Pagi itu, sebelum kelas pagi, mereka berjalan bersama berempat. Sejak kemarin, mereka sama sekali tak memiliki keceriaan, yang ada adalah perasaan cemas dan waspada, serta perasaan yang paranoid. Mereka kini sudah mengetahui bahwa keseharian mereka sedang diawasi oleh seseorang. Foto-foto yang ditemukan oleh Taylah adalah foto keseharian mereka selama ini, ketika sedang berjalan di lorong bersama, ketika sedang makan di kantin, ketika nongkrong di restoran, dan banyak lagi. Maka dari itu, keempatnya menjadi begitu paranoid.
“Apa kau punya perkiraan atau dugaan soal kita yang dilibatkan? Maksudku, aku tak pernah terlibat masalah yang serius, rasanya tak pantas kalau harus sampai mengalami kematian.” Tristan yang tampak masih memiliki keinginan untuk menyinggung topik kemarin, mulai membuka percakapan dengan bertanya seperti itu.
Alex menghela napas berat. “I have no idea, jujur saja, ini membuat kepalaku sakit.”
“Apa kesalahan yang sudah kuperbuat?” gumam Daniella pelan, ia merasa tak adil karena dirinya tak melakukan apa pun yang menyalahi aturan, tapi sekarang, ternyata dirinya ditandai seseorang dan sedang dikuntit.
“Begitu juga dengan kami, meski aku dan Tristan bukan orang yang baik, kurasa, kami tak pernah melakukan tindakan keterlaluan sampai layak dibunuh,” ucap Alex yang membela diri, ia tak terima apabila semua perbuatannya sampai harus mendapatkan bayaran dengan kematian, seperti para korban yang sudah berjatuhan.
Lalu, akhirnya Shirley yang sejak tadi tak mengatakan apa-apa, ia mengungkapkan pemikirannya. “Guys, kurasa seorang psikopat tak membutuhkan alasan atau dosa apa yang para korban telah perbuat sehingga layak untuk dibunuh. Maka dari itu, siapa pun pembunuh berantai yang berkeliaran di kampus ini, tetap akan menargetkan kita sekalipun kita tak memiliki kesalahan atau suatu perbuatan yang membuat kita layak dibunuh.”
Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba tatapan pasang mata tertuju ke arah seseorang yang sedang menunggu, di depan sana dengan jarak beberapa meter, ada seorang gadis cantik dengan rambut dicat selang-seling hitam putih di setengah rambut ke bawah. Gadis itu mengenakan rok panjang dari bahan tule dan atasan baju sifon berlengan panjang, membawa tas selempang kulit. Penampilannya begitu cantik, ia sedang memainkan ponselnya, banyak mahasiswa yang melintas selalu memperhatikannya.
Gadis itu mengenakan riasan yang sederhana, anting dan kalung emas dikenakan olehnya. Saat semakin dekat, Daniella dan Shirley menganga karena baru sadar siapa gadis itu.
“Oh, hai, gengs,” sapa gadis itu tatkala menyadari keempatnya sudah berada di dekatnya, ya, sosok itu adalah Taylah.
“Siapa kau?” tanya Tristan yang ternyata tak mengenali gadis itu karena penampilannya yang jauh berbeda dari kemarin.
Daniella langsung menyikut rusuk pemuda itu, lalu dengan ketus membalas sedikit keras. “Apa kau buta? Dia Taylah!”
“Apa?” Alex dan Tristan berucap serempak.
“You got be kidding me,” gumam Alex sambil menggeleng tak percaya.
Tristan juga mengangguk sependapat, kemudian mengemukakan pendapatnya juga. “Mana mungkin! Gadis urakan dan berantakan seperti dia akan tampil secantik ini!”
“Bagaimana penampilanku?” tanya Taylah seolah tak mendengar perkataan mereka berdua. Ia malah meminta pendapat soal penampilannya sambil berputar sekali.
“Kau sangat cantik.” Alex langsung mengungkapkan spontan.
Seketika Daniella memukul kepalanya. “Bukan itu maksud dia, bodoh!”
“Dasar para lelaki,” ketus Shirley tak senang. Kemudian perhatiannya kembali tertuju pada Taylah yang saat itu sedang memperbaiki poninya. “Kenapa kau berpenampilan seperti ini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Upacara Penyambutan Berdarah (Morgana University Series)
Misteri / ThrillerPenerimaan Mahasiswa baru sudah dibuka, Morgana University berada di sebuah kota kecil, banyak rumor simpang-siur tentang bangunan ini, konon katanya sering ada kematian seolah universitas ini dikutuk. Terutama ketika upacara penyambutan, akan selal...