Bab 33

506 47 7
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca.

.

.

.

Sesuai dengan janji Seokjin yang sempat tertunda karena pekerjaan, kini ia mengajak adiknya, Yoongi, untuk membeli LEGO. Mereka sedang melihat-lihat koleksi LEGO di sebuah toko besar di pusat kota.

Yoongi menatap semua LEGO di sana dengan penuh kekaguman. Ia takjub melihat begitu banyak bentuk LEGO yang beraneka ragam.

"Yoongi suka yang mana?" tanya Seokjin.

Yoongi menatap Seokjin dengan wajah yang memancarkan sedikit antusiasmenya.

"Hyung, apa aku boleh membeli satu LEGO?" tanyanya, tanpa menjawab pertanyaan Seokjin.

Seokjin terkekeh pelan. "Kita kan memang datang ke sini untuk membeli LEGO. Tentu saja boleh. Tidak hanya satu, Yoongi boleh membeli sebanyak yang Yoongi mau."

Yoongi mengembangkan senyumnya dengan lebar. Ia senang, tentu saja. "Tidak, satu saja sudah cukup," jawabnya sambil tersenyum.

Seokjin menatap adiknya dengan gemas. Kenapa adiknya itu masih saja menahan diri? Kenapa ia tidak berani menunjukkan apa yang benar-benar ia inginkan? Namun, Seokjin mencoba memaklumi. Ia tahu, Yoongi sudah bertahun-tahun hidup menahan segala keinginannya.

Masa lalu yang penuh tekanan itu masih membekas hingga sekarang. Walaupun Seokjin sering mengatakan bahwa Yoongi bebas melakukan atau membeli apa saja, adiknya tetap saja menahan diri.

"Yasudah, Yoongi pilih saja yang Yoongi mau," kata Seokjin sambil tersenyum.

Yoongi mengangguk antusias, lalu mulai memilih. Ia mendekati lemari kaca berisi LEGO yang sudah disusun yang menarik perhatiannya dengan penuh semangat.

Ia mendekati koleksi Marvel yang terlihat sangat gagah dan keren di matanya. Seokjin hanya mengikuti langkah adiknya sambil terkekeh pelan kala melihat binar kebahagiaan di wajah Yoongi.

Yoongi menatap LEGO itu dengan penuh kekaguman, seolah melihat karakter Marvel yang sering ia tonton di rumah. Namun, matanya kemudian tertuju pada papan harga. Melihat harga yang sangat mahal itu, senyumnya perlahan luntur. Ia melangkah mundur, lalu berpindah ke rak lain sambil tersenyum tipis.

Seokjin yang memperhatikan itu hanya bisa tersenyum kecut. Ia terus mengikuti langkah adiknya. Setiap kali Yoongi melihat papan harga, adiknya selalu berpindah haluan. Entah kenapa, itu membuat Seokjin merasa sakit.

Sebenarnya tidak masalah jika Yoongi ingin berhemat. Itu adalah kebiasaan yang baik. Kadang Seokjin juga berhemat. Tapi Seokjin tahu, alasan Yoongi seperti itu bukan karena ingin berhemat. Tapi karena Yoongi masih terbelenggu oleh masa lalunya yang pahit.

Yoongi terus menatap papan harga yang semuanya memang menunjukkan angka yang mahal. Walaupun ia sudah sering diajak berbelanja barang-barang mahal, tapi harga-harga itu tetap saja membuatnya terkejut.

Threads of Affection | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang