Jalan semakin berkelok saat Lia Ruhani berjalan bersama hantu pria muda. Jumlah orang di sekitar mereka berkurang, hingga akhirnya suasana menjadi sunyi. Sepanjang jalan, bahkan suara serangga pun jarang terdengar.
Senja mulai menyelimuti, memancarkan bayangan yang panjang dan bergerak perlahan. Di bawah cahaya yang surut, bayangan Lia tampak ramping, memanjang di antara sela-sela cahaya yang temaram. Kegelapan di sekelilingnya terasa seperti menunggu, seolah ada sesuatu yang bersembunyi di balik kabut senja. Namun, saat dilihat lebih dekat, hanya langit malam biasa yang terlihat.
Hantu pria muda berjalan di samping Lia, menatap lurus ke depan, tetapi akhirnya memecah keheningan dengan suara tenangnya. "Bagaimana bisa kau terjatuh? Apa sakit?"
Lia membuka matanya yang bulat dan cerah, menjawab dengan penuh keseriusan, "Aku jatuh dengan suara plak! Awalnya sakit, tapi aku tidak takut. Ketika Dokter mengoleskan obat, sakitnya jadi lebih parah, dan aku mulai sedikit takut. Tapi kemudian Kakak menenangkanku, jadi aku tidak takut lagi. Bahkan rasanya nyaman dan dingin!"
Hantu pria muda menundukkan kepala, bayangan dalam rongga matanya membuat sorotnya tampak lebih dalam. Wajah pucatnya yang kurus sedikit mengeras, membentuk lengkungan samar di bibir atasnya. Dengan suara pelan, ia bertanya, "Kakak?"
"Iya!" jawab Lia dengan polos, menatapnya dengan mata besar penuh rasa ingin tahu. "Kakak yang baik itu membantuku bangkit setelah aku jatuh. Dia sangat baik, bahkan menenangkanku."
"Baguslah," jawab hantu pria muda sambil mengangguk pelan.
Setelah jeda sejenak, ia bertanya lagi, "Bagaimana harimu di sekolah? Bahagia? Ada yang mengganggumu?"
Lia tersenyum, menatap langit yang mulai gelap. "Aku bahagia! Hari ini aku tidak jatuh saat kelas olahraga, dan aku menang lomba lari!"
"Bagus," balasnya singkat.
Namun, senyum Lia memudar saat ia mengingat sesuatu. "Tapi ada anak yang mendorongku saat pulang sekolah. Dia bilang hal buruk tentang seorang Kakak cantik. Aku tidak suka padanya, dia sendiri yang jelek!"
Saat berbicara, wajah kecil Lia mengerut, menunjukkan ekspresi kesal yang lucu.
Hantu pria muda menoleh dengan serius. "Siapa dia? Aku melihatmu menghilang sebentar saat berjalan pulang."
Lia tampak bingung, lalu menjawab, "Aku tidak tahu. Aku tidak mengenalnya."
"Nanti kalau kau melihatnya lagi, tunjukkan padaku. Aku akan membereskannya," kata hantu pria muda dengan nada datar.
Lia mengangguk antusias. "Dia benar-benar jahat! Kakak yang dia bilang jelek itu sebenarnya sangat cantik. Matanya indah, dan kulitnya putih. Dia sedikit mirip dengan Ibu dan Ayah."
Mata hantu pria muda menyipit. "Mirip, ya? Pantas saja kau menghilang sebentar dan menyerap energi gelap lagi." Ia melanjutkan dengan nada rendah, nyaris berbisik, "Tidak mudah... tapi tak apa. Meski kau kembali ke rumah, kau akan tetap menyerapnya. Siapa yang membiarkanmu tinggal bersama kami, hah?"
Lia menatap hantu pria muda itu dengan bingung, tak mengerti maksudnya.
Ia tidak menjelaskan lebih lanjut, tetapi berkata dengan tegas, "Lain kali, jika kau melihat seseorang yang mirip dengan kami, jangan dekati mereka."
"Kenapa?" tanya Lia penasaran.
"Mereka sangat jahat."
***
Seiring Lia Ruhani tumbuh, keberadaannya di rumah hantu menjadi semakin akrab. Di antara keluarganya, ia lebih sering dipanggil Lili. Nama itu menggema hangat di lorong-lorong vila, seperti panggilan kasih dari dunia yang sudah lama mati.
![](https://img.wattpad.com/cover/383763738-288-k390208.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Bayangan
Novela JuvenilDi rumah tua yang telah lama ditinggalkan, sesuatu yang tidak biasa terjadi. Suara kecil itu, seperti sebuah keajaiban yang datang tanpa diundang─tawa seorang bayi. Lembut, renyah, tetapi terasa ganjil. Tawa itu seperti melawan kehendak rumah itu, y...