9. Called Regret? 🔞

276 9 9
                                    

Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***

Di tengah keheningan malam, Diego duduk di sofa, pandangannya terpaku pada balkon yang masih basah oleh hujan. Lampu kamar hanya menyala redup, menambah kesan sendu di hati Diego yang kini penuh gejolak. Dari sudut matanya, ia bisa melihat Irish yang tertidur pulas di ranjang, wajahnya tampak damai.

Namun, perasaan di dalam Diego seakan berkecamuk. Dengan segelas wine di tangannya, pikirannya kembali ke masa lalu—momen menyakitkan ketika Angel pertama kali mengkhianatinya bersama Victor, sepupunya sendiri. Kenangan itu mengingatkannya pada luka lama yang tak pernah benar-benar sembuh.

Flashback

Beberapa tahun lalu, saat ulang tahunnya, Diego datang jauh-jauh dari Bandung ke Jakarta untuk mengejutkan Angel. Ia sudah curiga selama beberapa waktu, tetapi berharap perasaannya salah.

Sampai di rumah Angel, ibunya, Jessie, menyambut Diego dengan heran. "Diego? Bukannya Angel ke Bandung sama kamu?" tanyanya.

Diego terkejut. "Ke Bandung? Ngga kok," jawabnya singkat.

Ia segera menelepon Angel. "Halo, sayang. Kamu di mana?" tanya Diego.

"Oh, aku lagi di luar kerja, kenapa?" suara Angel terdengar santai di seberang telepon.

Dengan penuh kecurigaan, Diego mengakhiri panggilan itu. Ia langsung pergi menuju apartment Victor. Sesampainya di sana, Victor membuka pintu dengan wajah terkejut.

"Diego?" kata Victor terdiam, tak tahu harus berkata apa.

Terdengar suara Angel dari dalam kamar, "Sayang, mandi bareng yuk!"

Deg!

Diego langsung masuk ke kamar dan melihat Angel hanya mengenakan gaun tidur tipis yang tembus pandang.

Melihat Diego di ambang pintu, Angel membeku, wajahnya penuh rasa bersalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat Diego di ambang pintu, Angel membeku, wajahnya penuh rasa bersalah.

Diego hanya tersenyum pahit dan tanpa berkata apapun, ia berbalik dan pergi, meninggalkan Angel yang berusaha mengejarnya sambil berteriak, "Diego, tunggu!"

Diego kembali dari lamunannya, menyadari ada setetes air mata yang jatuh. Luka itu masih terasa perih hingga sekarang, seakan baru terjadi kemarin. Namun malam ini, ada sesuatu yang membuatnya merasa lebih tenang—kehadiran Irish.

Ia berdiri, mendekat ke ranjang, lalu berbaring di samping Irish. Perlahan, ia menarik pinggangnya, memandang wajahnya yang terlelap. Tanpa sadar, Diego mendaratkan ciuman lembut di bibir Irish. Ciuman itu berlanjut penuh kelembutan, semakin dalam hingga Irish mendesah pelan, terbangun karena tangannya yang tertindih Diego.

Diego terkekeh kecil dan menarik Irish lebih dekat, memeluknya erat. "Tuhan masih mau saya hidup... karena kamu," bisiknya pelan, penuh ketulusan.

Irish hanya tersenyum dalam pelukan Diego, dan malam itu seakan menjadi saksi bagi cinta yang mulai tumbuh di antara mereka, meskipun belum terucap dalam kata.

Shattered Vows 21+ [Haruto] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang