Mata Reva terbelalak dengan murka.
"bangsat!" tangannya yang terbakar percikan petir tidak ia pedulikan, rasa marah, kecewa dan hancur seolah meredupkan akal sehatnya.
Zeean tersenyum miring,
cara paling ampun membuat lawan terkecoh adalah mempermainkan emosinya.
tanpa basa basi, Reva menyerang Zeean tanpa henti,
serangan itu membuat Zeean tergesa menghindar.
tanah- tanah sudah jadi tak terbentuk rupanya saat jadi mangsa para petir.
melihat tak satupun serangannya mengenai Zeean, Reva tidak lagi ambil jarak dari Zeean, ia menyerang dari dekat.
pertarungan itu tak terelakan, Zeean matanya perlahan berubah menjadi oranye yang menggelap, seolah ia dilahap satu tujuan yaitu kemenangan.
"ga ada siapapun yang bisa rebut apa yang gue punya." saat Zeean menahan pukulan Reva, Reva mengatakan itu dengan penuh intimidasi,
Zeean yang terdorong itu terkekeh,
"dan lo pikir gue peduli?" ujar Zeean tersenyum tengil, kembali menarik ulur emosi Reva.
ia lantas menyerang Reva, angin mengumpul dan menjadi tombak yang menerjang Reva.
Reva berdecih, menghindarinya dengan mudah.
"cuman segini kekuatan lo?" katanya meremehkan Zeean.
Zeean mengedikan bahu, alisnya menaik, matanya melihat ke belakang Reva dan satu siulan terdengar disuarakan oleh Zeean.
Reva berbalik terkejut, namun terlambat, tombak angin yang dihindarinya itu berbalik kembali menyerangnya, dan yang sekarang tidak bisa dihindarinya,
kakinya terkena serangan kejutan itu.
Reva mengerang kesakitan.
Zeean menatap lurus pada tubuh yang kesakitan tak kuasa menahan diri untuk tidak jatuh ke tanah itu.
Zeaan berjalan menghampiri Reva.
membungkuk dan menatap dengan tatapan jenaka.
"cuman segini kekuatan lo?" kata Zeean pada Reva, mengatakannya dengan lugas, dan senyum miringnya pertanda sindiran.
Reva yang meringis kesakitan itu menatap benci pada Zeean, tubuhnya tidak diberkahi anugrah regenerasi, tidak seperti kakak- kakaknya yang dilindungi dengan sepenuh hati, Zeus tidak terlalu mempedulikan Reva, seolah ia mati pun bukan sebuah hal besar untuk Zeus.
melihat luka yang tidak juga sembuh itu Zeean menghela nafasnya.
ia tidak merasa puas tapi lebih dari ini maka akan jadi pertarungan yang tidak fair untuknya.
melihat tingkah Zeean yang tidak melakukan apapun itu membuat Reva semakin terbawa amarah.
"ANJING MAU KEMANA LO?!" maki Reva mencoba bangun dari posisinya, rasa sakit yang menggores warasnya itu ia tahan dan sembunyikan.
Zeean yang baru saja ingin pergi meninggalkan Reva untuk menghampiri Marsha itu jadi terhenti dan berbalik melihat ke arah Reva.
"j-jangan berani lo kabur! gue belum selesai sama lo anjing!" suara Reva gemetar, ia enggan mengubur harga dirinya, ia enggan menjadi pengecut pada pertarungan ini, kekalahan ini bukan yang ia inginkan.
Zeean menatap lurus, nyaris terlihat acuh.
"tapi gue udah selesai, gimana dong?" katanya Zeean pada Reva.
Reva menatap tidak percaya,
"gue ga akan kalah dari lo sialan!" marah Reva.
Zeean mendengus geli,
KAMU SEDANG MEMBACA
Arville High School (fanfiction)
FantasyZeean Lycaon tidak pernah menyangka di sekolah barunya ia akan menjalani kehidupan yang penuh drama karena ia yang harus berurusan dengan dua orang most wanted AHS. ⚠️ Futanari area⚠️ ⚠️harsh word⚠️