Serana, mengartikan kesedihan setelah putus cinta. Semua, pasti pernah merasakan pahit dan manis nya cinta. Dan ia mengalami nya, ternyata pertengkaran kecil bisa juga menjadi awal tandas nya hubungan.
Jika di beri kesempatan kembali, dirinya harus...
Satu hari, mereka tidak berkomunikasi. Enggan menatap satu sama lain, canggung dan salah satunya mengacuhkan nya, yaitu, Adelion.
"Lo kenapa lesuh banget dari kemarin?" Tanya Kalana mengusap punggung Arcela, ia tau dari Khaterina, bahwa gadis ini lebih suka merenung.
Berbeda kelas, tak memutuskan komunikasi mereka berempat.
"Adelion ya?" Tebak Naca yang tak mendapat jawaban dari Arcela.
"Lo sadar ngga sih, Cel, kalo lo ngasih harapan lebih ke Adelion. Seakan-akan, lo bisa kembali mengukir cerita sama dia," Sambung Naca membalikkan halaman buku komiknya.
"Padahal, lo sendiri yang ngomong. Kalo lo gamau memulai yang sudah berlalu. Di ibaratkan, membaca buku dua kali," Ujar Naca membuat Arcela terdiam.
"Gue setuju sama Naca. Gue harap, lo segera jujur gimana perasaan lo ke Adelion sebelum dia lulus. Tinggal lima bulan dong, Cel," Katanya.
Arcela juga bingung, perasaan bimbang ini selalu muncul. Ia benci sikap nya yang seperti ini.
"Udah, gausah nyudutin fren gue lo pada. Ayo makan, gue traktir mie ayam," Sahut Khaterina mampu membuat Arcela mencetak senyum nya tipis.
"Kita juga dong bearti," Serentak Kalana dan Naca merangkul satu sama lain.
"Khusus lo berdua, enggak!" Ujar nya.
"Kaya-kaya pelit lo!"
"Biarin!"
****
Entah kebetulan atau tidak, Arcela melihat Adelion yang mengunjungi warung mie ayam yang akan ia santap. Dengan cepat, Arcela meraih pergelangan tangan ketiga orang itu.
"Pindah aja, ya?" Ketiga manusia itu malah menarik Arcela dan menghampiri meja yang di duduki Arnan dan Adelion.
"Kita boleh duduk disini?" Tanya Kalana dengan senyum manis nya.
"Eh, Lan. Duduk aja," Arnan tampak menatapnya, lalu menyenggol lengan besar Adelion.
Adelion tiba-tiba bangkit dari duduknya, menggulung lengan bajunya. "Gue udah kenyang, thanks traktiran nya, Nan," Pemuda itu langsung pergi.
Dengan cepat, Arcela memegang kuat pergelangan tangan itu. "Gue ikut lo. Gue duluan ya, sorry Khat, Lan, Ca," Ketiga teman nya itu mengangguk, mereka mengerti akan keadaan nya.
Di sepanjang perjalanan, Arcela hanya mengikuti derap langkah Adelion. Tak ada sepatah kata yang menghiasi perjalan mereka. Berbeda dengan dulu, di temani gandengan tangan dan bercandaan lucu.
"Masih mau ngikutin gue, Ar?" Tanya Adelion tanpa menoleh.
Arcela mengangguk cepat, "Gue mau ke taman. Lo alergi putik bunga, gausah ikut," Sambung nya membuat Arcela sedikit kecewa.
"Gue tetep mau ikut, Lion," Adelion berbalik dengan tatapan tajam, menunduk, menyetarakan tinggi nya dengan gadis lugu itu.
"Lo masih tetep susah di bilangin ya. Ngomong sekarang apa yang mau lo sampein, gue dengerin," Ujar Adelion bersandar di samping pohon.
"Lo kenapa berubah, Lion? Ini bukan lo, gue ngga ada lihat sisi Adelion enam bulan lalu. Sekarang," Adelion mengangguk, membuka bungkus permen karetnya.
"Gue cuman nerima ungkapan, bukan pertanyaan, Ar," Arcela menghela nafasnya, meraih tangan Adelion untuk di genggam nya.
"Maafin gue kalo gue gapernah mau dengerin penjelasan lo, maafin gue kalo gue selalu ngasih harapan ke lo, maafin gue yang ngga tepatin janji lo, buat nemu cowok yang lebih baik, dari lo,"
"Nyatanya, lo yang terbaik itu. Lo mau ungkapan ini, kan?" Adelion terdiam, seperkian detik ia memutuskan kontak matanya dengan Arcela.
"Sekarang, gue yang minta penjelasan. Cewek itu siapa? Kak," Adelion mengeratkan tautan tangan itu.
"Dia Chaterina. Sepupu gue, waktu itu, dia pulang dari Paris, kepulangan dia menuntut ilmu. Disini, dia cuman bisa ketemu gue, dan keluarga gue,"
"Karena, keluarga nya udah lama ngga ada waktu mau nyusul dia di Paris, keluarga nya kecelakaan pesawat. Dan udah ngga ada semuanya, lo percaya sama gue kan, Ar?"
Adelion memejamkan matanya, tiba tiba tubuhnya meng-hangat. Tangan yang semulanya ia genggam beralih melingkar di punggung nya erat.
"Adelion, sorry,"
"Bisa kita memulai nya kembali? Ar,"
"Pelukan ini, sebagai jawaban pertanyaan lo, Kak,"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TBC.
Bukan hanya sepatah kata, nyatanya orang lama itu menjadi pemenangnya.
Orang lama, adalah seseorang yang melihat proses kita berkembang dan menjadi kisah pertama kita menjalani kisah asmara.