15-04-22•Hara
"Selamat pagi Hara, terimakasih lagi, atas tumpangan menuju sekolah nya." Ucap Adelion menatap Hara, pemberian manis dari ayah nya.
Ia menangkap gadis yang di bonceng oleh lelaki, tampak romantis suasana di sana. "Ar, ya?" Matanya menolak jika ia memalingkan wajahnya.
"Hara, liat kesana. Itu dulu jadi penumpang setia kita ya, sekarang dia udah menjadi penumpang setia orang lain," Adelion tersenyum hambar.
Ia memfokuskan dirinya kembali, seharusnya ia menikamti pagi nya. Adelion langsung mengalihkan pandangan nya pada siswa yang terus berlalu lalang.
****
"Selamat pagi, Ar, pagi lo bahagia ya." Arcela menoleh, menatap mantan kekasih nya dengan iba, rasa bersalah nya sungguh besar pada pemuda itu.
"Kak.." Rendah nya, mendeteksi kebohongan dari senyum nya.
"Iya, Ar, gue manggil lo untuk izin. Gue boleh untuk berkunjung ke rumah lo? Ayah pengen ketemu gue, Ar." Ia tertegun, pemuda itu berani sekali.
"Boleh, ngga ada yang ngelarang lo kok, Lion," Adelion menyunggingkan senyum nya, selain rindu pada Ayah Ar, ia juga merindukan Ar pada lima bulan akhir.
"Makasih, Ar."
****
'Trus mau lo apa Arcela Marshena! Katanya lo mau ngelupain Adelion, tapi lo juga pengen deket ama dia!" Suara melengking itu terus mengomeli Arcela yang sedang terduduk frustasi.
"Ya lo aja gatau! Apalagi gue!" Sahut nya dengan nada tak bersahabat.
"Kan elo yang punya hati!"
Perdebatan mengenai memilih melupakan atau dekat itu terus berlanjut, sampai-sampai orang yang di bicarakan itu datang.
"Ar, Khat." Sapa Adelion bersama Arnan.
"E-eh, Del."
"E-eh, Lion." Keduanya bertatapan terlebih dahulu, dan keduanya juga yang memutuskan kontak mata.
"Ini, gue sama Arnan di tugasin buat kumpulin dana buat korban kecelakaan." Arcela dan Khaterina mengeluarkan satu uang biru dan memasukkan nya kedalam kardus yang bertuliskan 'DANA'.
"Makasih Khat, semoga bermanfaat bagi korban, ya." Khatrina mengangguk. Pandangan Adelion beralih kepada Arcela.
"Makasih Ar, bahagia selalu."
****
Sepulang sekolah.
"Habis ini, lo mau kemana, Del?" Tanya Arnan memencet helm nya.
"Kerumah Arcela, ketemu bokap nya." Balas nya singkat. "Sat set banget pak." Goda Arnan membuat Adelion menggeleng kecil.
"Yaudah gue duluan ya, Nan." Arnan melambai-lambaikan tangan nya saat Adelion mulai menjauh dari jangkauan netra matanya.
Ar, home.
Ketukan pintu terdengar, membuat keluarga kecil itu mengalihkan perhatian nya. "Cela aja yang bukain," Arcela berlari kecil, membuka pintu rumah nya. Menampilkan Adelion dengan setangkai pisang hijau, dan bingkisan lainnya.
"Selamat sore, Ar. Jumpa lagi," Tutur itu sangat sopan memasuki telinga nya.
"Iya, Kak." Pria itu memasuki kawasan keluarga kecil itu berkumpul, tepat nya di ruang keluarga.
"Selamat sore ayah, Bunda, Ar." Sapa Adelion menaruh bingkisan tersebut ke meja makan keluarga Shena.
"Selamat sore, lama sekali kita ngga ketemu. Apa kabar kamu?" Adelion tersenyum atas sambutan senang keluarga Arcela.
"Baik kok yah, ayah apa kabar?" Ayah Arcela hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Adelion. "Bunda, martabak telor kesukaan Bunda, Lion taruh di meja makan."
"Repot-repot banget sih kamu Lion," Ucap ibu Arcela tak enak.
"Engga kok Bun, itu tanda berjumpa kembali." Balas Adelion membuat ibu Arcela tertawa kecil. "Kamu masih aja pinter ngerangkai kata, udah berapa cewek yang kamu giniin Lion?"
Adelion tertawa kecil.
"Baru Ar doang, Bun, ga ada yang mau sama Lion soalnya." Kedua orang tua itu tertawa mendengar balasan kocak lelaki tersebut.
"Bagus deh kalo gitu, anak ayah ga cemburu." Arcela hanya menutupi wajah nya yang malu akan godaan ayah nya.
"Duduk dulu gih, gimana jadi kating yang di puja?" Adelion tersenyum.
"Ngga gimana-gimana yah, tenang aja. Anak ayah ga bakal ada yang bisa geser tempat khusus untuk nya." Sekarang dirinya hanya berdua saja dengan ayah Ar, sesekali ia menggoda Arcela dengan kalimat manis nya.
"Bisa aja kamu Lion-Lion, ngomong-ngomong kamu sekarang masih pacaran sama Arcela? Soal nya dia susah banget di bujuk buat suruh kamu ke rumah lagi." Adelion tersenyum.
"Udah ngga yah, waktu berantem lima bulan lalu, Adelion keras kepala banget ngga dengerin penjelasan Ar, atau memang masa nya udah habis aja." Balas nya tersenyum canggung.
"Tenang aja Lion, kamu udah ayah restuin dari awal pertemuan tiga tahun lalu. Kalo ada yang deketin Arcela, ayah interogasi dulu." Keduanya tertawa.
"Jangan gitu yah, kasihan sama orang yang deketin Ar. Ar juga kaya nya risih kalo Lion bakal kesini." Ayah Arcela menggeleng kuat.
"Ngga, waktu itu aja dia ngigo nyebutin nama kamu sama senyum-senyum."
-Arcela Marshena Stev
TBC.
Seberusaha apapun lo ngelupain dia, kalo takdir bilang iya, semua nya bakal terus berjalan mulus.
Orang lama atau orang baru?
KAMU SEDANG MEMBACA
Serana 20 Min ||
RomanceSerana, mengartikan kesedihan setelah putus cinta. Semua, pasti pernah merasakan pahit dan manis nya cinta. Dan ia mengalami nya, ternyata pertengkaran kecil bisa juga menjadi awal tandas nya hubungan. Jika di beri kesempatan kembali, dirinya harus...