55. Love and Peace

70 5 0
                                    

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tampak dipenuhi orang-orang yang menanti jalannya sidang kasus Irish dan Dante. Sorotan kamera media terfokus pada pintu ruang sidang yang dijaga ketat. Kasus ini telah menjadi berita nasional, menyeret nama-nama besar, termasuk Irish yang menjadi korban dan Dante sebagai terdakwa. Tak hanya Dante, Zee, seorang karyawan portal media, juga turut didakwa sebagai bagian dari skema jahat yang dilakukan terhadap Irish.

Di dalam ruang sidang, suasana tegang menyelimuti. Hakim Ketua, yang duduk di tengah meja pengadilan, mengetukkan palu tanda dimulainya persidangan.

"Sidang kasus tindak pidana penganiayaan berat dengan terdakwa Dante Mendoza resmi dibuka," ucap Hakim Ketua dengan nada tegas.

Irish hadir di ruang sidang, ditemani Diego yang setia berada di sisinya. Irish masih tampak lemah, luka fisiknya mulai pulih, namun trauma yang ia alami masih membayang di matanya. Diego menggenggam tangan Irish erat, memberikan dukungan tanpa henti. Sementara itu, di bangku keluarga korban, Maudy, ibu Irish, duduk dengan wajah dingin penuh amarah. Ia adalah sosok yang paling vokal menuntut keadilan untuk putrinya.

Dante dibawa masuk ke ruang sidang oleh dua petugas polisi. Tubuhnya tampak kurus, wajahnya tak lagi penuh percaya diri seperti dulu. Ia mengenakan pakaian tahanan oranye dengan borgol di tangannya. Beberapa orang menatapnya dengan jijik, terutama keluarga Irish yang berada di bangku pengunjung. Dante tampak mencoba menghindari kontak mata dengan Irish.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) berdiri untuk membacakan dakwaan.

"Yang Mulia, terdakwa Dante Mendoza didakwa dengan Pasal 351 Ayat (2) KUHP tentang penganiayaan yang menyebabkan luka berat, serta Pasal 369 KUHP tentang pemerasan. Selain itu, kami juga menambahkan Pasal 27 Ayat (3) UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 atas penyebaran informasi yang mengandung unsur penghinaan melalui media elektronik," ujar JPU tegas.

"Korban, Irish Adelia, menderita luka fisik yang signifikan akibat penganiayaan berat yang dilakukan terdakwa pada malam kejadian, termasuk trauma psikologis yang berdampak panjang. Selain itu, terdakwa juga menggunakan ancaman dan tekanan emosional untuk memeras korban dengan meminta uang sejumlah Rp2 miliar, yang merupakan tindakan kriminal serius," tambahnya.

Dante menunduk, diam tanpa ekspresi, sementara kuasa hukumnya mencoba memberikan pembelaan. Namun, setiap argumen mereka langsung dipatahkan oleh jaksa yang memiliki bukti kuat, termasuk rekaman percakapan antara Dante dan Irish, laporan medis, serta kesaksian dari saksi-saksi, termasuk Diego dan Maudy.

Hakim kemudian memanggil Irish untuk memberikan kesaksian. Diego membantunya berdiri, dan Irish berjalan perlahan menuju kursi saksi. Suasana di ruang sidang menjadi semakin hening.

"Dapatkah Anda menceritakan apa yang terjadi malam itu, Saudari Irish?" tanya hakim.

Irish menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan air mata. "Malam itu, saya pergi ke apartemen terdakwa untuk memenuhi permintaannya agar berita yang disebarkannya dihapus. Saya membawa uang tabungan saya, berharap dia akan menghapus foto-foto itu... Tapi saat saya di sana, dia mulai mencaci saya, memukul saya... Saya tidak berdaya..." Irish terhenti, suaranya bergetar.

Diego mengepalkan tangan, rahangnya mengeras melihat Irish mengingat kejadian traumatis itu. Maudy, yang duduk di bangku pengunjung, menahan air matanya sambil memegang tangan suaminya erat.

Hakim mengangguk, memberikan waktu kepada Irish untuk melanjutkan. "Terdakwa menghina saya... dia menyebut saya pelakor dan wanita murahan... Saya mencoba melarikan diri, tapi dia menarik saya dan memukuli saya hingga saya tidak sadarkan diri."

Kesaksian Irish memancing emosi semua orang di ruang sidang. Dante tetap diam, sementara pengacaranya mencoba membela dengan alasan emosi sesaat dan pengaruh alkohol. Namun, jaksa langsung menepis argumen tersebut dengan menyatakan bahwa tindakan Dante adalah tindakan sadar dan berencana.

Shattered Vows 21+ [Haruto] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang