Polisi sedang mengamankan lokasi, para penghuni asrama berusaha dijauhkan dari lokasi kejadian, mereka yang ingin melihat dan berusaha memotret jasad yang tergeletak di lantai itu sedang berusaha diusir oleh para polisi itu. Sedangkan beberapa orang sedang melakukan olah TKP.
Karena kasus pembunuhan ini, Shirley yang merupakan teman sekamar asrama Emily adalah orang pertama yang dimintai keterangan, saat ini statusnya adalah sebagai saksi, apalagi ia adalah orang pertama yang menemukan jasad Emily. Meski masih terguncang dengan apa yang terjadi, Shirley mau tak mau tetap hadir sebagai saksi untuk dimintai keterangan.
Shirley tidak sendirian, ia berada satu ruangan bersama Alex, Daniella dan Tristan yang sengaja dibiarkan duduk bersama, karena ini bukanlah interogasi dan sekaligus untuk mempersingkat waktu, maka semuanya akan ditanyai secara bersamaan.
“Ini memang menyebalkan, tapi semua ini harus dilakukan, terima kasih banyak karena kalian berempat mau bekerja sama.” Inspektur Harrison memulai berbasa-basi, mengajak mereka berempat bicara.
Shirley tidak mengatakan apa pun, ia dan teman-temannya tak memberikan suatu reaksi, Inspektur Harrison pun menghela napas, kemudian melanjutkan ucapannya, terlihat menyayangkan atas insiden yang terjadi di asrama. “Ini benar-benar mengejutkan, hari pertama yang tidak memberikan kesan bagus untuk kalian ingat.”
Inspektur Harrison kembali melanjutkan ucapannya. “Ini bukan pertama kalinya terjadi, beberapa ...”
Inspektur Harrison tak melanjutkan ucapannya saat tahu itu hanya buang-buang waktu. Mereka yang ia ajak bicara juga terlihat tak berniat menyimak. Sekali lagi pria dengan janggut tipis itu menghela napas, kemudian setelah itu, ia berhenti berbasa-basi, “Oke, kita langsung ke intinya saja, saya hanya akan memberi beberapa pertanyaan sebagai informasi tambahan untuk membantu perkembangan kasus ini.”
Melihat keempat mahasiswa ini sedang terguncang dan tampak panik, maka Inspektur Harrison pun mencoba menenangkan mereka. “Kalian hanya akan bertindak sebagai saksi, bukan tersangka, jadi tenanglah.”
Mereka mengangguk pelan. Sekali lagi, tak ada yang berbicara di antara mereka.
Inspektur Harrison pun menghela napas pelan, kemudian bergumam pelan. “Kalau begitu kita mulai.”
Setelah mengatakan kalimat tersebut, Inspektur Harrison memperbaiki posisi duduk sambil mengeluarkan pena dan buku catatan berukuran kecil. Setelah itu ia memandang keempat mahasiswa itu.
“Jam berapa kalian pulang?” tanyanya pria itu, memulai proses tanya jawab.
“Jam delapan.” Shirley menjawab dengan suara yang pelan.
“Kurang lebih jam delapan, kami tak terlalu memperhatikan tepatnya,” ucap Daniella yang memperjelas jawaban.
Lalu Alex pun menambahkan penjelasan dengan memberikan alasan. “Kami takut gerbang ditutup kalau terlalu larut.”
Inspektur Harrison mencatat jawaban pada buku catatan kecilnya, setelah selesai, ia menoleh kembali ke arah para saksi itu. “Dari pukul enam sampai pukul delapan, kalian ada di mana?”
“Kami berada di kafe sepanjang waktu,” jawab Alex berterus terang.
Tristan kini buka suara menambahkan keterangan. “Ya, kami tidak beranjak dari kafe sejak pertama datang sampai jam pulang. Beberapa pelayan kafe bisa menjadi saksi kalau kami tidak sedikit pun meninggalkan meja kami.”
Daniella mengangguk, kemudian ikut menambahkan memperjelas keberadaan mereka di kafe, tidak di tempat kejadian kematian korban. “Ya, di sana juga ada kamera CCTV, kami tidak terlibat sedikit pun dari pembunuhan ini.”
![](https://img.wattpad.com/cover/381245959-288-k424767.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Upacara Penyambutan Berdarah (Morgana University Series)
Mystery / ThrillerPenerimaan Mahasiswa baru sudah dibuka, Morgana University berada di sebuah kota kecil, banyak rumor simpang-siur tentang bangunan ini, konon katanya sering ada kematian seolah universitas ini dikutuk. Terutama ketika upacara penyambutan, akan selal...