Beberapa waktu kemudian
Ruang interogasi terasa tegang. Semua orang hadir: Shirley, Alex, Daniella, Tristan, dan Taylah, bersama dengan Inspektur Harrison dan beberapa petugas lainnya. Shirley duduk di kursi tengah, wajahnya pucat dengan lesu. Di sisi lain meja, Harrison membuka file berisi bukti-bukti, siap memulai sesi diskusi yang lebih mendalam untuk menggali kebenaran.
Taylah, seperti biasanya, tampak santai. Dia duduk di salah satu kursi dengan tubuh bersandar dan kaki bersilang, terlihat tidak peduli dengan suasana serius di sekelilingnya. Sikapnya membuat beberapa petugas menatapnya dengan heran, tapi Taylah tampaknya tak peduli, ia dengan seenaknya bermain gelembung permen karet terlebih dulu.
“Baiklah,” kata Harrison sambil menatap Shirley. “Kita di sini untuk menyelesaikan kasus ini. Dan kau, hentikan sikapmu, lalu berikan apa-apa saja yang sudah kau kerjakan.”
Taylah mendesah panjang, lalu dengan santai meluruskan tubuhnya. “Oke, aku punya sesuatu yang kurasa ini adalah kabar baik,” katanya tiba-tiba.
Semua mata tertuju padanya, beberapa orang terlihat tidak yakin apakah dia serius atau hanya mencari perhatian. Harrison mengerutkan kening. “Dan, apa itu?”
“Bullshit.” Taylah bicara begitu seenaknya dan tak peduli dengan situasi sekarang di mana ia sedang berada di depan seorang polisi.
“Jaga kata-katamu.” Inspektur Harrison yang masih bersikap tenang, menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.
Taylah tersenyum kecil, lalu menaruh beberapa lembar kertas hasil pekerjaannya di atas meja untuk diperiksa oleh Inspektur Harrison.
“Dari mana dia mendapatkan semua dokumen ini?” gumam Daniella pelan, ia penasaran karena melihat banyak serta begitu lengkap sejauh yang dirinya ketahui.
“Aku mengerjakan semuanya,” ucap Taylah menjawab pertanyaan Daniella dengan nada yang angkuh dan sangat percaya diri. Tak ada yang bisa menyangkal atau menegur karena tingkat kecerdasan gadis itu memang layak diagungkan.
“Lalu, bagaimana cara kau mendapatkan akses untu ....”
“Ssstt, semua itu ... tidak penting.” Taylah mengangkat telunjuknya, meminta Daniella untuk berhenti bicara.
“Tapi ...”
Taylah kembali menyela menghentikan ucapan gadis itu. “Stop, biarkan aku memberikan keterangan di sini.”
Semuanya seketika hening, tak ada lagi yang berbicara di antara mereka. setelah itu, ia berdiri mulai berbicara dengan nada ringan. “Aku sudah memeriksa beberapa hal, dan, jujur saja, ada banyak hal yang tidak masuk akal jika Shirley adalah pelakunya. Pertama, luka di tubuh Michael cukup dalam dan mematikan. Dari apa yang kutahu, itu bukan jenis luka yang bisa dilakukan seseorang tanpa kekuatan besar, dan, maaf saja, Shirley tidak memiliki fisik untuk melakukan itu.”
“Taylah,” sela Harrison dengan nada peringatan, “tolong langsung ke intinya.”
“Baiklah, baiklah,” balas Taylah, mengangkat tangannya seolah menyerah. “Hal kedua, senjata yang ditemukan di kamar Shirley tidak memiliki sidik jari. Bukankah itu aneh? Jika dia pelakunya, kenapa dia repot-repot membersihkan sidik jarinya tetapi tetap menyimpan pisau itu di tempat yang mudah ditemukan?”
Ruangan itu sunyi untuk beberapa detik. Shirley menatap Taylah dengan campuran kebingungan dan harapan, sementara Harrison mencoba mencerna penjelasan itu.
“Dan terakhir,” lanjut Taylah sambil menyilangkan tangannya di dada, “kenapa ada orang yang cukup bodoh untuk menyimpan barang bukti di kamarnya sendiri? Jika kau membunuh seseorang, bukankah lebih masuk akal untuk membuang atau mengubur senjata itu daripada menyimpannya di tempat yang bisa dengan mudah digeledah polisi? Soalnya itu sama seperti menaruh solar di depan kobaran api.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Upacara Penyambutan Berdarah (Morgana University Series)
Misterio / SuspensoPenerimaan Mahasiswa baru sudah dibuka, Morgana University berada di sebuah kota kecil, banyak rumor simpang-siur tentang bangunan ini, konon katanya sering ada kematian seolah universitas ini dikutuk. Terutama ketika upacara penyambutan, akan selal...