Serana, mengartikan kesedihan setelah putus cinta. Semua, pasti pernah merasakan pahit dan manis nya cinta. Dan ia mengalami nya, ternyata pertengkaran kecil bisa juga menjadi awal tandas nya hubungan.
Jika di beri kesempatan kembali, dirinya harus...
Hari keempat nya ia camping, yang membuat nya tertarik menarik dua hari lalu hanya panitia nya. "Yahh.. Udah balik aja," Lesuh Naca.
"Bersyukur deh lo! Kalo dicium nyamuk lo paling heboh Ca, greget gue," Naca hanya cengengesan sembari menenteng tas punggung besar nya.
"Udah lah, berantem mulu lo. Buruan baris ege," Titah Kalana yang sudah bergandengan dengan Arcela.
"Ihh! Kok Arcela jadi ketempelan elo sih!" Pekik Khaterina berdiri di tengah tengah antara Kalana dan Arcela. Sedangkan keduanya hanya tertawa.
"Udah bagus Khat ekspresi nya, cuman kurang segalanya aja," Khaterina mendelik tajam ke arah Naca yang sedang menjulurkan lidahnya.
"Caaa!"
*****
Akhirnya ia mencium kasur empuk nya lagi, terlebih lagi, ia merindukan Yaya. Kucing putih peliharaan nya yang langsung di beri nama oleh Adelion sendiri, ya tau lah.
"Halloww Yaya! Kangen ngga sama aku," Ucap Arcela mencium wajah kucing putih tersebut dengan bertubi tubi.
Miaw! Miaw!
Yaya menjawab nya, kucing itu seperti mengatakan iya! Aku merindukanmu.
"Oke, karena ketemu kamu. Rasa capek aku hilang, nanti sore kita jalan-jalan di taman, oke? Kamu udah lama ngga keluar, nanti kuper tau," Ejek Arcela membuat Yaya seketika memberontak.
"Bercanda ah! Baperan," Benar ternyata, sifat majikannya itu turun menurun pada anabul nya.
"Udah ya, aku mau mandi terus makan siang dulu. Makanan kamu ada di tempat biasa, bye sweetie!" Arcela menutup pintu kamarnya meninggalkan kucing manis yang menghampiri kotak makan.
*****
"Lo beneran mau kuliah di Harvard? Gue gabisa mabar bareng lo dong," Ujar Arnan mencabikkan bibirnya, sedangkan Adelion menjauhkan kepala itu dari dada bidang nya, jijik sekali si Arnan-Arnan itu.
"Iya, bokap gue juga ada kerjaan di sana. Jadi di sini cuman ada nyokap sama abang gue," Arnan mengangguk paham.
"Lo mau ninggalin Arcela?" Tanya Arnan dengan hati-hati, Adelion hanya memalingkan wajahnya asal. Menatap dunia luar yang langit nya sudah tampak oren-oren muda di dampingi matahari.
"Semua manusia itu punya batas kesabaran, dan ketabahan. Kalo lo bilang gue kuat benerin semuanya, lo salah, Nan," Ujar Adelion.
"Jangan bilang, lo mau-"
"Iya," Potong Adelion tersenyum.
"Mengharapkan sesuatu yang jauh melebihi kapasitas kemampuan, buat apa? Gue juga baru nyadar,"
"Gue bodoh tentang cinta. Sedangkan cinta, dia memilih yang bisa mengerti tentang semua hal yang berhubungan dengan dia, Nan," Arnan hanya diam.
"Gue harap, lo paham,"
*****
"Lets go sweetie! Jangan nakal ya," Anabul itu tampak mengangguk, menjilati ekornya dengan lucu.
Di taman kota yang ramai, dihiasi dengan pasangan yang berfoto, ada juga yang berolahraga, bermain, dan sama halnya dengan nya. Menemani peliharaan nya.
"Kita duduk disitu ya? Kamu nanti jangan jauh-jauh main nya," Yaya hanya cengo menatap orang-orang yang berlalu lalang lewat kesana kemari.
Biasanya, orang yang menemani peliharaan nya akan ikut bermain. Tidak dengan Arcela, gadis itu malah mengscrool reals ig terbengkalai yang jarang sekali ia buka.
Gara-gara masalah waktu itu.
Saat merasa kakinya tidak di hinggapi dengan si kucing berkaki pendek, ia langsung menoleh kesana kemari mencari anak nya yang hilang.
"Yaya! Yaya! Kamu dimana? Jangan main petak umpet deh," Tiga menit kemudian, ia baru menyimpulkan bahwa anak nya telah hilang, astaga. Teledor.
"Yaya! Jangan bikin aku khawatir!" Gadis itu terus mencari sampai terlihat pria kekar dengan jaket kulit hitam tengah menggendong kucing kecil putih. Tidak! Itu adalah Yaya.
"Yayaa!" Teriaknya menghampiri anak nya yang berlari juga ke arahnya, ia memeluk erat anak nya itu.
"Udah aku bilangin! Jangan main kejauhan Yaya. Oh ya makasih ya mas- Eh Adelion!" Pekik nya kaget melihat cowok itu tengah tersenyum ke arahnya.
"Hai, Ar. Namanya tetap Yaya, ya," Arcela hanya tersenyum canggung, ia harus mengucapkan apa ini. Lagian, dunia sesempit ini kah?
"H-hehe, Iya Lion. Namanya lucu," Selain namanya, yang memberinya sama hal nya kok, malah sepuluh kali lipat.
"Lo ngapain ke taman? Tumbenan juga, bareng Yaya," Arcela tersenyum.
"Hehe akhir-akhir ini gue sibuk, Lion. Makanya jarang kasih waktu ke Yaya," Balas nya sembari terkekeh pelan.
"Yaudah have fun, Ar. Gue mau balik," Tanpa menunggu ucapan Arcela, cowok itu langsung berbalik badan meninggalkannya yang bingung di buatnya.
"Dia kenapa?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TBC.
"Cinta itu selalu ingin di mengerti," Adelion Pramudaningrat.