14. Risk

102 9 8
                                    

Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***

Di ruang makan yang tenang, Irish dan Diego duduk berhadapan sambil berbagi sepiring makanan. Sesekali, Diego usil menyentuh hidung Irish dengan senyum jahilnya, membuat Irish terkikik, meski sedikit kesal.

"Ihh, gausah sentuh hidung aku, Diego!" kata Irish sambil tertawa, lalu mengerutkan hidungnya.

Diego hanya tersenyum, senang melihat Irish yang begitu riang. Dia terkadang mencubit pipi atau memainkan rambut Irish dengan penuh kasih.

"Jadi, kita nginap di sini?" tanya Irish sambil memandang Diego.

Diego tersenyum kecil, matanya berkilat usil. "Kamu mau nginap di sini?"

Irish mengangguk, tetapi kemudian ragu. "Mau aja, tapi... mba Angel gimana? Dia mau?"

Seolah dipanggil, Angel tiba-tiba muncul di hadapan mereka, duduk tepat di seberang meja dengan tatapan sinis yang diarahkan ke Irish. Irish segera terdiam, merasa suasana berubah dingin.

"Boleh, nanti saya suruh maid siapkan kamar tamu buat kamu," ucap Angel dengan nada tegas dan dingin, matanya masih menatap Irish tanpa ramah.

Irish hanya mengangguk, berusaha untuk tidak memperpanjang perdebatan. Dia tahu, berusaha untuk tenang adalah pilihan terbaik di depan Angel.

"Aku mau ke dokter aja, Go," kata Angel tiba-tiba, dengan suara sedikit manja.

Diego menghela napas, merasa setiap kali Angel muncul, kebahagiaannya seolah terkikis perlahan.

"Kepala aku pusing banget," keluh Angel, mencoba menarik perhatian Diego.

Namun, Irish dengan lembut bertanya pada Diego, mengalihkan topik pembicaraan, "Kamu mau nambah, Diego?"

Angel langsung mendelik, merasa terganggu. "Irish! Kamu ga bisa apa kasih saya waktu? Saya dan Diego lagi ngobrol!" suaranya meninggi, menunjukkan kemarahannya.

Diego mengernyit, tidak suka dengan cara Angel berbicara pada Irish. "Kamu bicara aja, saya dengar kok. Ga perlu marah sama Irish."

Angel tersentak, lalu dengan nada sinis menatap Diego. "Gimana mau punya istri dua kalau kamu ga bisa adil sama aku!"

Diego menatap Angel dengan ekspresi datar. "Saya ga ada niat punya istri dua. Kamu aja yang ga mau pisah," jawab Diego tegas, menegaskan pendiriannya.

Deg!

Angel merasakan hatinya hancur mendengar ketegasan Diego. Tatapannya penuh amarah dan kebencian pada Irish, namun dia tahu Diego sudah tak lagi memihaknya.

"Kamu ga berhak marahin Irish kayak tadi. Saya ga suka," tambah Diego, suaranya penuh ketegasan, membuat Angel tersentak lagi.

Irish merasa situasi semakin memanas. Dengan tenang, dia berdiri dari kursinya, memberi ruang untuk Diego dan Angel berbicara. "Aku permisi ambil minum," katanya pelan, lalu beranjak dari meja.

Saat Irish meninggalkan meja, Angel memandang Diego dengan tatapan putus asa. Air mata mulai menetes dari sudut matanya, suara tangisnya tersendat.

"Apa sih lebihnya dia? Sampai kamu pilih dia daripada bertahan sama aku..." tanya Angel, suara penuh luka.

Diego hanya menatapnya dengan dingin. Dia sudah terlalu lelah untuk merasa iba. Air mata Angel kini tak lagi membuatnya tergerak.

"Aku salah... aku minta maaf..." kata Angel dengan suara bergetar.

Diego menggeleng pelan, seolah sudah kehilangan seluruh rasa simpatinya. "Saya maafin kamu, tapi kita tetap pisah. Kenapa sih kamu ga bolehin saya bahagia?"

Shattered Vows 21+ [Haruto] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang