Taylah tiba di kantor polisi, ia mengupas permen lalu membuang bungkusnya ke sembarang tempat. Setelah itu, tanpa permisi, ia duduk di depan Inspektur Harrison tanpa diminta dan dipersilakan.
“Apa situasi terbaru, Marcus?” tanyanya langsung, sikapnya terlalu santai dan mengabaikan formalitas. Saat itu adalah satu hari setelah penangkapan terhadap Tony.
Inspektur Harrison menjelaskan dengan rinci kejadian yang telah terjadi, termasuk penemuan tubuh Emily, serangan terhadap Mark, dan bukti yang menunjukkan keterlibatan Tony. “Meski tersangka terus mengelak, bukti yang ada sangat memberatkannya. Lebih buruk dari itu, korban tak terselamatkan, kami tak bisa memintainya keterangan karenanya.”
“Lalu, apa yang menjadi masalah? Kasus ini sudah terungkap, semua selesai.” Dengan santai dan acuh tak acuh, Taylah mengatakan itu.
“Tak semudah seperti yang kau katakan.”
“Aku sudah jalan-jalan di Morgana kemarin, berita soal penusukan di acara penyambutan benar-benar menjadi headline, rumor tentang kasus penyambutan berdarah menjadi headline utama menyertai berita tentang kematian korban.” Taylah sedikit menjelaskan apa yang sudah dirinya lakukan sebagai penelusuran awal, kemudian ongkang-ongkang kaki. “Aku juga sudah mencari sedikit latar belakang dua orang ini, dan kupikir, cukup masuk akal kalau terjadi penusukan sampai mati apabila setiap saat mereka selalu terlibat pertentangan.”
“Dan kau percaya soal itu?” tanya Inspektur Harrison dengan tatapan serius.
Taylah langsung tertawa renyah selama beberapa detik sampai akhirnya dia tersedak permen di dalam mulutnya.
“Fuck! Aku harusnya tak tertawa,” gerutu Taylah sambil memuntahkan permen ke lantai. Inspektur Harrison tampak sudah terbiasa dengan perilaku gadis itu yang seenaknya.
Taylah kemudian menjawab pertanyaan sebelumnya. “Hanya orang super dungu yang akan percaya. Kau pikir aku ini siapa?”
“Jadi, bagaimana?” tanya Inspektur Harrison yang menunggu keputusan gadis itu.
“Beruntunglah. Aku tertarik dengan kasus ini.”
“Bagus, kurasa kau juga harus menemui beberapa anak yang juga kupekerjakan.”
“Ow, aku akan menyapa mereka, siapa tahu mereka bisa menjadi kacung yang berguna.”
“Jaga kata-katamu.”
“Nah, aku akan pergi, ini hari pertamaku.” Setelah mengatakan itu, Taylah beranjak berdiri lalu meninggalkan ruangan.
***
Shirley seperti biasa selalu bersama dengan ketiga temannya, sebenarnya kali ini bersama dengan Cecilia karena kebetulan Daniella sedang bersama teman sekamarnya itu. Dan gadis itu dengan ramah mengajak Cecilia makan siang bersama.
“Jadi, apa kau benar-benar bertemu dengan Brandon, dan mengajaknya bicara?” tanya Tristan saat berbasa-basi.
“Aku berubah pikiran,” ucap Daniella sambil mengangkat bahu acuh tak acuh. “Dia memang keren, tapi ... kau tahu, terlalu banyak fans yang mengerubutinya, aku kurang suka dengan itu.”
“Oh, baguslah.”
“Bagaimana pendapatmu?” tanya Daniella sambil menoleh pada Cecilia.
“Soal cowok keren? Maaf, aku sudah punya pacar, jadi tak ada satu pun pria yang lebih keren daripada pacarku.” Gadis itu mengemukakan pendapatnya, kemudian melanjutkan menyantap makanan pesanannya.
“Ah, aku hampir lupa kalau kau sudah memiliki pacar.”
Sedangkan saat itu, Alex dan Shirley tampak fokus dengan kegiatan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Upacara Penyambutan Berdarah (Morgana University Series)
Mystery / ThrillerPenerimaan Mahasiswa baru sudah dibuka, Morgana University berada di sebuah kota kecil, banyak rumor simpang-siur tentang bangunan ini, konon katanya sering ada kematian seolah universitas ini dikutuk. Terutama ketika upacara penyambutan, akan selal...