Chapter 07: Hancur lebur.

48 11 0
                                    

02-03-22

Di gemerlapnya malam, Adelion masih berbaring di kasurnya. Ia kesusahan tidur mengkhawatirkan Arcela yang tak pernah kunjung lagi, setelah kejadian ia baru sadar waktu itu.

Sampai sekarang, ia sudah boleh pulang. Tak pernah melihat gadis itu lagi, "Bosen." Lenguh nya.

Ia menatap pada handphone yang berada di nakas. Sudah lama ia tak melihat dunia maya nya. Dirinya mengerutkan kening nya.

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Arnan sekarang sedang melakukan pekerjaan nya, ia berfrofesi sebagai penjoki all games sekarang. Itung-itung menambah uang saku nya.

Ditengah-tengah pekerjaan nya, handphone yang ia letakkan berdering, membuat ia berderih pelan dan mengangkatnya kasar.

"Apa!" Teriaknya memangku handphone nya menghadap dirinya yang tengah fokus bermain game.

"Nan," Suara itu membuat dirinya menatap handphone nya, ternyata yang menelfon nya adalah Adelion.

"Mentang-mentang udah balik lo, jadi begadang lagi," Ucap Arnan.

"Gue mau nanya," Arnan hanya berdehem tanpa menjawab.

"Ar, dia ada masalah apa di sekolah?" Arnan diam, lidah nya ia kunci rapat-rapat. Ia tak mau sahabat nya itu mengkhawatirkan gadis itu.

"Nan, answer my question, now," Arnan menghela nafasnya.

"Oke-oke, sebenarnya gak jauh-jauh dari hari ini Arcela melanggar peraturan sekolah yang ngga banget. Tapi janji, lo jangan mikirin dia, ini salah dia," Di tepi telefon hanya berdehem.

"Arcela kepergok ciuman di area sekolah, sama Zean. Del,"

****

Handphone nya ia banting keras-keras, ia tak mau mendengar umpatan orang-orang pada gadis kesayangan nya. Arcela baik! Dia gadis baik. Ia pasti akan menemui nya esok hari.

"Beneran, Ar? Itu lo?" Gumam nya mengingat-ngingat foto yang di kirimkan oleh Arnan. Foto Arcela yang bercumbu di pinggir halte.

"Padahal gue bersiap menjadi Rangga Raja di kehidupan lo, dan lo sebagai Andini Hangura. Orang yang sangat gue cinta, kala itu," Lanjutnya lagi.

Ia menatap langit-langit kamar nya dengan tatapan kosong. Dirinya masih memikirkan Arcela, gadis itu pasti menahan rasa sakit sekarang.

Ia percaya, pasti Arcela mempunyai alasan, Arcela itu gadis yang baik.

****

Di kediaman Arcela, dirinya sedang memeluk lututnya. Ia benar-benar bodoh percaya pada pria itu, pria terbajingan di seluruh dunia yang ia temui. "Lion, keputusan waktu itu, salah, ya?"

Ternyata dirinya tanpa Adelion sangatlah sunyi. Menyia-nyiakan seseorang yang mencintai nya penuh dengan ego tinggi nya.

"Boleh gue bilang rindu kepada lo? Kak,"

****

Arcela home

Tanggal sudah berganti, Arcela hanya duduk di tepian kasur, ia tak menjalankan aktivitas sekolah nya. Ia di skors selama lima hari lama nya. Lelah menghadapi tuduhan-tuduhan tak senonoh itu terhadapnya.

Ketukan pintu terdengar, ia beranjak untuk membuka pintu kamarnya.

"Adelion?" Dirinya tersentak kaget melihat Adelion yang di giring kakak nya, Fredric dengan kursi roda.

"Ar, selamat hari kesehatan mental remaja, ya," Arcela hanya diam, lelaki itu berbeda, yang lain menyapa nya dengan cemooh, lekaki ini tidak. Lelaki ini justru menguatkan nya.

"Kak, turun dulu aja," Fredric mengangguk, patuh akan perintah sang adik yang mempinta nya.

"Masuk dulu aja, Kak," Adelion tersenyum saat Arcela menggiring kursi roda nya untuk memasuki kamarnya, ia rindu suasana kamar ini.

Adelion memandang cap tangan nya bersama Arcela, ternyata itu masih tersimpan rapi pada tempatnya.

"Lion, maaf ya. Udah jarang datang ke rumah," Adelion hanya mengulum senyum nya. Tidak mungkin kan gadis ini membiarkan bibirnya di lumat oleh pria bejat itu.

"Tidak ada yang menjadi masalah Ar. Ngomong-ngomong jangan mendengar ucapan kotor orang pada lo ya, Ar," Beritanya sudah sampai ke Adelion ternyata, hebat sekali orang-orang.

"Makasih, Lion. Selalu sama," Adelion mengerutkan alisnya.

"Lo selalu jadi penenang dari ribuan yang datang, memang dasarnya lo selalu punya cara buat bikin orang tenang, Adelion," Adelion menggeleng malu.

"Kata orang. Orang yang rapuh itu butuh pelukan, do you want a hug?" Ia tak peduli status nya apa, ia benar-benar rindu pria yang menawarkan pelukan pada dirinya.

"Perlu tempat cerita juga?" Dirinya melepaskan pelukan nya dan mengangguk, mengusap sudut bibrinya yang basah akan air matanya yang turun.

"Gue putus Kak, sama Zean," Adelion mengangguk paham, ia tau bagaimana rasanya ada di posisi Arcela.

"Semua orang selalu punya masa nya tersendiri, contohnya kita,"

"Entah selanjutnya Tuhan merestui atau tidak, itu sudah tercatat di sana, mungkin salah satunya nama kita berdua, Ar,"

"Entah selanjutnya Tuhan merestui atau tidak, itu sudah tercatat di sana, mungkin salah satunya nama kita berdua, Ar,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC.

Apapun hubungan nya, ataupun statusnya. Gue bahagia bisa menjalani kisah bersama lo.

Orang lama atau orang baru?

Kira-kira mau ngga punya hubungan mantan, tapi gini kisah nya?

Serana 20 Min ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang