sorry ya, Han. Gue nggak bisa jenguk waktu di rumah sakit. Gue sibuk cari tempat magang."

"Sok sibuk," sahut Dimas yang tentu saja mendapat tatapan tidak terima dari Beka.

Rayuan Gila Dosen DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang