20. Chapter punishment

194 18 3
                                    

Hallo Ravel kembali teman-teman..............

Yang mampir harus vote tinggalkan jejak klik bintang biar ramee.......

Followw mau back? Boleh bilang aja.

Di dalam ruang kerja sang kepala keluarga tentu mereka adalah keluarga Ananta mendengarkan setiap kata alasan yang di lontarkan dari Ravel sendiri mengenai aksi kabur nya, tingkahnya itu sangat tidak benar apalagi hanya ingin ketemu sama mantan bodyguard pribadinya yang sudah mati. Ah salah mereka juga yang belum memberitahu anak itu.

"daddy akan membawa kamu menemui Rico"

"Be-benerann!?"

"em"

Melihat anggukan lalu tidak menemukan kebohongan dari sang Daddy yang mengatakan itu, Ravel menghentikan aksi menangis mengeluarkan air mata itu yang di gantikan dengan mata seri berbinar terang dan tersenyum bahagia sekali di wajahnya terpapar.

Hanya Rico yang tau keluh kesahnya, keinginan terbesar impian Ravel, lalu membantu sedikit melonggarkan dari aturan membosankan tanpa sepengetahuan keluarganya tentu ravel bahagia dia ada disisinya itu dibandingkan Max yang sekarang.

Sedangkan keluarganya memandang iba pada anak itu yang terlihat bahagia namun akan tergantikan kekecewaan secara pasti.

"apakah kamu sadar kesalahan fatal kamu terulang kembali?"

Tak,

Binar bahagia hilang seketika digantikan rasa sesal sedikit. Ravel mengangguk sebagai respon kalimat itu, sebelum kalimat yang dilontarkan kembali membuatnya tersentak hebat air mata kembali membanjiri wajahnya dengan cepat tetapi dia tidak mengeluarkan suara atau isakan sedikitpun dari mulutnya.

"maka jangan salahkan daddy apa yang terjadi kepada Rico yang sudah pergi meninggal dunia detik itu juga ketika kamu kabur pertama kali dari mansion dan...."

Vincent menghentikan kalimat sejenak melihat anak bungsunya terguncang mungkin yang baru mengetahui sekarang.

"...hukuman sekarang kamu daddy lumpuhkan sementara".

"..."

Ravel masih mendengar suara tetapi pikirannya? Jangan ditanya lagi dia tidak bisa melakukan apapun yang hanya mengalir kan secara deras air mata itu tanpa henti membanjiri wajahnya.

Terdengar helaan berat melihat ravel seperti itu dengan tatapan kosong, sudah dia duga pasti akan seperti ini namun ini juga demi kebaikannya karena anak itu semakin nakal.

"rantai dia di kursi roda saja ketika beranjak dari kasur hilangkan jadwal main bersama Bunny (kelinci) sebulan, itu hukuman dari daddy". Final ucap dari Vincent menatap kepada Max sebagai perintah untuk mengawasinya.

"baik tuan" jawab Max

Setelah mendengar itu Vincent keluar ruangan tanpa sepatah kata meninggalkan keluarganya dan Ravel yang menatap dirinya.

Vincent benar-benar tidak main-main atas apa yang anak itu lakukan apalagi melihat bodyguard putra bungsunya dulu yaitu Rico yang kadang kala lalai dan memihak Ravel dalam membantu keinginan anak itu sembunyi-sembunyi melanggar peraturan yang ditetapkan.

"Bodyguard yang jaga kemarin juga abang pecat dan mereka koma di rumah sakit" celetuk Ian sontak Ravel mengalihkan pandangan melihat abang ke dua nya itu dengan marah dan kecewa lagi.

"masih untung bisa diselamatkan" lanjut Ian melihat manik dari sang adik di depan sedangkan dirinya bersidekap dada duduk di kursi.

"jangan kabur atau pergi tanpa izin lagi hem" Zara

RavelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang