Chapter 11: H2

43 10 0
                                    

Dengkuran halus itu membuat dirinya terbangun, ia langsung duduk dan melihat di samping nya ada seorang pemuda yang tidur dengan posisi duduk.
Setelah mengetahui siapa itu, ia mengembangkan senyum nya.

"Lion.." Panggil nya lembut sembari membelai pelan rambut pemuda itu.

Pemuda itu sayup-sayup menatap nya dengan senyum tipis, "Udah bangun, Ar? Masih sakit ga kepalanya?" Arcela mengangguk, pasalnya ia pingsan langsung ke tanah.

"Tidur dulu aja, gue mau balik ke tenda. Oh ya, tenda lo di sebelah sana," Arcela mengangguk, saat Adelion ingin bangkit dari duduknya, ia langsung menarik pelan tangan besar itu.

Adelion menaikkan satu alisnya, "Lo kan yang nandain jalur gue, Kak?" Adelion hanya menampilkan deretan giginya.

"Ish! Gausah repot-repot bisa ga sih? Gue jadi ga enak, Kak," Tanpa menjawab, Adelion langsung membopong tubuh kecil Arcela untuk ke tenda.

"Selamat malam, dan tidur, Ar,"

*****

Di pagi hari yang di penuhi oleh pepohonan besar, setiap regu yang mengikuti kamping akan berkegiatan jelajah hutan. Sembari berjelajah, tidak asik kalau tidak mengerjakan soal.

Sekarang Arcela dan yang lain berkutat dengan soal sandi morse ini, mereka asik mengarang karena tidak ada yang berniat menghafal dari keempat manusia yang satu kelompok.

"Ini beneran kita ngarang ke-5 soalnya, guys?" Tanya Kalana agak sedikit ragu dengan usulan ketiga makhluk tak ingin berusaha dulu. Ya minimal membuka buku saku lah.

"Udah lah Lan, gue ga mood ini masih pagi. Mana belum sarapan, otak gue mana bisa mencerna," Tukas Khaterina, si bagian mengeluh di setiap jalan yang ribet, misalnya, melewati sungai.

"Halah! Lo sarapan ga sarapan juga tetep bego, Khat," Ujar Naca membuat Khaterina mendelik tajam.

"Lo gimana, Cel? Lo kan pinter tuh," Tanya Kalana tak mengubris ocehan dari Khaterina dan Naca. 

"Lo ga ngerti aja Lan, dia aja paling goblok masalah Pramuka. Mana setiap semester gapernah hadir," Sahut Khaterina membuat tabokan keras itu melayang, Khaterina hanya merintih.

"Gausah buka KTP dong!" Malu Arcela. Ya bener sih, Pramuka tuh bosenin, kalo pembina nya bukan si mantan.

"Yaudah, nyerah aja ya kalo udah di omelin sama kak Adelion," Ketiga nya mengangguk, berjalan beriringan sembari bernyanyi sesuai isi hati.

*****

"Ini gimana sih kalian mengerjakan nya? Cuman 5 soal, dan ga ada yang mendekati kata benar dari jawaban kalian berempat ini,"

Seperti apa yang di ucapkan Kalana, mereka berhasil, berhasil di omelin habis-habisan oleh Adelion. Keempat nya menunduk, tak berani menyangkal ucapan Adelion, karena seperempat dari yang di ucapkan, fakta juga.

"Sudah, silahkan kembali pada barisan. Sebelum saya berubah pikiran," Nampak, Adelion terlihat begitu penat. Pria itu memijit ujung pelipis nya dengan memejamkan kedua matanya.

Ketika ketiganya mulai kembali, satu gadis itu menarik ujung pakaian yang terisi full dengan bet. Adelion membuka matanya pelan.

"Maaf ya, bikin lo capek, Lion," Adelion menganggukan lesu, perlahan, tangan besarnya melepaskan kaitan tangan nya yang memegang ujung seragam nya.

"Huh.. Gue lagi capek Ar, i need hug," Arcela merentangkan tangan nya lebar, bak ibu yang memeluk putranya dengan penuh kasih.

"Del in- Astaghfirullah! Maaf saya ganggu!" Tenda bertirai itu terbuka, dirinya terperanjak kaget melihat salah satu pembina itu nyerocos masuk.

Sedangkan dua insan ini, sedang malu-malu, karena tenda yang terbuka tadi menghadap pas ke barisan anak-anak yang lain, dan membuat sorakan-sorakan tercipta.

"Malu banget gue," Batin Arcela.

"Malu ringan," Batin Adelion.

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

Ego itu penjara kehidupan.

Orang lama atau orang baru?

Serana 20 Min ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang