Sadewa Chandra Mahendra pria yang tak pernah bisa menjalani kehidupan dengan tenang, bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh hati. Namun, karenanya gadis itu justru mengalami teror dari musuhnya. Bagaimanakah Chandra melindungi sang gadis...
Saat ini Reyna sedang merebahkan dirinya di tempat tidur. Rumah terasa sepi karena ketiga abangnya tidak ada di rumah. Jazelle masih berada di Ausie, sedangkan Darren dan Haikal belum pulang.
"Gabut banget, ngapain ya?" monolognya.
"Biasanya kalau begini vc an sama Nia. Tapi tuh anak dihubungin ngga bisa dari kemarin"
"Sampai kapan ya ponselnya di sita? Kasian juga sama Nia. Tapi siapa yang tega celakain dia sampai kaya gitu?"
Reyna masih mengutarakan isi pikirannya. Ia jelas mengingat pesan singkat dari Nia yang ditinggalkan di mejanya. Ia masih menyimpan kertas itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tulisan singkat penuh makna yang di tulis tergesa-gesa. Reyna tau tulisan Nia itu sangat rapi, jika Nia sampai membuat tulisannya bersambung seperti ini. Artinya Nia tak memiliki banyak waktu saat menulisnya.
"Gue perlu cari tau siapa yang udah celakain Nia. Tapi gue ngga tau mulai dari mana. Huft!"
Ketika tengah asik berpikir suara ketukan pintu kamar mengintrupsinya, membuat Reyna menoleh.
Tok tok tok
"Abang? Baru pulang?" tanyanya pada Haikal yang barusan mengetuk pintu
"Iya nih, lembur banget. Nyatanya kurang dua minggu lagi acaranya" ucap Haikal lemas sembari berjalan ke arah ranjang Reyna dan ikut merebahkan diri di samping gadis itu.
Netra Haikal menangkap kertas kecil yang tergeletak di sana ia mengambil kertas itu dan membacanya.
Reyna hanya diam tidak berniat menyembunyikan surat itu dari sang kakak. Ia berpikir bahwa Haikal berhak tau hal ini karena mereka berdua terlibat insiden kali ini.
Haikal mengembalikan kertas itu pada tempatnya, lalu menghembuskan nafas berat. Setelahnya ia menatap Reyna yang ternyata tengah memfokuskan atensi ke arahnya.
"Capek ya dek, kapan ini berakhir" ucap Haikal. Kini netranya menengadah menatap bohlam lampu kamar Reyna.
"Semoga cepat berlalu, gue bener-bener ngga tau lagi siapa dalang dari ini semua. Target dia siapa dan apa motifnya" lanjut Haikal
Keseriusan itu tak berlangsung lama ketika suara perut Haikal berbunyi begitu yang membuat Reyna tertawa.
"Lah belum makan?" tanya Reyna
"Mana sempet?" Jawab Haikal
"Biasanya juga keluar gitu nyari makan kalau ada urusan OSIS sampai sore" ucap Reyna
"Gimana mau keluar kalau tadi kunci motor gue di pegang Renjana seharian?" ujar Haikal
"Kok bisa?" tanya Reyna penasaran.
"Takut gue pergi dan lepas tanggung jawab" jawab Haikal
"Orang gila emang tuh Renjana" ucap Reyna kesal. Tak habis pikir mengapa manusia itu harus berbuat jauh seperti itu.