Chapter 03: Kenyataan nya begitu

60 12 0
                                    

16-2-22•Andaresta

Di lorong menuju kantin, tak sengaja netra nya menangkap Arcela yang berjalan sama hal nya, menuju kantin untuk makan siang. Sungguh senyum nya merekah lebar.

"Del, ada yang minta nomor lo. Gue kasihin ngga?" Adelion tampak berfikir, di detik kemudian dirinya mengangguk. Barangkali penting.

"Katanya, nanti save aja Fiera," Adelion mengacungkan jempol nya, melanjutkan langkah nya bersama Arnan menuju meja yang kosong.

"Pesen apa lo Del?"

"Nasi goreng udang balado, es teh manis," Arnan mengangguk, seperti biasanya, Adelion memberikan uang merah kepada Arnan terlebih dahulu.

Cting!

Dengan lugas ia merogoh telefon genggam nya, membuka notifikasi yang mengalihkan perhatian nya.

"Siap di santap!" Ucap Arnan menghampiri nya dengan nampan yang berisikan pesanan miliknya, dan juga Arnan sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siap di santap!" Ucap Arnan menghampiri nya dengan nampan yang berisikan pesanan miliknya, dan juga Arnan sendiri.

Di tengah sesi menguyah nya, Adelion berniat bertanya siapa Fiera itu.

"Lo kenal Fiera?" Arnan menghentikan aktivtasnya, lalu mengangguk membersihkan sudut bibir nya.

"Kenapa? Lo naksir?" Adelion memutar bola matanya malas, sahabat nya ini selalu saja menginginkannya untuk berhenti merindukan Ar.

"Ck, engga lah. Dia yang ngechat gue dulu, minta sv," Arnan menyenggol lengan nya, berniat menggoda Adelion.

"Nah itu tuh Fiera, neng Fiera! Ini di cariin Adelion!"

"Engga woy!"

<The other side

Tampak tak jauh, Arcela melihat jelas Arnan dan juga Adelion yang sedang bercanda tawa menggoda Fiera. Entah kenapa, hati nya memanas melihat nya dari kejauhan sana.

"Biasa aja kali natap nya, makin susah loh move on nya nanti," Spontan, dirinya membekap mulut ember sahabatnya. Pasalnya, Khaterina berbicara dengan suara lantang nya.

"Bisa pelan-pelan ngga," Ucap Arcela pelan, tetapi penuh penekanan.

Saat mendengar perkataan Khaterina, seisi kantin menengok ke arah nya yang sedang cengar-cengir bingung.

"Semoga Lion ngga liat gue! Urat malu gue mau di taruh di mana ntar!" Gumam nya menunduk memainkan ujung sepatunya, seraya bertabrakan dengan sepatu Khaterina.

Serana 20 Min ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang