Sudah dari satu jam yang lalu Nova berdiri seorang diri di depan pintu kedatangan domestik demi menunggu Anggia keluar dari dalam sana. Jam kedatangan pesawat gadis itu sendiri sudah lewat sejak 40 menit yang lalu, yang kemungkinan sebentar lagi gadis itu akan keluar dan ia bisa memeluk gadis itu kemudian dengan erat untuk menyalurkan rasa rindunya yang begitu besar.
Sayangnya, saat Gia sudah terlihat dalam pandangan, gadis itu justru tengah merintih kesakitan dan dipapah oleh Nakula dengan tangan kiri sepupunya itu melingkar di pinggang sang istri. Sementara Jidan yang berdiri di belakang keduanya, tampak menggeret koper Gia dengan tangan kanannya.
Menepis perasaan cemburu yang menyergap, Nova dengan sigap lari menghampiri.
"Kenapa Gia?" Tanya Nova panik lalu mengambil alih tubuh Gia untuk masuk ke dalam pelukannya. Sementara Gia sendiri menurut dan langsung balik melingkarkan tangan di pinggang Nova.
"Tadi di dalam, kak Gia bantuin ambil bagasi salah satu peserta dari conveyor. Tapi kak Gia nggak tahu kalau di belakangnya ada koper orang. Jadi waktu kak Gia mundur, kaki kak Gia nabrak koper itu terus jatuh barengan sama koper yang diangkat. Kaki kak Gia juga jadi terkilir."
Mendengar penjelasan Jidan, sontak Nova mengangkat celana bagian bawah Gia dengan cepat. Dan benar adanya, pergelangan kaki Gia sudah sedikit membengkak dan membiru sekarang, yang membuatnya memilih membawa Gia dalam gendongan belakangnya tanpa peduli teriakan Gia yang dengan sekuat tenaga menolak.
"Gue sama Anggia duluan kalau gitu. Maaf ya, Na, Ji, dan makasih sudah bantuin Gia." Tanpa berpamitan lebih lama lagi, Nova langsung berbalik dan melangkah dengan lebar dan cepat. Membuat Gia yang ingin berpamitan dan berterima kasih dengan Nakula dan Jidan hanya bisa mendecak sebal.
Jidan sendiri yang melihat bagaimana cekatannya Nova saat menggendong Gia seraya menggeret koper Gia dengan tangan kirinya —kesusahan, hanya bisa tersenyum tipis.
"Kak Nova sudah bisa menjaga kak Gia dengan baik, kak. Sekarang giliran kakak yang harus bisa ikhlasin kak Gia."
"Jidan yakin, kok, kalau kakak bisa dapetin yang lebih baik dari kak Gia."
~~ 23 ~~
Nova membaringkan tubuh Gia dengan perlahan di atas ranjang. Bahkan tidak sampai di sana, laki-laki itu juga membantu melepas sepatu yang Gia kenakan dan meletakkannya dengan rapi di dalam rak.
Begitu kembali ke dalam kamar, kedua tangannya sudah penuh dengan sebaskom air dingin dan sepotong kain untuk mengompres kaki Gia yang membengkak.
"Sakit banget, ya?" Tanya Nova setelah meletakkan kain basah itu ke pergelangan kaki Gia.
Gia meringis tertahan, tapi bibirnya tersenyum mencoba menghilangkan kekhawatiran Nova yang tersirat jelas.
Sejak tadi, Nova begitu perhatian padanya. Laki-laki itu menggendongnya dari pintu kedatangan sampai ke dalam mobil. Bahkan selama diperjalanan, Nova tiada hentinya bertanya tentang keadaan kakinya. Apa itu sakit atau yang lain.
Begini, ya, ternyata ketika Nova mencintai atau menyayangi seseorang? Pantas Maya begitu marah sekali padanya ketika laki-laki itu memilih memutuskan hubungan dengan perempuan itu dan lebih memilih dirinya.
"Sedikit. Maaf, ya, mas, udah ngerepotin."
Sebentar. Nova membeku sesaat ketika menyadari bagaimana Gia memanggilnya.
Tidak, ia tidak sedang bermimpi maupun berhalusinasi. Gia jelas-jelas memang memanggilnya dengan embel-embel mas. Bukannya kakak seperti sebelumnya saat keduanya baru pertama kali berkenalan. Tapi, mas. Mas Nova. Yang berhasil membuat hatinya membuncah dengan bahagia.
![](https://img.wattpad.com/cover/373829186-288-k971299.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OPTION [✔️]
Короткий рассказBagaimana jadinya kalau ada orang ketiga dalam sebuah hubungan?