44. Fight

27 3 0
                                    

Studio Pemotretan LUX EDGE

Ruangan studio dipenuhi lampu-lampu besar dan set mewah dengan latar belakang minimalis. Diego sedang berdiri di tengah panggung pemotretan, hanya mengenakan pakaian dalam terbaru dari LUX EDGE, sebuah brand pakaian dalam pria eksklusif. Cahaya lampu sorot menyoroti tubuhnya yang atletis, setiap pose yang ia lakukan penuh percaya diri dan karisma.

Sang fotografer, dengan energi tinggi, terus mengarahkan Diego.

"Good! Perfect! Angle kanan sedikit... Yes, that's it! Fantastic!" seru fotografer sambil terus menjepret kameranya.

Di sisi lain studio, beberapa kru berdiskusi dan mengamati hasil foto. Diego tetap tenang dan profesional, tapi dalam pikirannya, ada kekesalan yang sulit ia hilangkan sejak percakapan pagi tadi dengan Jihan.

Tepat ketika fotografer akhirnya berkata, "Oke, break dulu!", pintu studio terbuka, dan Jihan masuk dengan tergesa-gesa. Ia baru datang, wajahnya terlihat sedikit tegang. Ia langsung melihat Diego yang sedang berjalan ke arah sofa untuk istirahat.

Diego, yang menyadari kehadiran Jihan, segera menghampirinya dengan langkah cepat dan ekspresi dingin.

"Lo datang juga akhirnya," kata Diego, suaranya penuh nada sinis.

Jihan mencoba tersenyum untuk meredakan suasana, tapi sebelum ia bisa menjawab, Diego langsung memotong.

"Maksud lo apa gue terima tawaran jadi second lead? Explain!" suaranya menekan, hampir seperti desisan tajam.

Jihan menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab. Ia tahu betul kalau Diego sedang di puncak emosinya.

"Go, dengerin gue dulu. Gue udah ngobrol sama Pak Harland. Ryan Mendoza udah take kontrak duluan buat jadi pemeran utama. Itu posisi dia dari awal. Gue coba negosiasi, tapi..." Jihan terhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara lebih pelan, "...Pak Harland ngasih lo tawaran second lead karena dia yakin lo bisa bikin karakter itu standout. Dan gue setuju. Lo selalu bisa bikin semua karakter lo hidup."

Diego mendengarkan tanpa menyela, tapi sorot matanya menunjukkan ia sama sekali tidak puas. Setelah beberapa detik hening, ia tertawa kecil, tetapi penuh sarkasme.

"Jadi menurut lo itu tawaran bagus, ya?" tanyanya, suaranya rendah tapi jelas mengandung ancaman.

Jihan menunduk sebentar, tidak berani langsung menjawab. Ia tahu jika ia salah bicara, situasi bisa semakin buruk.

"Bukan gitu, Go..." Jihan mencoba menjelaskan. "Ini soal peluang. Zion Pictures gede banget. Gue cuma mikir, kalau lo mau ambil langkah ini, lo bisa dapet proyek lebih besar lagi nanti."

Diego mengangguk pelan, tapi ekspresi wajahnya berubah semakin dingin. Ia melipat tangan di dada, menatap Jihan tajam.

"Gue udah mikir, Jihan."

Jihan menelan ludah, bersiap mendengar apa pun yang akan keluar dari mulut Diego.

"Gue mau pindah agensi setelah dua proyek ini selesai." kata Diego, suaranya tegas dan tanpa keraguan sedikit pun.

Kata-kata itu seperti petir yang menyambar Jihan. Matanya membulat, dan ia melangkah maju, mencoba membujuk.

"Go, jangan gitu! Ini cuma masalah waktu. Gue yakin semua ini bisa diatur. Gue bisa negosiasi lagi!"

Diego tidak merespons. Ia hanya berjalan melewati Jihan, meninggalkan manajernya berdiri terpaku di tengah studio.

"Lo tau, Jihan..." Diego berhenti sejenak, menoleh sedikit ke belakang. "Gue selalu percayain semuanya ke lo. Tapi kali ini, lo ngecewain gue."

Shattered Vows 21+ [Haruto] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang