Bab 28

473 42 4
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca.

.

.

.

Sesampainya di rumah, Seokjin langsung menggandeng tangan Yoongi, membawanya menuju kamar. Begitu berada di dalam, Seokjin mendudukkan adiknya di tepi kasur. Ia berdiri sejenak, menatap Yoongi yang hanya menunduk tanpa sepatah kata pun.

Yoongi merasa bingung dan gugup. Ia bisa merasakan emosi Seokjin, yang jelas terlihat dari tatapan dan gerak-geriknya. Baru kali ini ia melihat Seokjin semarah ini.

Seokjin menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya sebelum akhirnya berlutut di hadapan Yoongi. Kedua tangannya memegang bahu adiknya dengan lembut.

"Yoongi... Yoongi baik-baik saja, kan?" tanya Seokjin akhirnya dengan suara lembut yang menyiratkan kekhawatiran.

Ia tak bisa menyembunyikan rasa takutnya bahwa adiknya mungkin sedang terluka, baik hati maupun pikirannya, setelah kejadian tadi.

Yoongi mengangkat wajahnya perlahan, menatap kedua netra hyungnya. Ia tersenyum tipis, kemudian mengangguk.

"Hm" gumam Yoongi.

Seokjin menatapnya, mencoba membaca kebenaran di balik kata-kata itu.

"Jangan bohong,"

Yoongi mempertahakan senyumannya, "Aku tidak berbohong hyung," katanya yang sebenarnya memang berbohong.

Ia tidak baik-baik saja. Nyatanya perkataan Jimin memang mampu mengoyak hatinya.

Seokjin terdiam, menatap senyum tipis di wajah adiknya. Pikirannya kembali memutar ucapan Jimin yang ia dengar tadi. Ia tahu, sepupunya itu memang sering kesulitan mengendalikan emosi. Namun, apa pun alasannya, Seokjin tetap tidak bisa memaafkan kata-kata yang dilontarkan Jimin kepada Yoongi.

Ia merasa sangat kecewa dan marah. Baginya, ucapan itu seperti cerminan dari apa yang sebenarnya Jimin pikirkan tentang Yoongi selama ini, dan emosi yang meluap hanya membuatnya berani mengungkapkannya.

Seokjin menghela napas, lalu memandang adiknya dengan lembut. "Lupakan semua perkataan Jimin tadi. Itu semua tidak benar," ucapnya.

"Yoongi tidak bodoh. Lihat, walaupun Yoongi tidak pernah sekolah, Yoongi selalu bisa mengejar ketertinggalan dengan baik. Hyung selalu memperhatikan perkembangan belajar Yoongi, dan hyung selalu kagum karena Yoongi bisa belajar dengan cepat. Masalahnya hanya waktu. Kalau saja Yoongi bisa sekolah seperti mereka, hyung yakin Yoongi juga akan jadi siswa berprestasi."

"Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Pelajaran formal yang diajarkan di sekolah itu masih bisa dikejar. Jadi, jangan pernah merasa rendah diri hanya karena tidak pernah sekolah, arachi?"

Yoongi hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kecil menatap sang hyung.

Seokjin ikut tersenyum dengan tanganya yang masih menyentuh bahu adiknya dengan lembut. "Yoongi itu hebat... Yoongi sudah berhasil melewati semua rintangan berat dan tetap bertahan sampai sekarang. Belum tentu mereka bisa menjalaninya jika berada di posisi Yoongi, bahkan hyung sekalipun belum tentu bisa. Hyung sangat bangga menjadi hyung dari Yoongi yang luar biasa ini."

Threads of Affection | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang