15-03-22•Home L¡on
Terapi sekarang adalah makanan sehari-hari Adelion, entah sampai kapan kakinya membaik. Ia menantinya, ia rindu pada Hara, dan penghuni jok belakang nya lalu intinya.
"Adelion, coba gerakkan sedikit demi sedikit. Sebelum kamu berganti dengan walker," Adelion berdecih.
"Adelion masih muda, mah," Elak nya, ia lebih malu memakai walker dari pada kursi roda yang menemani nya.
"Katanya mau cepet-cepet naik motor?" Pancing ibu nya membuat dirinya patuh.
Sedangkan di satu sisi, kakak nya sedang menertawakan nya puas, "Cemen lo!" Ejek nya menjulurkan lidah nya, dirinya hanya memutar bola matanya malas.
"Nanti gue beliin fixie," Bisik nya membuat dirinya melek dengan mata berbinar nya pada Fredric.
"Serius!?" Fredric mengangguk yakin.
"Makanya, sembuh dulu,"
****
Kertas, sampah, kaleng itu masih mengeker gadis yang sedang berjalan ke arah kelasnya, ia sudah terbiasa dengan luka gores akibat benda yang di hantam oleh siswa siswi Andaresta.
"Woi! Lo pada ga ada kerjaan apa!" Bentak Khaterina membuat siswa siswi menciut, pasalnya, Khaterina adalah anak donatur sekolah.
"Jalan aja Cel," Titah nya, ia menurut, mengusap bahu nya yang sedikit terkena cipratan air dari kaleng.
Istirahat•Canteen
"Buru-buru bet buka hp nya, mau ngapain?" Arcela tersenyum.
"Mau vc Adelion," Khaterina mendengar itu tertawa kecil.
"Balikan aja gasi, Adelion nya udah di kasih harapan tuh," Ia tersipu malu, jujur saja, hati nya masih menerima Adelion kembali.
"Di angkat!" Sorak Arcela.
Obrolan singkat itu membuat Arcela tersenyum senang. Intinya, komunikasi dengan Adelion adalah kegiatan wajib nya sehari-hari.
"Seneng banget kayaknya," Goda Khaterina, akhirnya sahabat nya itu sedikit melupakan waktu itu. Ia bahagia melihat sahabatnya tersenyum.
"Sangat Khat,"
****
Adelion tersenyum, menatap handphone yang akan ia saku.
"Lo lucu banget, Ar,"
"Kalo Arcela lucu, yang rambut di kepang itu di kemanain?" Sahut sang kakak membuat perhatian nya teralih.
"Maksudnya Fiera?" Fredric mengangguk, memakan beberapa buah yang di hantarkan oleh orang-orang untuk adik nya.
"Dia cuman sebatas adik kelas,"
"Kalau Arcela?"
"Dia mantan kasih, tapi istimewa, indah, elok, cantik, rupawan,"
****
Di sore hari, Adelion hanya berkutat dengan buku gambarnya. Karena terlalu fokus, sampai tak sadar ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"Sebentar," Katanya.
Reflek, ia menyunggingkan bibirnya ketika tau siapa yang mengetuk pintunya sembari menentang tas ransel sekolahnya dengan senyum manisnya.
"Ar, silahkan masuk, pasti lelah," Arcela mengangguk. Gadis ini duduk di tepi ranjang Adelion.
"Kenapa di tepi? Itu masih lebar, Ar," Sambung nya lagi. Arcela hanya tersenyum canggung.
"Engga usah Lion, disini aja. Ini juga nyaman," Adelion hanya berdehem, ia mengambil canvas milik nya dahulu dan ikut serta duduk di tepi ranjang nya.
"Beautiful, ini siapa?" Tanya Arcela mengembangkan senyum nya melihat canvas yang terlukis jelas seorang gadis dengan rambut terurainya.
"Lebih tepatnya, insan di samping gue ini, Ar," Balasan itu tentunya membuat Arcela mati-matian menahan malu nya, dipastikan. Pipinya memerah sekarang.
"Maaf, balasan gue berlebihan ya? Tapi disini, lo cantik banget. Ar," Balas Adelion tak enak, Arcela hanya menggeleng pelan.
"Engga, ngga ada yang terkesan berlebihan di setiap kata yang terlontarkan tadi, Kak,"
"Selain lo juga pandai bohong, lo juga pandai bikin gue sampe gila ngelupain lo, Ar,"
TBC.
Dengan siapapun lo. Bahagia gue selalu menyertai dan terus terdaftar di langit untuk kebaikan lo.
Orang lama atau orang baru?
KAMU SEDANG MEMBACA
Serana 20 Min ||
RomanceSerana, mengartikan kesedihan setelah putus cinta. Semua, pasti pernah merasakan pahit dan manis nya cinta. Dan ia mengalami nya, ternyata pertengkaran kecil bisa juga menjadi awal tandas nya hubungan. Jika di beri kesempatan kembali, dirinya harus...