Kemudian segera memutar CCTV ketiga, setelah disesuaikan pada jam di mana Mark mengakui ada seseorang, di sana memang ada seorang pria yang berjalan mencurigakan, sayangnya ini adalah lantai dasar, kamera CCTV ternyata hanya menunjukkan lokasi lantai dasar.
Terlihat ada seorang pemuda yang memakai jaket klub basket, CCTV tak menunjukkan wajah pemuda itu, sialnya jaket itu terlihat sama seperti yang Tony kenakan.
“Itu dia, dia di sana.” Mark langsung menunjuk.
“Hei, itu bukan aku.” Tony langsung menyangkalnya. “Orang ini memakai jaket klub, tapi bukan aku.”
“Dari postur tubuhnya, memang mirip dengan Tony.” Kevin berpendapat, “Tapi kita tak melihat wajahnya, jadi ini tak bisa menjadi bukti, aku benar bukan, Pak Inspektur?”
Inspektur Harrison mengangguk-anggukkan kepalanya. “Sayangnya, kita tak melihat wajahnya. Pemuda ini ... postur tubuhnya cukup umum.”
“Pokoknya itu bukan aku, apalagi aku tidak memiliki jaket, celana dan sepatu seperti itu. Ya kan bro?” balas Tony sambil menoleh meminta dukungan pada temannya.
“Ya, aku bisa menjamin itu.”
“Baiklah. Untuk saat ini, Tony, kamu bebas pergi, kami tak memiliki bukti yang cukup untuk memberatkanmu.” Akhirnya, Inspektur Harrison mengambil keputusan.
“Terima kasih kau mau bekerja sama dan maaf atas kejadian ini, kau jangan dendam pada kami, kasus ini bukan yang pertama kali, jadi kami harus berbuat lebih banyak.” Inspektur Harrison tersenyum pada Tony.
“Tenang saja, kami tak akan memecahkan kaca mobil polisi atau menaruh paku pada ban,” ucap Kevin sedikit berkelakar membuat Tony menyikutnya. Seketika tatapan tertuju pada mereka berdua. Kedua pemuda ini sepertinya cukup nakal dan suka berbuat iseng, seperti itulah tingkah dan gaya mereka.
“Aku harap itu sungguh tak terjadi,” ucap Inspektur Harrison kemudian tatapannya beralih pada Mark. “Dan untukmu, tolong jangan memperumit keadaan. Jangan memberikan laporan palsu.”
“Aku tidak memberikan laporan palsu, malam itu aku tak sengaja melihat dia mengendap-endap. Aku yakin dia orangnya.”
“Kau lihat sendiri kalau yang di sana bukan aku.” Tony menegaskan. “Hei, aku tahu kau membenciku, tapi jangan menggunakan kasus ini sebagai senjata untuk menyerangku.”
“Aku bisa menghajarmu tanpa harus melaporkan ke polisi.”
“Oh kalau begitu kenapa tak kau buktikan, pengecut.” Tony tersenyum dengan ejekan.
“Siapa yang kau bilang pengecut?” balas Mark yang terprovokasi. Daniella hanya menggeleng menanggapi pertengkaran itu.
“Kalian bisa menyelesaikan urusan pribadi di tempat lain, pergi sana dari kantorku, terserah kalian mau saling pukul dan hajar, asal jangan saling bunuh, aku tak mau membuat pekerjaanku bertambah.” Inspektur Harrison melerai mereka dengan kata-kata tersebut membuat percekcokan keduanya terhenti.
“Pada intinya, terima kasih sudah melapor. Apabila ada hal lain yang sekiranya masih ingin kau katakan, kurasa ini waktu yang tepat.”
“Tidak ada yang lain, inspektur.”
“Kalau begitu aku sudah bisa mempersilakan kau pergi.”
Maka Mark, Kevin dan Tony langsung meninggalkan ruangan sambil saling mendorong dan mengumpat.
“Aku yakin mereka akan melanjutkan itu dengan berkelahi,” ucap Shirley.
“Ya, aku berani taruhan,” ucap Alex yang mengangguk. Seketika Shirley menepuk puncak kepalanya, menegur pria itu agar tak menggunakan segala hal sebagai taruhan.
“Dasar para lelaki,” ketus Daniella, mengejek dan menghakimi seolah para lelaki itu adalah makhluk yang paling buruk di dunia.
Tatapan Inspektur Harrison kemudian fokus pada keempatnya, pria itu menyandarkan tubuhnya di meja. “Nah, untuk kalian berempat, aku masih memiliki hal yang ingin kusampaikan.”
Keempatnya tak mengatakan sesuatu, mereka menyimak dengan saksama.
“Sebelum itu ....” Inspektur Harrison mengangkat tangannya untuk melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. “Kalian tak ada kelas?”
“Sangat kebetulan kelas kami siang, sekitar satu jam lagi.” Shirley mewakili semuanya untuk menjawab pertanyaan itu, yang lain hanya mengangguk sebagai dukungan.
“Semuanya?”
“Ya, semuanya, kau bisa melihat jadwal kelas kami kalau tak percaya.” Kali ini Daniella yang menjawab.
Tristan kemudian menambahkan. “Terlalu kebetulan memang, tapi kami jujur tahu.”
“Aku tak peduli dengan alasan kalian dan kelas kalian. Dengar, aku ada alasan khusus memanggil kalian, ini bukan hanya soal bertanya mengenai kemajuan tentang perkembangan kasus.” Inspektur Harrison kembali berbicara mengenai topik yang ingin ia bahas dengan mereka.
“Kejadian kematian ini bukan pertama kalinya terjadi. Ini sudah berulang kali dan bertahun-tahun lamanya. Sayang sekali, kasus ini seperti dirahasiakan dan ditutup-tutupi. Bahkan bisa dikatakan semua kasus kematian selalu tak terungkap. Semua hanya disimpulkan sebagai kecelakaan atau bunuh diri, tak pernah dibahas soal pembunuhan.”
Mereka berempat terkejut mendengar fakta yang pria itu sampaikan. Selama beberapa waktu, bahkan sebelum mereka memasuki Morgana, mereka memang sudah mendengar beberapa rumor negatif tentang bangunan ini, tapi mereka sama sekali tak menyangka bahwa semuanya adalah fakta.
“Lalu kenapa kasusnya tak terungkap?” tanya Shirley dengan serius.
“Ini karena orang tak berguna dan bodoh menangani semua kasus di kota ini, orang yang sebelum diriku yang mengatasi semua kasus di Morgana, beberapa tahun yang lalu dia sudah pindah dan naik jabatan. Sekarang aku yang menggantikan. Aku masih belum mendapatkan kemajuan kasus ini karena kekurangan personil.” Inspektur Harrison mengungkapkan. “Pada intinya, semua kasus kematian di Morgana dinyatakan sebagai kecelakaan oleh senior bodohku, dia bekerja tak becus, tidak berhasil mengungkap semua kematian.”
“Lalu bagaimana orang bodoh ini naik jabatan?” tanya Tristan asal bicara.
“Hei, perhatikan kata-katamu.” Daniella menegur sambil menyikut rusuknya.
“Dia sendiri yang bilang.”
“Dia berhasil menangkap pelaku pembunuhan di Morgana dengan orang yang salah, sedangkan pelaku yang sebenarnya masih menjadi misteri sampai sekarang dan mungkin masih bebas berkeliaran di Morgana. Itulah yang membuatnya naik jabatan.”
“Jadi, apa yang kau inginkan?” Setelah mendengar kronologi, Shirley kini ingin tahu tujuan utama Inspektur Harrison menceritakan ini pada mereka.
“Aku ingin kau, kalian berempat menjadi orang dalam kepolisian. Kami membutuhkan orang yang bisa melakukan penelusuran dan pencarian petunjuk tanpa dicurigai dan tanpa mencolok, kurasa tidak ada yang jauh lebih baik melakukan itu selain para mahasiswa Morgana itu sendiri.”
“Kenapa harus kami?” tanya Daniella.
“Karena kami tampak mudah dibodohi dan dimanfaatkan.” Tristan berceletuk seperti itu saat menjawab pertanyaan Daniella.
Seketika semuanya memelototi Tristan.
“Bukan itu alasannya.”
“Lantas?” tanya Daniella lagi.
Maka Inspektur Harrison mengungkapkan alasan utamanya. “Kalian tidak terlibat apa pun dan kurasa beberapa dari kalian menyukai tantangan dan ingin mengungkap teka-teki dan sebuah kasus. sepertinya tidak akan ikut menutupi kasus-demi kasus. Aku curiga kalau kasus-kasus kematian ini melibatkan staf dan seluruh orang-orang yang ada di dalam kerangka Morgana.”
“Kalau ini melibatkan konspirasi besar, aku tak mau ikut, itu bisa membahayakan nyawa kami.” Shirley tak mau ambil risiko dan jelas tidak bersedia melakukan tugas berat itu,
“Ya, apalagi kami tak dibayar.” Daniella menambahkan.
“Bukan itu maksudku,” gumam Shirley mengoreksi alasan penolakannya.
“Exactly,” ucap Tristan sambil mengangguk pada Daniella, kemudian ia kembali bertatap muka dengan Inspektur Harrison lalu melanjutkan, “ini adalah kasusmu, ini pekerjaanmu, bukan pekerjaan kami.”
“Lalu, kalau kasus terpecahkan, kau yang akan dibayar dan naik jabatan, apa yang akan kami dapatkan dari itu semua?” Alex juga berimprovisasi, ikut-ikutan mempertanyakan keuntungan mereka dari semua ini.
Inspektur Harrison menghela napas, kemudian ia berdehem. “Dengar ini, anak-anak,”
“Kami bukan anak-anak,” ucap Daniella menyangkal.
Tapi pria itu mengabaikan dan melanjutkan perkataannya, “menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, rakyat sipil wajib membantu penyelidikan dan pekerjaan kepolisian.”
“That’s not fair, kau tak bisa menggunakan Undang-Undang untuk mengancam dan memaksa kami.” Daniella langsung bertolak pinggang.
“Lalu apa yang bisa kugunakan untuk memaksa kalian?” tanya Inspektur Harrison masih dengan ketenangannya.
“Makan gratis dan antar jemput gratis saat kami akan jalan-jalan sore. Itu terdengar cukup bagus,” gumam Daniella yang memanfaatkan kesepakatan itu untuk keuntungan mereka, ia mengangguk-angguk seperti menginginkan persyaratannya dipertimbangkan.
“Dani!” sergah Shirley.
“Dan kalau bisa ada uang jajan,” tambah Alex yang malah melunjak ingin lebih.
“Ya, itu persyaratan kami.” Tristan sependapat dengan kedua temanya itu.
Sedangkan Shirley menggelengkan kepalanya, lalu menutup wajah dengan dua tangan. “Astaga, aku malu jadi teman kalian.”
“Makan siang gratis setiap hari, aku setuju, sisanya akan kuanggap tak pernah mendengarnya. Aku tak akan diperas oleh bocah-bocah seperti kalian.” Inspektur Harrison tak menerima semua persyaratan yang diajukan, ia jelas akan mengeluarkan lebih banyak dana apabila itu sampai terjadi.
“Oke, kami terima.” Tristan langsung menyepakati dengan mudahnya.
“Guys!” seru Shirley menegur teman-temannya yang berbuat seenaknya tanpa berdiskusi dan membuat kesepakatan.
“Senang bekerja sama dengan Anda, Sir.” Tristan langsung meraih tangan Inspektur Harrison.
Shirley menepuk keningnya. “What’s wrong with them?”
“Kalian masih menyimpan nomorku?” tanya Inspektur Harrison. Mereka bertiga mengangguk serempak. Hanya Shirley yang tak merespons, ia tampak tak senang dengan keputusan ketiga temannya yang bersedia ikut campur dalam kasus misteri Morgana University.
“Bagus, kabari aku apabila ada sesuatu.” Inspektur Harrison berpesan.
“Siap, kami akan melakukannya.” Alex mewakili mereka untuk membalas.
“Oke, kalau begitu sekarang kalian kembalilah ke kampus.”
“Soal itu ....” ketiganya seketika tersenyum.
“Apa?”
“Apa kami boleh mendapatkan tumpangan?” pinta Daniella dengan senyum manisnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Upacara Penyambutan Berdarah (Morgana University Series)
Mystery / ThrillerPenerimaan Mahasiswa baru sudah dibuka, Morgana University berada di sebuah kota kecil, banyak rumor simpang-siur tentang bangunan ini, konon katanya sering ada kematian seolah universitas ini dikutuk. Terutama ketika upacara penyambutan, akan selal...