Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***Keesokan paginya, Diego berdiri di depan pintu rumah Irish. Dia menatap Irish yang hanya memandanginya dengan ekspresi datar.
"Hai, sayang," sapa Diego dengan senyum yang mencoba mencairkan suasana.
Irish hanya menghela napas, berusaha keras menyembunyikan emosi yang masih bergejolak dalam dirinya. "Bukannya aku sudah bilang jangan ke sini?" jawab Irish, suaranya bergetar.
Diego mengernyit, jelas bingung. "Kamu kenapa, sih? Saya salah apa?" tanyanya, suaranya penuh kebingungan.
Irish menunduk, matanya berkaca-kaca. Pikirannya terbayang pada kejadian semalam—saat Angel datang dan memohon sambil menangis agar ia meninggalkan Diego. Irish menggigit bibir, menahan diri untuk tidak membicarakan kejadian itu. Ia menghela napas pelan, lalu berbalik masuk ke dalam rumah tanpa berkata apa-apa.
Diego mengikutinya dari belakang, masih dengan ekspresi kebingungan. "Irish, saya salah apa?" tanyanya sekali lagi, nada suaranya menunjukkan ketulusan yang menyesakkan hati Irish.
Tiba-tiba suara Maudy terdengar, memecah ketegangan di antara mereka. "Ada Diego, ya?" tanyanya sambil tersenyum saat melihat Diego di sana.
Diego menoleh dan menyapa. "Hai, Tante," katanya ramah.
Maudy tersenyum senang melihat Diego yang datang pagi-pagi ke rumah. "Pagi-pagi sudah ke sini, mau ajak Irish pergi?" tanyanya.
Diego mengangguk pelan. "Iya, Tante. Mau ajak Irish ketemu Eyang Uti sama Opa," jawabnya.
Raut wajah Maudy langsung berbinar, merasa putrinya selangkah lebih dekat dengan Diego daripada Angel. "Oh... kalau begitu, cepat Irish siap-siap. Diego tunggu di sini," ujar Maudy dengan antusias.
Irish tak punya pilihan selain menuruti perintah mamanya. Dengan enggan, dia pun berbalik dan menuju kamarnya. Sementara itu, Maudy memanfaatkan kesempatan untuk berbicara secara pribadi dengan Diego.
**
Di dalam mobil, suasana terasa sangat hening dan canggung saat mereka memulai perjalanan menuju Bandung. Tak ada yang berbicara hingga Diego akhirnya memecah keheningan.
"Semalam Angel ke rumah, ya?" tanyanya sambil menatap lurus ke depan.
Irish tak terkejut; dia menduga Maudy mungkin telah memberitahu semuanya kepada Diego.
"Kamu ga mau bilang sesuatu ke saya?" lanjut Diego.
Irish menarik napas dalam-dalam. "Lebih baik kamu—"
Belum selesai Irish berbicara, Diego memotongnya dengan nada dingin. "Jangan pernah ikuti kemauan Angel. Kamu ngga tahu siapa dia," ucapnya tegas.
Irish menatapnya, merasa terluka dan bingung. "Tapi aku salah, Diego," balas Irish, suaranya bergetar.
Diego menatapnya, alisnya berkerut. "Salah?"
Irish menahan amarah yang membuncah di dadanya. "Kata tantenya Angel, aku datang ke kamu itu salah! Di sini aku dianggap orang ketiga! Semua orang melihat aku sebagai pengganggu!" serunya, kemarahannya pecah menjadi air mata.
Diego terdiam sesaat, matanya menatap lurus ke depan. "Jadi kamu mau saya balikan sama dia?" tanyanya dingin.
Irish tak mampu menjawab, isakan kecil terdengar dari bibirnya yang bergetar. Hatinya terasa berat. Namun sebelum dia sempat mengatakan apapun, mobil mereka sudah berhenti di depan rumah Eyang Uti.
Diego menatap lurus ke depan, raut wajahnya kaku. Tanpa berkata apa-apa, dia membuka sabuk pengaman dan keluar dari mobil. Irish tahu dari sikapnya bahwa Diego marah. Perasaannya semakin kacau saat melihat Diego berjalan tanpa menunggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shattered Vows 21+ [Haruto]
Romansa"Aku mau putus," katanya dengan suara pelan tapi tegas. Kata-kata itu menusuk, bahkan bagi Diego. Di balik cinta yang ia miliki untuk Irish, ada perasaan kompleks yang tak bisa ia jelaskan. "Kita salah, Diego. Termasuk aku... aku salah sudah mengamb...