10. Don't blame me 🥵

54 6 2
                                    

Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***

Situasi yang tegang akhirnya mencair sedikit ketika Diego dengan santai membuka pintu kulkas dan mengeluarkan kaleng bir, mencoba mengalihkan atmosfer canggung di ruangan itu.

"Lanjutin masaknya, Irish," katanya lembut.

Irish mengangguk, melanjutkan masakannya sambil sesekali mencuri pandang ke arah Diego. Angel tampak tak puas dengan perkembangan situasi ini, tapi Diego tampaknya tidak lagi ingin memperdulikan.

Sambil membuka kaleng bir, Diego mendesah pelan, seolah berbicara lebih kepada dirinya sendiri. "Selama ini saya kurang tegas. Makanya dia jadi seenaknya."

Irish mendengar dan tergerak untuk bertanya, "Emang berapa kali dia ketahuan?"

Diego menghela napas panjang, lalu menenggak birnya hampir setengah kaleng. "Yang ketahuan sama saya empat kali... Dengan yang ini. Tapi di belakang saya? Mungkin lebih banyak."

Irish terdiam, rasa iba bercampur kekesalan menyelinap dalam hatinya. "Kenapa kamu masih terus lanjut?"

Diego menatap kosong, senyumnya getir. "Mama saya sayang banget sama Angel. Dan Angel sendiri... dia ngga punya siapa-siapa lagi. Orang tuanya sudah ngga ada, itu juga salah satu alasan saya tetap bertahan."

Irish merasa terenyuh mendengar penjelasan itu. "Setelah kamu pisah sama Mba Angel, mau ngapain?"

Diego menghela napas, seolah menenangkan dirinya sendiri. "Saya mau istirahat setahun, ngga akan ambil job film atau apapun. Mau liburan, healing ke Paris."

Irish tersenyum kecil, tapi samar-samar ada rasa kecewa di matanya. "Sendirian?"

Diego tersenyum, matanya menatap Irish dengan dalam. "Sama kamu."

Deg!

Irish menatap Diego, terkejut dan tersentuh sekaligus. Dia tak menyangka Diego akan benar-benar mengajaknya, bahkan setelah semua drama yang mereka alami. Pergi bersama ke Paris terasa seperti mimpi bagi Irish.

"Beneran ajak aku?" tanyanya, hampir berbisik.

Diego mengangguk, lalu mendekat, memandang Irish dalam-dalam. "Kamu ngga boleh jauh dari saya."

Irish tersenyum malu-malu, pipinya merona. Diego pun mendekat, mengecup lembut pipinya. "Cup!"

"Makasih ya, Irish, udah mau temenin saya terus," kata Diego dengan tulus.

Irish mengangguk perlahan, tersenyum manis. Di dalam hatinya, ada perasaan hangat yang tak bisa ia sembunyikan, seolah semua ketakutan dan keraguannya menghilang saat bersama Diego.

• • •

Sementara itu, suasana sarapan di rumah Maudy dan suaminya, Frans Heru Rajad, terasa tegang. Maudy, yang tengah menikmati makanannya, tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.

"Kamu semalam ke mana?" tanyanya, menatap suaminya dengan penuh perhatian.

"Aku ke rumah Eva," jawab Heru dengan nada tenang.

Eva, istri pertama Heru, memang sudah lama berpisah, tetapi hubungan mereka tetap terjaga baik, terutama karena adanya cucu pertama dari anak mereka, Dion. Maudy merasa cemburu, meskipun dia tahu bahwa Heru akan selalu punya tempat istimewa di hatinya untuk Eva.

"Kenapa ngga bilang dulu?" Maudy bertanya, sedikit kesal.

"Mendadak, Dy. Ada Dion ke Jakarta, jadi aku kangen sama cucu," jawab Heru, nada suaranya datar.

Shattered Vows 21+ [Haruto] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang