Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***Keesokan paginya, Irish sudah bangun lebih awal. Dia berjalan menuju dapur dan membuka kulkas, tapi isinya cukup kosong.
"Dia belum belanja ternyata," gumam Irish sambil mengerutkan kening.
"Masak apa ya? Masa roti sama omelet doang?" katanya lagi, mencoba mencari ide untuk sarapan sederhana.
Tiba-tiba, suara bel pintu berbunyi. Irish yang masih mengenakan kemeja Diego pun langsung menuju pintu, berniat untuk membukanya.
"Iya, siapa?" tanya Irish, membuka pintu dengan santai.
Deg!
Di hadapannya berdiri Rafael, ayah Diego, yang datang pagi-pagi ke apartment anaknya. Wajah Irish langsung memerah, terkejut dan sedikit canggung, terutama karena masih memakai kemeja Diego.
"Irish? Kamu pagi-pagi udah..." Rafael menggantungkan kalimatnya sejenak saat matanya melihat Irish mengenakan kemeja anaknya.
Pipi Irish semakin merona, ia merasa malu dan tidak enak hati. "Om, maaf..."
Rafael tersenyum kecil, memandang Irish dengan pandangan yang penuh makna. Dalam hati, dia berpikir, "Ternyata udah 'sedekat' ini mereka berdua. Papa tahu benar tipe kamu, Diego."
"Ah, gak apa-apa. Jangan malu begitu," ucap Rafael dengan nada yang ramah.
"Diego masih tidur?" tanya Rafael.
Irish mengangguk, "Aku bangunin dulu kalau begitu."
"Hei! Gak usah repot, Om cuma mau kasih ini saja kok. Bilang salam aja ke Diego, ya," kata Rafael sambil menyerahkan bungkusan kecil kepada Irish.
"Oh, gitu. Baik, Om, terima kasih," balas Irish, merasa sedikit lega namun masih canggung.
Rafael kemudian pergi begitu saja tanpa masuk ke dalam apartemen. Begitu pintu tertutup, Irish langsung merasa malu sendiri.
"Aduh! Aku malu banget, ihh!" keluh Irish sambil memegang pipinya yang memerah.
Tiba-tiba, suara Diego terdengar di belakangnya. "Malu kenapa?" tanya Diego dengan nada penasaran.
Deg!
Irish menoleh dan melihat Diego yang sudah bangun dan menghampirinya. Wajah Diego terlihat bingung melihat ekspresi Irish yang masih memerah.
"Tadi ada papa kamu ke sini," kata Irish dengan nada gugup.
Diego mengerutkan kening, terkejut mendengar berita itu. Ini pertama kalinya Rafael, ayahnya, datang ke apartemennya tanpa pemberitahuan. "Papa?" tanya Diego, memastikan apa yang baru saja didengar.
"Iya, dia juga kasih ini," kata Irish, sambil menunjukkan bungkusan yang Rafael titipkan.
Diego semakin bingung. Ia tahu Rafael adalah ayah yang sangat dingin, jarang menunjukkan perhatian apalagi repot-repot mengunjungi apartemennya.
Sementara itu, di lobi apartemen, Rafael terlihat senang sambil bersiul kecil, ekspresinya penuh kepuasan.
"Udah dikasih? Lagi apa Diego?" tanya Kate, yang menunggu Rafael di lobi dengan rasa penasaran.
"Udah, sayang," jawab Rafael sambil tersenyum senang.
Kate memandang suaminya dengan curiga. "Kamu kenapa sih, Mas? Kok bahagia banget, cuma habis ketemu anak sendiri," tanyanya sambil mengangkat alis.
Rafael terkekeh pelan, masih dalam suasana hati yang baik. "Saya ga pernah sebahagia ini, sayang. Yuk, kita ke kantor aja," katanya sambil merangkul pinggang Kate, tampak begitu puas dengan rencananya yang berjalan sesuai harapan.
![](https://img.wattpad.com/cover/380378397-288-k636943.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Vows 21+ [Haruto]
Romance"Aku mau putus," katanya dengan suara pelan tapi tegas. Kata-kata itu menusuk, bahkan bagi Diego. Di balik cinta yang ia miliki untuk Irish, ada perasaan kompleks yang tak bisa ia jelaskan. "Kita salah, Diego. Termasuk aku... aku salah sudah mengamb...