Chapter 19

102 9 0
                                    

Di salah satu tempat yang berada di kuil Buddha terlihat sebuah tempat khusus untuk para Klan besar bersatu di tanah Siam yang suci. Bahkan sudah bertahun-tahun kursi dengan lambang Klan Sumettikul telah kosong. Tidak ada pengganti pemimpin yang menempati meja kayu itu.

"Kita tidak bisa lagi hanya diam dan menonton saja." Pong dari Klan Ponsantigul pun membuka suara. "Ketua sudah lama kehilangan semangatnya! Sampai kapan kita akan menunggu Ketua?!"

Job pun menyangga dagunya dengan tangannya. "Yang kau ucapkan itu benar. Ini sudah kelewatan. Jika dibiarkan, Klan Sumettikul bisa jatuh sewaktu-waktu." Ketua Klan Konglikit kesalah satu pemimpin Klan lain.

"Hoho... Itu sebabnya kita berkumpul disini." Bright pun membuka percakapan. "Sebagai pengikut Klan Sumettikul, kita tidak bisa lagi diam dan berpangku tangan." Jelas Bright yang berasal dari Klan Chivaaree. "Kesetiaan kita untuk Klan Sumettikul, bukan Ketua. Sudah tiba waktunya untuk membuat sebuah keputusan."

"Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Pong pada Bright yang duduk tak jauh dari hadapannya. "Sebelum kita kosongkan posisi Ketua, bukankah kita mencari penggantinya terlebih dulu?"

"Kita membutuhkan orang untuk dijadikan ketua." Jawab Bright.

Job pun membenarkannya. "Ya. Itu benar."

"Untuk mengosongkan itu, bukankah ada Wakil ketua, Mile?" Ungkap Pong pada kedua penguasa di hadapannya itu.

"Tapi apakah Mile akan setuju?" Tanya Job yang baru saja meneguk teh hijau. "Selama ini Mile selalu memanjakan Bible, kan? Lebih lagi, bukankah mereka berdua adalah saudara kandung."

Pong segera menjawab. "Sebagai saudara kandung pun ada batasannya."

"Bagi Mile, Klan Sumettikul adalah segalanya. Bisa jadi lebih frustasi terhadap Bible daripada kita." Ungkap Bright pada para sekutunya itu.

"Menurutku juga begitu. Karena dia peduli dengan Klan Sumettikul, pasti pikirannya akan sama seperti kita." Job pun membenarkan ucapan Bright.

"Bagus." Pong pun mengangguk setuju. "Kalau begitu, kita tidak perlu mengulur waktu lagi."

"Ayo turunkan Bible Wichapas Sumettikul dari posisi ketua... Demi Klan Sumettikul." Ucap Job yakin.

"Pendapatan kita sama." Kata Bright yang juga sepakat. "Kalau begitu, demi kebaikan Klan Sumettikul. Ayo rangkul Mile agar bergabung dengan kita."

Tepat pada sore itu yang dimana ketiga ketua Klan itu menemui Mile. Bahkan beberapa jam lalu, tepat di kediaman Sumettikul terdapat sebuah pembunuhan sadis dimana Ketua Klan baru saja membunuh anak dan istrinya. Kali ini ketiga Klan itu berusaha untuk menghasut Wakil ketua Klan Sumettikul.

"...Apa kau bilang?" Tanya Mile tidak percaya.

"Seperti yang sudah kau dengar." Kata Pong dengan tenang. "Jika dibiarkan Klan Sumettikul tidak akan memiliki masa depan."

"Kau harus menghadapi kenyataan." Imbuh Job.

Sekarang ini ketiga penguasa Klan itu pun merasa bimbang dan Mile tidak percaya para sekutu Klan Sumettikul ingin menjatuhkan Bible. Ini sangat tidak baik bagi Klan Sumettikul sendiri.



Bright tengah bersandar pada pintu kuil suci sang Buddha. Bahkan dia mendengarkan para sekutunya bertukar pikiran. Hingga akhirnya dia pun berujar pada Mile.

"Saat ini Ketua tidak bisa melihat hal itu." Kata Bright pada Wakil ketua Klan Sumettikul. "Atau mungkin, dia tidak ingin melihat itu."

Ketika mereka sedang membicarakan Ketua Klan Sumettikul. Saat ini Bible sedang membersihkan diri dan di bantu oleh istri pertamanya. Tahap pengobatan mentalnya masih berlangsung sampai saat ini. Namun belum ada banyak perubahan yang terjadi, tapi kali ini para sekutunya ingin menggulingkan dirinya dari posisi Ketua.

SUMETTIKUL | The Hand of GodsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang