Chapter 05: Cepat sembuh, ya

57 12 0
                                    

25-02-22•RS. Sriwijaya

Sudah satu minggu lebih Adelion belum bangun dari kecelakaan. Dapat dilihat, bola mata nya terlihat sedikit terhalang perban, sangat tenang sekali.

"Kalo lo sadar sekarang, banyak orang yang berlomba-lomba ingin peluk lo, Adelion," Gumam Fredric menatap lekat manik mata adiknya.

Pintu ruangan Adelion terbuka, menampakkan Arcela, dan juga ayah nya yang seperti biasa, menghantarkan buah-buahan.

"Masih belum sadar, Kak?" Fredric hanya mampu menggeleng lemah.

"Kantong mata Kak Fredric kelihatan banget, biar Ar yang jagain Lion. Kakak tidur aja," Fredric hanya menurut, energi nya sudah habis menangisi adik nya setiap malam harinya.

"Sayang banget, wajah tampan kamu udah gabisa ayah lihat, Lion," Sendu ayah Arcela mengusap lembut kulit yang tertutupi perban rumah sakit.

Kedua anak dan ayah itu masih setia menatap sayu pemuda yang menjadi kesayangan di era nya masing-masing. Sedih sekali rasanya mengingat kepulangan Adelion dari rumah nya.

Rasanya, hari ulang tahun Arcela adalah hari petaka, untuk Adelion, ia merasa bersalah sekali.

"Gue memang rindu masa lo terpejam dengan dengkuran halus, tapi, bukan yang ini Kak," Batin nya membelai jari-jari tangan yang lima bulan lalu rajin sekali ia genggam erat.

"Cepat sembuh, ya," Diraih nya tangan Adelion kembali, mengecup lama tangan yang sangat kaku dan pucat itu.

****

"Lo ga sekolah lagi?" Tanya sahabat nya di seberang telefon.

"Engga, gantiin Papah Mamah Adelion yang lagi ada urusan keluar kota," Balas nya yang masih mengapit erat jari-jari tangan Adelion.

"Huftt, tapi nih ya Cel, kemarin Zean dateng ke sekolah," Raut wajah nya berubah datar, ia benci nama itu.

"Ga peduli, dia aja bodoamat banget kalo tentang gue, Khat," Dirinya masih kesal dengan Zean yang sama sekali tidak bertemu dengan nya saat di hari ulang tahun nya, keterlaluan.

"Oke.. Oke, dia bawain bucket juga buat lo," Ia hanya menggerutu kesal, rasanya ia berada di prioritas ke seratus setelah berbagai masalah nya.

"Buat lo aja, gue ada urusan," Jutek nya membuat Khaterina di seberang sana tertawa kecil.

"Urusan njaga mantan, 'ya?" Telefon langsung di matikan sepihak oleh Arcela, kesal sekali jika Khaterina mulai menceng-cenginya karena akrab dengan mantan, cukup menyebalkan.

"Arcela, udah siang, kita ke kantin rumah sakit dulu," Bilik ruangan Adelion terbuka, ternyata ayah nya datang lagi setelah mengobrol lama dengan penduduk asing.

"Iya, yah. Ayah duluan aja, nanti Arcela nyusul," Ayah nya hanya mengacungkan jempol, menutup kembali pintu.

Sekarang, perhatian nya teralih pada pemuda itu lagi, ia tersenyum terlebih dahulu sebelum keluar dari ruangan nya. "Lo selalu terbaik, dari yang sudah datang," Katanya.

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Dirinya hanya diam menatap satu penduduk yang berjalan dengan bantuan kursi roda itu, melihat dari kejauhan, pria itu sangat mirip dengan Adelion.

"Arcela, kenapa diam? Nanti makanan kamu dingin," Ayah nya melambai lambaikan tangan nya di depan wajah nya, membuat dirinya tersadar.

"A.. Ah iya yah. Sebentar, Arcela ke taman sana dulu," Ayah nya hanya mengangguk, karena jarak nya juga tak terlalu jauh dari kantin.

Arcela bangkit, menghampiri pria itu yang sedang bermain dengan kupu-kupu yang mengitari nya. "Halo, selamat siang," Pria itu menoleh.

"Hhh.. Iya, duduk dulu kamu," Penuturan yang sangat lembut.

"Nama kamu siapa?" Tanya pria itu membelokkan sedikit kursi roda nya untuk menghadap Arcela.

"Aku Arcela, panggil se-senang mu saja," Pria itu tersenyum.

"Kenalin, Rellio. Kamu ngapain disini? Kan kamu sehat-sehat aja, memang kamu ngga sekolah?" Bahkan, nama dan penuturan nya sangat persis dengan Adelion.

"Haha, disini aku nemenin temen aku yang habis kecelakaan satu minggu lalu," Rellio ber oh-ria. Alih-alih Arcela melihat kondisi kaki Rellio.

"Aku disini lumpuh, udah lama, bosen ketemu dokter," Arcela terkekeh, gemas sekali pemuda itu.

"Maaf kalo terkesan kepo, kamu lumpuh gara-gara apa, Lio?"

"Aku dulu atlet futsal. Dan waktu aku tanding satu tahun lalu, aku di curangin sama lawan, dan ya gini. Jatuh nya fatal," Arcela turut prihatin sekali.

Mereka berdua sama, nama yang hampir sama, penuturan yang sama, dan sama-sama mantan atlet yang terpaksa di berhentikan karena cedera parah.

"Semangat terus ya. Besok-besok kalo aku ada di rumah sakit lagi, kita sering-sering main di taman ya! Sekarang aku mau makan dulu," Rellio mengangguk dengan senyum manis nya.

"Sampai jumpa di tidak sengajaaan, Rellio!" Teriak nya ketika sudah mulai menjauh dari pria berkursi roda itu.

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

Butuh berapa lama untuk melupakan yang tidak bisa di lupakan.

Orang lama atau orang baru?

Serana 20 Min ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang